Baut Jendela Alaska Airlines Sudah Hilang Sebelum Pesawat Terbang
Kecelakaan Alaska Airlines bisa berdampak sangat buruk jika jendela terlepas di ketinggian jelajah di atas 30.000 kaki.
WASHINGTON, RABU — Baut penambat panel jendela ke badan pesawat Boeing 737 Max 9 milik maskapai Alaska Airlines, yang menyebabkan jendela terlepas saat pesawat mengangkasa, 5 Januari 2024, sudah hilang sebelum pesawat lepas landas dari bandara di Portland, Oregon, AS. Hal ini temuan Badan Keselamatan Transportasi Amerika Serikat atau NTSB dalam laporan awal yang dirilis pada Selasa (6/2/2024).
NTSB mengungkapkan bahwa beberapa baut penambat jendela Boeing yang naas itu sudah lepas sebelum pesawat terbang. Tanpa baut-baut tersebut, jendela (door plug) tidak memiliki penambat sehingga akan melesak ke atas dan terlepas dari bantalan yang menjadi pembatas dari badan pesawat (fuselage).
Pilot Alaska Airlines pun terpaksa melakukan pendaratan darurat secara dramatis. Bagian belakang pesawat, yang berada tepat di sebelah empat kursi penumpang di baris belakang sebelah kiri, berlubang.
Baca juga: FAA Larang Pengembangan Produksi Boeing 737 Max
Laporan NTSB menyertakan foto-foto dari pesawat Boeing yang memperlihatkan tiga dari empat baut penambat jendela tidak ada. Lokasi baut keempat tertutup insulasi atau bahan pelapis di badan pesawat.
Laporan awal NTSB juga menyatakan, pesawat tersebut tiba di pabrik Boeing di Kota Seattle dengan lima kerusakan paku keling (rivet)dekat jendela yang lepas. Bagian tersebut dipasang oleh pemasok Boeing, yakni Spirit AeroSystem.
Seorang teknisi Spirit mengganti paku-paku keling sehingga harus terlebih dahulu melepas empat baut dan mencopot jendela yang kemudian terlepas dalam penerbangan itu.
Namun, laporan tersebut tidak menjelaskan identitas orang yang melepas baut-baut tersebut. Hanya disampaikan, ada percakapan tertulis antara karyawan Boeing dan pekerja yang menyelesaikan perbaikan pemasangan paku serta foto jendela tanpa baut-baut dipasang kembali.
Senator Tammy Duckworth sangat marah dengan minimnya dokumentasi Boeing tentang siapa yang sedang bertugas ketika baut-baut tersebut hilang. ”Mereka tidak menulis apa pun tentang hal ini. Ini sepenuhnya tanggung jawab Boeing. Saya khawatir ada kesalahan berlapis dalam kasus ini,” katanya.
NTSB juga tidak mengumumkan, apakah kemungkinan penyebab musibah tersebut akan disampaikan pada akhir penyelidikan. Penyelidikan kasus kecelakaan penerbangan dapat memakan waktu setahun, bahkan bisa lebih lama.
CEO Boeing David Calhoun menjamin, apa pun hasil akhir penyelidikan, Boeing sebagai perusahaan berpengalaman akan bertanggung jawab penuh. ”Kejadian ini tak boleh menimpa pesawat yang dihasilkan dari pabrikan kami. Boeing akan berbuat lebih baik lagi bagi pelanggan dan para penumpang pesawat,” ujarnya.
Dampak sangat buruk
Para pakar keselamatan transportasi mengatakan, kecelakaan tersebut bisa berdampak sangat buruk jika jendela terlepas di ketinggian jelajah di atas 30.000 kaki. Pada ketinggian ini, kabin akan kehilangan tekanan (dekompresi) sehingga penumpang dan awak kabin akan mengalami kecelakaan serius. Pada ketinggian jelajah, penumpang dan awak kabin biasanya sudah tidak duduk dan mengenakan sabuk pengaman.
Maskapai Alaska Airlines dan United Airlines segera memeriksa armada Boeing 737 Max 9 mereka yang berjumlah 170 unit untuk menemukan apakah ada kekurangan, seperti baut-baut penambat di jendela apakah dalam keadaan kendur. Setelah pemeriksaan, pabrikan Boeing menyatakan, tidak satu pun dari pesawat-pesawat Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines dan United Airlines kehilangan baut-baut di jendela, seperti dialami Alaska Airlines.
Insiden Alaska Airlines membangkitkan tanda tanya soal kendali mutu di pabrikan Boeing. Sebelumnya, kecelakaan tragis menimpa dua pesawat Boeing seri 737 Max 8 milik Lion Air di Indonesia tahun 2018 dan Ethiopia Airlines di Ethiopia tahun 2019. Kecelakaan di Indonesia dan Afrika itu mengakibatkan 346 orang tewas.
Baca juga: Boeing Digugat Penumpang Alaska Airlines
Akhirnya, pada 2021 pabrikan Boeing mencapai kesepakatan dengan Kementerian Kehakiman Amerika Serikat sehingga lolos dari penyelidikan hukum pidana dengan dakwaan konspirasi mengecoh inspeksi pemerintah. Dakwaan ini bisa dijatuhkan jika Boeing tidak memberikan data akurat tentang sistem kendali penerbangan yang menjadi penyebab dua kecelakaan maut tersebut.
Penyelidikan FAA
Otoritas Penerbangan Federal (FAA) sedang menyelidiki apakah Boeing dan pemasoknya memenuhi standar keselamatan dalam memproduksi bagian-bagian pesawat seri Boeing 737 Max. FAA melarang pabrikan Boeing menambah kapasitas produksi seri pesawat 737 sebelum mereka selesai menyelidiki kendali mutu dalam lini produksi Boeing.
Direktur FAA Michael Whitaker, Selasa (6/2/2024), mengatakan bahwa lembaganya sudah separuh jalan mengaudit proses produksi Boeing dalam pemeriksaan selama enam minggu di Boeing dan Spirit. Spirit adalah pemasok utama pesawat Boeing varian Max.
Dia mengatakan, FAA dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan, misalnya, tentang apa yang salah dengan varian Max 9 dan apa yang terjadi dalam lini produksi Boeing.
Adapun industri dirgantara Spirit yang dijadikan entitas usaha terpisah oleh Boeing sejak 20 tahun silam menjelaskan dalam keterangan resmi bahwa mereka mencermati laporan awal NTSB dan bekerja sama dengan Boeing serta Pemerintah Federal. ”Kami terus meningkatkan kendali mutu untuk memenuhi standar kualitas tertinggi dalam keamanan, kualitas, dan daya tahan,” kata Spirit.
Jendela yang terlepas dalam penerbangan 1282 Alaska Airlines digunakan sebagai pintu darurat tambahan dalam varian Boeing 737 Max 9. Armada Alaska Airlines dan United Airlines tidak memiliki cukup kursi di pesawat Max 9 mereka sehingga meminta Boeing membuat jendela yang difungsikan sebagai jalan keluar darurat (door plug). Jendela jenis itu lebih murah dan mudah dibuat daripada membuat pintu darurat sesuai ukuran standar pintu pesawat lazimnya.
Baca juga: Boeing Semakin Pusing
Alaska Airlines memperkirakan, kerugian akibat menghentikan operasional 65 unit Boeing 737 Max 9 milik mereka sebesar 150 juta dollar AS. Mereka berharap kerugian tersebut diganti oleh Boeing.
Sementara United Airlines mengatakan, pemberhentian sementara operasional armada Boeing 737 Max 9 mereka mengakibatkan kerugian korporat pada kuartal pertama tahun 2024. United Airlines juga mengubah pengembangan armada mereka dengan meniadakan Boeing 737 Max dari rencana pengadaan. (AP)