Kolaborasi Indonesia-Vietnam Menerobos Pasar Global
Jakarta-Hanoi setuju menggabungkan kekuatan dan aset. Jakarta-Hanoi optimistis bisa lebih kuat di pasar global.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Dalam 2,5 dekade mendatang, Indonesia dan Vietnam ingin sejahtera bersama. Salah satu caranya adalah menggabungkan dan mengolaborasikan aset masing-masing. Dengan kolaborasi itu, Jakarta-Hanoi lebih kuat di pasar global.
Duta Besar RI untuk Vietnam Denny Abdi di Hanoi mengatakan, RI dan Vietnam tidak mempunyai hambatan relasi politik. ”Hubungan kedua negara sangat baik sejak awal berdiri,” ujarnya, Selasa (16/1/2023), di Hanoi.
Vietnam satu-satunya mitra strategis RI di Asia Tenggara. Lewat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Vietnam pada 11-13 Januari 2024, Jakarta-Hanoi semakin mengeratkan hubungan.
Indonesia dan Vietnam, menurut Denny, sama-sama ingin menjadi negara berpendapatan tinggi. Dari sisi Indonesia, targetnya adalah produk domestik bruto (PDB) per kapita mencapai 23.000 dollar AS. ”Untuk mencapai itu, perlu lompatan. Tidak bisa mengandalkan perdagangan biasa,” ujarnya.
Dampak ekonominya akan besar sekali. Riset jalan, industri pemasok bergerak, pada akhirnya bisa meningkatkan perekonomian.
Ia menyebut, Vietnam sudah lama mengharapkan kunjungan Presiden RI. Apalagi, praktis semua pemimpin Vietnam datang ke Indonesia pada 2023.
Industri baru
Denny mengatakan, salah satu agenda Presiden Jokowi di Vietnam adalah bertemu pengusaha. Mereka bergerak di sektor energi terbarukan, kendaraan listrik, dan digital.
Dalam pertemuan itu, ada hal baru di relasi RI-Vietnam. Jakarta-Hanoi setuju menggabungkan kekuatan dan aset masing-masing pada sektor-sektor tersebut. Lewat kolaborasi itu, Jakarta-Hanoi optimistis bisa lebih kuat berkiprah di pasar global.
”Kalau dulu, di pertemuan bilateral bahasannya hambatan dagang. Sebab, fokusnya ekspor (bilateral). Ke depan, fokusnya bersama menembus pasar global,” tutur Denny.
Kolaborasi itu bagian dari upaya menghadirkan rantai pasok di kedua negara. ”Kalau ini bergerak, dampak ekonominya akan besar sekali. Riset jalan, industri pemasok bergerak, pada akhirnya bisa meningkatkan perekonomian,” ujarnya.
Soal kendaraan listrik, misalnya, Vietnam telah memiliki VinFast. Sementara Indonesia mempunyai sejumlah mineral penting untuk produksi kendaraan listrik.
”Kalau digabungkan, daya saing produknya akan meningkat. Sebab, produksi dekat rantai pasok dan harga bahan baku lebih bersaing,” ujarnya.
Kerja sama juga terkait keamanan pangan. Vietnam dikenal produsen besar beras. Para pengusaha sektor perikanan Vietnam juga mencari lokasi usaha baru untuk meningkatkan produksinya. ”Laut Indonesia luas sekali, bisa dikolaborasikan,” ujarnya.
Masa depan
Denny mengatakan, RI dan Vietnam sama-sama terlibat dalam Just Energy Transition Partnership (JETP). Hal itu menunjukkan, kedua negara dipercaya komunitas internasional untuk mencapai masa depan lebih bersih dan berkelanjutan.
Tujuan pokok JETP membantu negara-negara beralih ke energi bersih dan terbarukan. ”Sekarang, perusahaan-perusahaan besar pasti akan memeriksa dulu sebelum investasi. Apakah sumber listriknya masih dari energi tidak bersih? Apakah investasinya sesuai prinsip keberlanjutan? Semua itu wujud penerapan ESG yang menjadi standar global,” tuturnya.
Ia merujuk pada standar baru dalam bisnis global. Para investor mendesak praktik usaha yang memperhatikan lingkungan, menerapkan keberkelanjutan, serta penerapan tata kelola yang baik. Perusahaan yang tidak menerapkan ESG cenderung ditinggalkan investor dan konsumen.
Dampak kawasan
Sebagai sesama anggota ASEAN, tentu saja kerja sama Jakarta-Hanoi mempertimbangkan kawasan. Di Asia Tenggara, relatif tidak ada ketegangan politik. Sebab, para anggota ASEAN selalu berkomitmen menerapkan dialog dan menghindari konflik.
Denny mengatakan, dinamika ASEAN bergantung relasi anggotanya. Karena itu, relasi Jakarta-Hanoi, juga anggota lain ASEAN, pasti berdampak di kawasan.
Para pemimpin RI-Vietnam menyadari pentingnya menjaga kestabilan, keamanan, dan kedamaian kawasan. Tanpa itu, pembangunan sulit dilakukan dan kesejahteraan sulit tercapai.