Atasi Perdagangan Gelap, Arab Saudi Izinkan Penjualan Terbatas Minuman Beralkohol
Hanya ada satu toko yang boleh menjual minuman beralkohol di Arab Saudi. Pembelinya khusus diplomat non-Muslim.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Dari melarang total, Arab Saudi berencana mengizinkan penjualan amat terbatas minuman beralkohol. Cara pembeliannya amat rumit dan terbatas untuk kalangan tertentu saja. Toko pertama dan satu-satunya direncanakan dibuka beberapa pekan lagi di Riyadh, ibu kota kerajaan itu.
Dilaporkan Reuters pada Rabu (24/1/2024), Pusat Komunikasi Internasional (CIC) Arab Saudi membenarkan adanya rencana itu. ”Proses baru ini akan terus memberikan semua diplomat kedutaan non-Muslim memiliki akses terhadap produk-produk ini dalam kuota tertentu,” demikian pernyataan CIC.
Toko pertama dan satu-satunya yang akan diizinkan menjual minuman beralkohol berada dalam kawasan diplomatik. Lokasi itu dipilih sesuai dengan orang yang akan diizinkan membeli minuman beralkohol: diplomat non-Muslim.
Bahkan, berstatus diplomat non-Muslim saja belum cukup menjadi syarat bisa membeli di toko itu. Calon pembeli harus terlebih dulu mendapat izin dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Calon pembeli juga wajib mematuhi syarat batas maksimum konsumsi bulanan.
Meski masih lama diwujudkan, rencana itu merupakan terobosan baru di Arab Saudi. Sebab, Islam yang menjadi agama mayoritas di kerajaan itu melarang konsumsi minuman beralkohol.
Rencana itu bagian dari perwujudan Visi 2030 yang digagas Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Salah satu wujud visi itu adalah membawa Arab Saudi lebih terbuka pada pariwisata dan bisnis lain.
Rencana itu juga bagian dari pemberantasan penyelundupan dan perdagangan gelap minuman beralkohol. Seiring dengan rencana pembukaan toko itu, Riyadh akan membuat aturan baru soal pengiriman minuman keras dalam paket diplomatik. Mulai awal Februari 2024, diberlakukan pembatasan baru pengiriman minuman beralkohol lewat paket diplomatik.
Paket diplomatik adalah sebutan aneka hal yang dikirimkan oleh kedutaan atau konsulat asing di suatu negara. Dalam praktiknya, kerap kali isi paket tidak dapat diperiksa aparat negara tempat diplomat asing bertugas karena ada kekebalan diplomatik.
Menurut Arab News, kadang kala paket diplomatik di Arab Saudi berisi minuman beralkohol. Riyadh cenderung tidak mempersoalkan jika minuman itu hanya dikonsumsi di kompleks kedutaan atau kediaman para diplomat. Masalahnya, kiriman itu menjadi tidak terkendali jumlahnya.
Persoalan lain, ada penyelundupan minuman beralkohol. Pembelinya adalah orang-orang yang tidak punya izin mengonsumsi minuman beralkohol. Di Arab Saudi, mengonsumsi minuman beralkohol tanpa izin bisa dimasukkan ke penjara dan dicambuk. Jika pelakunya orang asing, hukumannya ditambah dengan deportasi dan larangan masuk.
Toko bebas bea
Beberapa orang sudah melihat toko penjualan resmi minuman beralkohol di Riyadh. Salah satunya, diplomat yang menggambarkan toko itu mirip dengan toko bebas bea kelas atas di bandara internasional. Toko itu untuk saat ini hanya menjual minuman keras, anggur, dan dua jenis bir.
Toko itu hanya melayani diplomat sebagai konsumen. Setiap pelanggan harus memberikan tanda pengenalnya sebagai diplomat. Pembelian tidak boleh diwakilkan dengan alasan apa pun.
Di dalam toko, semua pelanggan hanya boleh menggunakan ponsel saat menunjukkan sudah mendapat izin dari Kemenlu Arab Saudi. Setelah menunjukkan izin, ponsel harus disimpan.
Setiap orang yang mendapat izin hanya punya kuota 240 poin. Seliter anggur setara dengan tiga poin, seliter bir setara dengan satu poin. Sementara seliter minuman beralkohol jenis lain bernilai enam poin.
Dengan demikian, setiap diplomat hanya bisa membeli paling banyak 40 liter wiski, burbon, atau minuman keras selain anggur dan bir. Untuk anggur, batas maksimum per orang adalah 80 liter per bulan.
Beragam pembatasan
Memang, toko itu belum sampai membawa Arab Saudi ke era sebelum 1952. Minuman beralkohol dilarang dijual di Arab Saudi setelah insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz Al-Saud pada 1951. Kala itu, anak Raja Abdulaziz tersebut mabuk, lalu menembak Wakil Konsul Jenderal Inggris di Jeddah, Cyril Ousman.
Mishari menembaknya setelah Ousman menolak menuangkan minuman beralkohol untuk pangeran tersebut. Meski berstatus anak raja, Mishari tetap dihukum. Bukan hanya menghukum anaknya, Raja juga melarang penjualan minuman beralkohol di Arab Saudi mulai 1952.
Pembatasan di Arab Saudi semakin banyak selepas 1979. Kekhawatiran pada paham ekstremisme membuat Riyadh mengendalikan ketat berbagai aspek kehidupan. Bahkan, ujungnya sampai pemberlakuan aneka pembatasan pada masyarakat.
Di masa pemerintahan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud mulai terjadi perubahan. Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman memimpin perubahan itu dan membawa Arab Saudi lebih terbuka. (AFP/AP/REUTERS)