Boeing Gagal Jaga Keamanan, Penumpang Menolak Terbang
Boeing tidak menjaga kendali mutu produksi pesawatnya. Salah satu penyebabnya, mengejar keuntungan dan persaingan ketat.
WASHINGTON DC, SELASA — Produsen pesawat Amerika Serikat, Boeing, terbukti tidak mematuhi persyaratan kendali mutu produksi. Otoritas menemukan bukti beragam masalah dalam proses produksi raksasa dirgantara itu. Dampaknya, sebagian penumpang menolak terbang dengan Boeing.
Temuan itu diungkapkan Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS pada Senin (4/3/2024) siang waktu Washington DC atau Selasa dini hari WIB. ”FAA mengidentifikasi masalah ketidakpatuhan dalam pengendalian proses manufaktur Boeing, penanganan dan penyimpanan suku cadang, serta pengendalian produk. FAA memberikan rincian ini kepada publik sebagai pembaruan atas penyelidikan yang sedang dilakukan badan tersebut,” demikian pernyataan tertulis FAA.
Baca juga: Boeing Semakin Pusing
Kesimpulan sementara itu didasarkan pemeriksaan selama enam pekan. Pemeriksaan dipicu lepasnya sumbat pintu kiri tengah kabin Boeing 737 MAX 9 yang digunakan Alaska Airlines 1282. Insiden itu terjadi saat terbang di ketinggian hampir 5 kilometer pada 5 Januari 2024.
Saya tidak mau terbang dengan pesawat jenis MAX apa pun. Insiden pada Alaska itu bukti jelas Boeing belum memperbaiki masalahnya.
FAA memeriksa pabrik Boeing dan pemasok panel kabin dalam insiden 5 Januari, Spirit AeroSystems. FAA belum merinci perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan Boeing dan Spirit, tetapi sudah mengirimkan ringkasan temuannya kepada kedua perusahaan itu.
FAA menyebut telah ada laporan secara terpisah terkait dengan pemeriksaan sekarang. Dalam laporan itu antara lain diungkap celah dalam budaya keselamatan Boeing. Celah itu antara lain putusnya komunikasi manajemen dan karyawan. Selain itu, sebagian karyawan juga takut diberi sanksi jika melaporkan pelanggaran aturan keselamatan.
Reaksi manajemen
Merespons hasil audit FAA, Boeing menyatakan sudah mendapatkan gambaran tentang apa yang harus dilakukan dari hasil audit FAA dan laporan panel peninjau ahli. Boeing menyatakan sedang dalam pembicaraan untuk membeli Spirit Aerosystem.
Baca juga: Boeing Teledor, Penumpang Nyaris Tersedot Keluar Pesawat
Sampai 2005, Spirit masih menjadi bagian Boeing. Belakangan, perusahaan yang membuat sebagian badan pesawat untuk Boeing itu berpisah badan hukum dari Boeing. Soal temuan FAA, Spirit menyatakan sedang berkomunikasi dengan Boeing dan FAA untuk menentukan tindak lanjut.
Pekan lalu, Kepala FAA Mike Whitaker mengatakan, Boeing harus mengembangkan rencana komprehensif mengatasi masalah sistemik pengendalian kualitas. Boeing diberi 90 hari untuk pengembangan rencana itu.
Permintaan FAA disampaikan dalam pertemuan dengan pemimpin Boeing Dave Calhoun pada 27 Februari 2024. Menurut Whitaker, audit FAA untuk melihat sistem di Boeing. Auditor mencari tahu cara inspeksi, di mana inspeksi dilakukan, serta interaksi Boeing dengan para pemasoknya.
Dalam pernyataan pada Januari 2024, Calhoun mengatakan komitmen perusahaan memperbaiki kendali mutu. ”Apa pun kesimpulan akhir yang dicapai, Boeing bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi pada pesawat yang keluar dari pabrik kita. Kita harus berbuat lebih baik untuk pelanggan dan para penumpang,” kata Calhoun.
Baca juga: Boeing Tersandung Lagi gara-gara Kecelakaan Alaska Airlines
Dalam pernyataan secara terpisah, Boeing mengaku berinvestasi besar untuk tenaga kerja. Ada penambahan 10 persen pada staf teknik dan 11 persen di manufaktur. Boeing juga menambah jumlah pemeriksa kualitas pesawat sebanyak 20 persen dan masih berencana merekrut terus. Jumlah karyawan berkualitas juga naik 25 persen.
Boeing menyebut 1.300 pesawat varian 737 MAX terbang setiap hari. Pesawat-pesawat itu mengangkut rata-rata 700.000 penumpang. ”Keandalan dalam layanan keluarga 737 MAX berada di atas 99 persen dan ini juga konsisten pada model pesawat komersial lainnya,” demikian pernyataan Boeing.
Insiden Alaska Airlines membuat kepala program Max dan sejumlah pejabat lain diberhentikan Boeing. Perombakan dilakukan di tengah tudingan Boeing lebih mementingkan laba dibandingkan dengan mengurangi bahaya.
FAA telah mengkritik serangkaian penurunan kualitas Boeing selama bertahun-tahun. Pada tahun 2021 Boeing membayar denda 6,6 juta dollar AS. Denda itu akibat Boeing melanggar aturan pengendalian mutu dan jaminan keselamatan.
Baca juga: Pesawat Boeing Kecelakaan Lagi
Pada Desember 2023, FAA meminta berbagai pesawat memeriksa armada 737 Max mereka. Permintaan menyusul temuan baut longgar dalam pemeriksaan rutin di salah satu maskapai.
Dalam laporan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS pada Februari 2024 diungkap, empat baut di pesawat Alaska Airlines hilang. NTSB masih menyelidiki, mengapa kelalaian itu bisa terjadi.
Konsumen takut
Varian Max sudah pernah dilarang terbang selepas kecelakaan 737 Max 8 di Etiopia pada Maret 2019. Selepas insiden itu, dalam salah satu jajak pendapat di AS ditemukan, hampir 70 persen responden tidak mau atau ragu terbang dengan Boeing.
Setelah mengetahui ada masalah keselamatan pesawat, 57 persen mengaku tidak mau terbang dengan MAX. Ada 13 persen responden yang tidak terlalu yakin FAA mengutamakan keselamatan penumpang dan awak ketika menentukan apakah sebuah pesawat layak untuk terbang.
Baca juga: Perawatan Pesawat Berkala Tingkatkan Keamanan dan Keselamatan Penumpang
Sebagian responden juga meragukan keseriusan FAA menegakkan aturan keselamatan penerbangan. Sebab, berulang kali terjadi pelanggaran oleh Boeing.
Namun, sampai sekarang masih ada keraguan dari konsumen. Setelah insiden Alaska Airlines, jajak pendapat AP-Norc mengenai keselamatan perjalanan udara menunjukkan hampir sepertiga warga AS yang disurvei mengaku tidak yakin pesawat 100 persen aman dari kerusakan struktural. ”Saya tidak mau terbang dengan pesawat jenis MAX apa pun. Insiden pada Alaska itu bukti jelas Boeing belum memperbaiki masalahnya. Banyak teman saya juga tidak mau lagi terbang dengan pesawat Boeing. Kita cek dulu apa pesawatnya, baru mau terbang,” kata Belén Estacio, warga Florida, kepada CNN.
Konsultan komunikasi di Inggris, Elayne Grimes, juga sekarang mencari maskapai penerbangan yang tidak memakai MAX. Dia sudah merasa tidak aman setelah kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines yang menggunakan Boeing.
Bahkan, sebagian pegawai Boeing pun tidak mau terbang dengan pesawat buatan perusahaan itu. CNN menyebutkan ada bukti rekaman komentar karyawan Boeing kepada rekannya yang terekam pada Februari 2018. ”Apakah kamu akan menempatkan keluargamu di dalam pesawat terlatih simulator MAX? Saya, sih, tidak akan melakukannya,” kata karyawan itu.
Baca juga: Menanti Gebrakan Boeing, Pabrikan Pesawat asal Amerika
Pada April 2017, dalam pesan internal karyawan Boeing yang mengerjakan MAX yang akan segera dirilis, karyawan lain menulis, ”Pesawat ini dirancang oleh badut, yang kemudian diawasi oleh monyet”. Percakapan yang sama juga mencakup referensi terhadap ”desain yang sangat buruk” dari pesawat itu.
Perubahan desain diberi label sebagai ”menambal perahu yang bocor”. Komunikasi internal ini dirilis sebagai bagian dari penyelidikan selama 18 bulan terhadap MAX oleh Komite Transportasi dan Infrastruktur DPR AS.
Dalam laporan setebal 238 halaman, yang dirilis pada September 2020, komite itu menguraikan ”masalah serius dan kesalahan langkah dalam desain, pengembangan, dan sertifikasi pesawat”. Laporan menyoroti lima tema utama.
Sorotan itu termasuk tekanan produksi yang membahayakan keselamatan masyarakat yang terbang dan ”budaya penyembunyian” di Boeing. Pada waktu itu Boeing mengatakan komunikasi antarkaryawan itu ”tidak mencerminkan sifat perusahaan dan apa yang seharusnya dilakukan, dan hal itu tidak dapat diterima”.
Baca juga: Pemerintah Larang Terbang Sementara Boeing 737 Max 9 Milik Lion Air
Analis FAA, Desember 2018, pernah memperkirakan, tanpa perbaikan pada bagian perangkat lunak, pesawat MAX rata-rata bisa mengalami kecelakaan setiap dua tahun sekali. Ketua Komite DPR AS Peter DeFazio pada 2020 mengatakan, Boeing dan FAA sama-sama mempertaruhkan keselamatan publik.
Baca juga: Merugi, Maskapai Pikir Ulang Membeli dari Boeing
Kritikus mengatakan, merger Boeing dengan McDonnell Douglas pada 1997 menjadi penyebab terjadinya perubahan budaya. Boeing berubah dari memprioritaskan kehebatan teknik dan keselamatan menjadi hanya mengutamakan keuntungan.
DeFazio mengecam budaya keselamatan Boeing yang rusak hanya karena harus bersaing dengan Airbus dan memberikan keuntungan pada investor. Boeing lolos dari pengawasan FAA, menyembunyikan informasi penting dari pilot, dan pada akhirnya mengoperasikan pesawat dengan risiko membunuh orang tidak bersalah. Pada tahun 2021 Boeing membayar 2,5 miliar dollar AS untuk menyelesaikan tuntutan pidana Boeing telah menipu FAA ketika MAX pertama kali disertifikasi. (AFP/REUTERS)