Badai Isha Hantam Inggris dan Irlandia, Pohon-pohon ”Games of Throne” Rusak
Pohon-pohon berusia 250 tahun di Irlandia Utara, lokasi pengambilan gambar film TV ”Games of Throne”, ikut tumbang.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
DUBLIN, SELASA — Selama musim dingin satu dasawarsa terakhir ini, Irlandia dan Inggris delapan kali diterjang badai. Kali ini, pada Senin (22/1/2024) waktu setempat, Badai Isha menyapu dengan kecepatan 159 kilometer per jam. Penduduk kedua negara baru saja mengambil napas, biro meteorologi sudah mengumumkan agar mereka bersiap karena Badai Jocelyn akan datang.
Badai Isha, dilaporkan di Dublin, ibu kota Irlandia, pada Senin (22/1/2024), menyapu kontainer-kontainer perkapalan di pelabuhan. Di luar kota, badai mematahkan dan mencerabut pohon-pohon hingga akar-akarnya.
Pohon-pohon patah ini termasuk pohon-pohon berusia 250 tahun di County Antrin, Irlandia Utara. Tetumbuhan itu menjadi terkenal setelah dipakai sebagai lokasi pengambilan gambar serial televisi HBO Games of Throne dengan nama fiksi ”Kingsroad”.
”Ini sungguh hari yang buruk untuk konservasi. Tidak hanya pohon tua, pohon-pohon muda yang sehat dan kuat pun patah gara-gara badai,” kata Mervyn Storey, Ketua Yayasan Pelestarian Dark Hedges, lembaga yang mengelola jalur kuno tersebut.
Dari Irlandia, badai menyeberang dan menghantam seantero Inggris. Dari Skotlandia hingga Wales semua kena. BBC dan The Independent melaporkan, di Skotlandia dan Irlandia Utara, empat orang tewas akibat Isha.
Mereka sedang mengendarai mobil ketika badai mematahkan pohon-pohon. Kedua pengendara mobil itu tewas karena kendaraan mereka tertimpa pohon. Met Office, lembaga meteorologi Inggris, mendata, kecepatan angin di Skotlandia mencapai 172 kilometer per jam.
Layanan perkeretaapian dihentikan sementara. Di beberapa kota, gardu listrik rusak tertimpa pohon sehingga listrik padam.
Angin kencang juga mengakibatkan kandang-kandang ternak beterbangan dan membahayakan warga. Pemerintah mengumumkan agar warga tidak keluar rumah ataupun berdiam di dekat jendela.
Penerbangan-penerbangan dialihkan dari Inggris dan Irlandia. Pesawat-pesawat terpaksa berputar balik menuju Perancis dan Jerman.
Wilayah Yorkshire di Inggris juga mengalami banjir, menurut laporan media ITV. Sejumlah pengendara mobil terperangkap di dalam banjir. Bahkan, air sudah menggenangi bagian dalam mobil. Pemadam kebakaran dan petugas tanggap darurat lainnya berhasil menyelamatkan mereka tanpa ada korban luka.
Badai baru
Badai Isha diperkirakan reda pada Selasa (23/1/2024) malam. Akan tetapi, masyarakat Inggris dan Irlandia belum bisa lega. Met Office dan Met Eirann—biro cuaca Irlandia—mengatakan bahwa ada badai baru yang akan menghantam kedua negara pada Rabu (24/1/2024). Badai itu dinamakan Jocelyn.
Dengan demikian, sepuluh kali Irlandia dan Inggris diterjang badai sejak sepuluh tahun terakhir. Namun, hanya badai-badai besar dan berbahaya yang diberi nama oleh biro-biro cuaca.
Sepuluh kali Irlandia dan Inggris diterjang badai besar sejak sepuluh tahun terakhir.
Sejak Oktober 2023, sejatinya Inggris dan Irlandia telah diterpa badai-badai kecil. Walaupun tidak dahsyat, badai-badai itu tetap berisiko merusak bangunan, tanaman, dan mencelakai pengendara kendaraan bermotor.
Jocelyn diperkirakan lebih lemah dari Isha, tetapi masih berbahaya. Peringatan kerusakan struktur dan pemadaman listrik telah disebarluaskan. Perkiraannya, curah hujan akibat Jocelyn berkisar 40-50 milimeter. Menurut Met Office dan Met Eirann, badai-badai musim dingin terbentuk karena perubahan tekanan di Samudra Atlantik.
Penamaan badai
Di dalam hal penamaan badai, Inggris dan Irlandia ataupun Eropa secara umum relatif tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Amerika Serikat memulai tradisi menamai badai sejak tahun 1950-an. Jepang dan Taiwan juga menamai siklon tropis ataupun topan. Misalnya, Badai Katrina, Topan Mawar, Siklon Mocha, dan seterusnya.
Menurut para ahli cuaca, menamakan badai ini mempermudah mereka untuk berkomunikasi dengan masyarakat awam. Berbagai pengumuman dan peringatan agar masyarakat menjaga keselamatan lebih efektif dilakukan apabila badai itu mempunyai nama, bukan kode abjad dan angka. Misalnya, di media-media Inggris, ada peringatan ”Isha mau datang. Tutup pintu!” yang terdengar akrab sehingga mudah dipahami.
Menurut para ahli cuaca, menamakan badai ini mempermudah mereka untuk berkomunikasi dengan masyarakat awam.
Met Office dan Met Eirann, menurut BBC, memulai kampanye ”Namakan Badai Kita” pada tahun 2015. Mereka mengajak masyarakat menyumbang nama untuk badai-badai besar yang akan melanda. Sejak tahun 2019, biro cuaca Belanda juga bergabung di dalam kampanye ini.
Namun, sejak tahun 2023, biro-biro cuaca Eropa menyepakati penamaan badai berdasarkan nama-nama para ilmuwan ataupun orang-orang yang berjasa di bidang cuaca. Pada November 2023, Inggris dan Perancis diterjang Badai Ciaran. Menurut surat kabar Perancis, Le Monde, nama Ciaran diambil dari almarhum Ciaran Fearon, pegawai negeri dari Irlandia Utara yang semasa hidup mengabdikan diri memantau banjir.
Badai Jocelyn dinamai berdasarkan Jocelyn Bell Burnell, Guru Besar Astrofisika Universitas Cambridge dari Inggris yang menemukan bintang neuron berotasi cepat atau pulsar pada tahun 1967. Ada pula Badai Babet yang namanya sumbangan dari masyarakat. Penyumbangnya seorang perempuan bernama Babet yang lahir ketika badai melanda.
Tidak semua nama bisa dipakai untuk fenomena alam. Pusat Badai Nasional AS menerangkan, nama-nama yang dimulai dengan abjad Q, U, X, Y, dan Z tidak dipakai untuk menamakan badai ataupun topan. Alasannya, nama-nama Eropa sedikit sekali yang dimulai dengan abjad tersebut. (AP)