Kejutan Aksi Tukang Sulap Jalanan di Pusaran Skandal Pemilu AS
Seorang tukang sulap jalanan terseret skandal peniruan suara Presiden AS Joe Biden. Skandal ini diselidiki aparat hukum.
Teka-teki mengenai ”suara aneh” Presiden AS Joe Biden, yang beredar menjelang pemilihan internal Partai Demokrat di Negara Bagian New Hampshire, Januari 2024, makin terungkap. Tak hanya dipastikan bahwa suara itu merupakan telepon robot (robocall) atau telepon palsu menggunakan kecerdasan buatan (AI) suara yang meniru Biden, pelakunya pun sudah mengaku, yakni tukang sulap jalanan Paul Carpenter.
Carpenter (47), tukang sulap asal New Orleans, Negara Bagian Louisiana, selama ini dikenal sebagai pemegang rekor dunia menekuk garpu dan mampu lepas dari ikatan jaket di tubuh kurang dari 11 detik. Ia diketahui tak punya alamat pasti dan tidak pernah pula ikut mencoblos dalam pemilu. Tiba-tiba, akhir pekan ini, ia menjadi pusat perhatian dalam skandal politik yang melibatkan teknologi tinggi di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Pertaruhan Pemilu dan Kecurangan Era Kecerdasan Buatan
Pemilu AS saat ini berada pada tahap pemilihan internal di masing-masing Partai Demokrat dan Partai Republik. Di Partai Demokrat, presiden petahana Joe Biden mendapat tantangan dari anggota DPR asal Minnesota, Dean Phillips. Sedangkan di Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump menghadapi mantan Dubes AS untuk PBB Nikki Haley.
Dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press (AP), Jumat (23/2/2024), Carpenter mengaku disewa oleh Steve Kramer, konsultan politik yang bekerja untuk bakal calon presiden Dean Phillips, pesaing Biden dalam pemilihan internal Partai Demokrat. Menurut Carpenter, dirinya disewa oleh Kramer agar menirukan suara Biden menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat telepon robot.
Carpenter mengaku terkejut ketika tahu rekaman suara palsu Biden itu digunakan untuk mencegah agar orang-orang tidak memilih Biden dalam pemilihan internal Demokrat di New Hampshire, Januari 2024. Pesan suara yang direkam itu dikirimkan ke puluhan ribu pemilih, dua hari menjelang pemilihan pada 23 Januari.
”Saya membuat audio yang digunakan dalam telepon robot. (Tetapi), saya tidak menyebarkannya,” ujar Carpenter kepada NBC News, yang pertama kali mengungkap peran Carpenter dalam skandal ini, Jumat (23/2/2024).
”Saya berada dalam situasi ketika ada orang menawari saya uang untuk melakukan sesuatu dan saya kerjakan (permintaannya). Tak ada niatan jahat. Saya tidak tahu bagaimana (rekaman telepon robot) itu akan disebarluaskan,” ucapnya.
Kepada AP, ia mengibaratkan perbuatan dirinya dengan ungkapan, ”Saya menciptakan senjatanya. Tapi, saya tidak menembakkannya.”
Penyelidikan aparat
Biden memang memenangi pemilihan internal Demokrat di New Hampshire itu. Namun, kasus ini tidak berhenti begitu saja. Aparat hukum New Hampshire menyelidiki kasus tersebut dan menetapkannya sebagai upaya pertama menggunakan AI untuk mengganggu pemilu AS.
Baca juga: Pilpres Amerika Serikat, Ajang Tanding ulang Trump Vs Biden
Tindakan itu dinilai melanggar undang-undang tentang larangan menekan pemilih. Pihak berwenang sudah mengeluarkan perintah penghentian tindakan itu kepada dua perusahaan asal Texas yang diyakini terlibat.
Saya menciptakan senjatanya. Tapi, saya tidak menembakkannya. (Paul Carpenter)
Juru Bicara Jaksa Agung New Hampshire, John Formella, Jumat (23/2/2024), enggan memberikan komentar apakah penyelidikan juga mengarah kepada Carpenter atau Kramer. Ia hanya mengatakan penyelidikan terus berlanjut. Kepada CNN, seorang pejabat senior AS juga menyebutkan tengah memantau kasus tersebut untuk melihat, apakah ada pelanggaran kejahatan sesuai undang-undang federal.
Carpenter mengakui, dirinya begitu gugup ketika mengetahui penyelidikan itu tengah berlangsung. Ia pun menghubungi AP dan NBC untuk menceritakan yang terjadi.
Carpenter menuturkan, ia bertemu Kramer tahun 2023 lewat seorang kenalan. Kramer awalnya mempekerjakan Carpenter untuk membuat audio AI menggunakan suara palsu Senator Partai Republik Lindsey Graham. Kramer kemudian meminta Carpenter untuk membuat audio mirip suara Biden.
Saat mendapatkan pesanan untuk membuat suara mirip Biden, Carpenter mengira, Kramer bekerja untuk kampanye Biden. Menurut Carpenter, waktu itu Kramer mengatakan bahwa pekerjaan itu ditawarkan kepadanya sebagai upaya menghemat waktu dan biaya sehingga sang kandidat tidak perlu pergi ke studio rekaman.
Melalui tangkapan layar yang dibagikan Carpenter kepada NBC News dan AP, terlihat teks yang dikirimkan Kramer kepadanya tiga hari sebelum pemilihan pendahuluan di New Hampshire. Disebutkan dalam teks itu, Kramer telah mengirim naskah kepada Carpenter melalui surel.
Dibayar Rp 2,3 juta
Carpenter juga menunjukkan transaksi pembayaran lewat Venmo menggunakan akun dengan nama yang sama dengan nama ayah Kramer. Lewat transaksi bertanggal 20 Januari atau tiga hari sebelum pemilihan pendahuluan itu, Carpenter menerima bayaran 150 dollar AS atau setara sekitar Rp 2,3 juta.
Telepon robot berisi suara mirip Biden tersebut dikirimkan ke 5.000-25.000 pemilih melalui nomor telepon genggam. ”Penting bagi Anda menyimpan suara Anda untuk pemilu November. Pemungutan suara pada Selasa ini hanya memungkinkan Partai Republik dalam upaya mereka untuk memilih Donald Trump lagi,” demikian suara yang mirip Biden tersebut.
Belakangan diketahui nomor telepon untuk mengirim pesan suara telepon robot sebagai nomor ponsel pribadi Kathy Sullivan. Sullivan adalah mantan Ketua Partai Demokrat di Negara Bagian New Hampshire yang membantu kampanye Biden.
Baca juga: Trump Berpotensi Memenangi Tarung Ulang atas Biden
Rupanya nomor ponsel Sullivan disalahgunakan untuk keperluan itu. Melalui surat elektronik kepada AP, Jumat, ia menyatakan tidak mengenal Kramer atau mengetahuinya sebelum membaca laporan NBC.
Dua hari kemudian, ketika berita tentang pesan suara telepon robot Biden tersiar luas, Kramer mengirimi Carpenter pesan pendek bertuliskan, ”Shhhhhh.” Pesan itu juga menyertakan tautan artikel yang memberitakan kasus tersebut.
Ha-ha-ha. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir, hapus saja semua surelnya, bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa. (Steve Kramer)
”Saya langsung meneleponnya dan bertanya, ’Bung, apa yang terjadi?’” cerita Carpenter. ”Ha-ha-ha. Semuanya akan baik-baik saja. Jangan khawatir, hapus saja semua surelnya, bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa,” kata Carpenter, menirukan bunyi pesan tertulis yang dikirimkan Kramer.
Kepada AP, Carpenter mengatakan telah menyiapkan pengacara dan sedang mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum terhadap Kramer.
Tim kampanye Phillips juga marah dan mengecam tindakan yang diduga dilakukan Kramer itu. Mereka mengungkapkan, mereka membayar Kramer 260.000 dollar AS pada Desember 2023 dan Januari 2024 untuk membantu kampanye Phillips dalam pemilihan internal Demokrat di New York dan Pennsylvania.
”Jika benar Kramer terlibat dalam pembuatan telepon robot palsu, dia melakukannya atas kemauannya sendiri dan tidak ada hubungannya dengan kampanye kami,” kata Katie Dolan, juru bicara tim kampanye Phillips, melalui surel.
”Gagasan mendasar dari kampanye kami adalah pentingnya persaingan, pilihan, dan demokrasi. Kami muak mengetahui Kramer diduga berada di balik panggilan ini dan jika tuduhan itu benar, kami benar-benar mengecam tindakannya,” kata Dolan.
Baca juga: Pencalonan Biden Tergantung Trump
Ketika dihubungi melalui pesan singkat, Kramer merujuk pada juru bicaranya, konsultan politik Hank Sheinkopf, untuk menjawab. Namun, Sheinkopf menolak berkomentar. Kepada CNN, Sheinkopf mengatakan, Kramer akan mengeluarkan pernyataan setelah pemilihan internal di South Carolina.
Kramer sudah lama dikenal sebagai konsultan politik. Pada pemilu AS tahun 2020, ia bekerja untuk pencalonan Kanye West. Kramer memiliki rekam jejak sebagai pembuat telepon robot.
Liz Purdy, penasihat senior kampanye Biden-Harris di New Hampshire, mengatakan, pihaknya mendukung upaya umeminta pertanggungjawaban siapa pun yang coba mengganggu pemilu dan tetap ”sangat waspada” terhadap ancaman disinformasi.
Hanya 5-10 menit
Kepada media yang mewawancarainya, Carpenter menggambarkan dirinya sebagai ”pengembara digital” yang biasa bepergian dengan sepeda motor bersama seekor anjing dachshund berbulu panjang bernama Moose.
Baca juga: Kondisi Kesehatan Capres Berusia Lanjut Jadi Pertimbangan Pemilih AS
Dia menggambarkan anjing itu sebagai ”hewan pendukung psikiatris” yang membantunya mengatasi trauma akibat terkena tembakan beberapa tahun lalu di New Orleans, ketika ada perselisihan di antara kenalannya.
Begitu menakutkan bahwa hal (penggunaan AI) itu begitu mudah dilakukan. Orang-orang belum siap menghadapinya. (Paul Carpenter)
Carpenter mengatakan, dia melakukan trik sulap jarak dekat, termasuk ilusi. Dia juga sering bepergian dengan membawa laptop bekas dan peralatan elektronik lainnya yang dia gunakan untuk membuat konten media sosial dan proyek terkait aset digital NFT.
”Jika Anda mempelajari sejarah sulap, Anda akan tahu bahwa para pesulap selalu menggunakan temuan terbaru teknologi,” ujarnya kepada CNN.
Carpenter mengungkapkan, untuk membuat suara palsu mirip seseorang, seperti yang dilakukannya pada suara Biden, hanya butuh waktu ”lima atau sepuluh menit”. ”Saya bisa membuat suara siapa pun, yang saya inginkan,” ujarnya.
Pengamat politik mengatakan, skandal telepon robot—dan peran Carpenter—merupakan bukti betapa mudahnya seseorang bisa memengaruhi politik dengan menggunakan peranti AI. Peranti AI itu kini semakin mudah untuk diakses.
”Kita sekarang ini punya kemampuan yang dulu hanya bisa dilakukan oleh segelintir aktor yang didanai pemerintah dan organisasi-organisasi canggih. Kini, semua orang bisa melakukannya,” kata Hany Farid, profesor di Universitas California Berkeley yang mendalami studi AI.
Carpenter mengaku waswas melihat situasi tersebut. ”Begitu menakutkan bahwa hal (penggunaan AI) itu begitu mudah dilakukan. Orang-orang belum siap menghadapinya,” ujarnya. (AP/IRE)