Pabrik Tesla di Jerman Tutup, Dampak Eskalasi Konflik di Laut Merah
Tesla menjadi perusahaan pertama yang mengungkapkan gangguan produksi yang dialaminya akibat krisis di Laut Merah.
Oleh
IWAN SANTOSA
·4 menit baca
BERLIN, JUMAT — Pabrikan mobil listrik terkemuka, Tesla, menutup sementara pabriknya di Berlin, Jerman, karena keterlambatan pasokan suku cadang, termasuk baterai yang dikirim dari China. Pengiriman terhambat karena jalur pelayaran yang biasanya melintasi Laut Merah terganggu akibat serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal niaga yang dinilai terkait Israel.
Melalui keterangan tertulis, Kamis (11/1/2024), Tesla mengumumkan, pabriknya di dekat kota Berlin, Jerman, tutup sementara selama dua pekan. Penutupan sementara ini, dengan perkecualian pada bagian-bagian pekerjaan tertentu, akan berlangsung pada 29 Januari hingga 11 Februari 2024.
Pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut adalah perusahaan pertama yang mengungkapkan gangguan produksi yang dialaminya akibat krisis di Laut Merah. Banyak perusahaan otomotif lain, seperti Geely, pabrikan otomotif nomor dua di China (juga memiliki Volvo, Lotus, dan Proton), dan pabrikan perabot rumah Ikea di Swedia, telah menyampaikan keterlambatan pengiriman pasokan yang dibutuhkan untuk produksi.
Pengumuman penutupan pabrik Tesla di Jerman itu disampaikan beberapa jam sebelum Amerika Serikat dan Inggris menggempur sejumlah sasaran kelompok Houthi di beberapa kota di Yaman, Jumat (12/1/2024) dini hari.
Tesla menyebutkan, keterlambatan pasokan dari rekanan di China terjadi akibat maskapai pelayaran mengalihkan rute dari Laut Merah-Terusan Suez ke selatan Afrika guna menghindari serangan kelompok Houthi di Laut Merah. Houthi menggempur kapal-kapal niaga yang dinilai punya keterkaitan dengan Israel, termasuk kapal-kapal yang menuju atau dari pelabuhan-pelabuhan di Israel, seperti Eilat dan Haifa, sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
”Konflik di Laut Merah dan pengalihan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan berdampak pada kelancaran produksi di Grunheide (pabrik di Jerman),” demikian keterangan Tesla.
Tesla membuka pabrik di Grunheide, dekat Berlin, sejak Maret 2022 dengan mempekerjakan 11.500 karyawan.
Serangan kelompok Houthi, sekutu Iran di Yaman, mengganggu jalur pelayaran Terusan Suez-Laut Merah yang dilayari 12 persen perniagaan dunia melalui laut. Houthi menguasai jalur sempit pelayaran di Selat Bab el-Mandeb, yang membentang sekitar 26 kilometer. Praktis rentang jarak 26 kilometer itu dapat dijangkau oleh artileri meriam, roket, dan peluru kendali milik Houthi.
Rudal Houthi bahkan dapat menjangkau wilayah Israel dan Pelabuhan Eilat di Israel di Teluk Akaba yang berjarak 2.400 kilometer. Di antara Selat Bab El Mandeb terdapat titik tersempit antara Pulau Perim di Yaman dan daratan Yaman sejauh 2,5 kilometer.
Para pengamat memperkirakan, pabrikan-pabrikan otomotif lain bisa menghadapi hal serupa akibat konflik di Laut Merah. ”Bergantung terlalu banyak pada komponen-komponen utama dari Asia, dan khususnya dari China, menjadi titik lemah dalam rantai pasok produsen mobil mana pun,” kata Sam Fiorani, Wakil Presiden pada lembaga AutoForecast Solutions yang menelusuri rantai pasok dan produksi otomotif.
”Tesla sangat bergantung pada China untuk memperoleh komponen-komponen baterai, yang harus diangkut ke Eropa melalui Laut Merah. Ini akan terus mengancam produksi,” lanjut Fiorani.
Jalur Afrika
Sejumlah maskapai pelayaran besar, seperti Maersk Line, MSC, CMA CGM, OOCL, Hapag Lloyd, Ever Green, HMM, Yang Ming Marine Transport, British Petroleum (BP), dan Equinor, Euronav, sudah menghentikan pelayaran melintasi Terusan Suez-Laut Merah. Mereka mengubah jalur pelayaran Asia-Eropa dari jalur Terusan Suez-Laut Merah ke jalur melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Dibutuhkan waktu tempuh lebih lama hingga 10 hari dan meningkatkan ongkos serta beban asuransi. Dibutuhkan tambahan bahan bakar senilai 1 juta dollar atau 910.000 euro untuk kapal-kapal niaga yang berlayar melintasi Afrika Selatan.
Dewan Keamanan PBB, Rabu (10/1/2024), mengeluarkan resolusi yang mendesak kelompok Houthi menghentikan serangan terhadap kapal-kapal niaga di Laut Merah, Rabu (10/1/2024). Resolusi diadopsi dengan pemungutan suara dengan hasil 11 negara menyetujui, empat negara—Rusia, China, Aljazair, dan Mozambik—abstain.
Dalam tanggapannya, Rusia menyebutkan konflik di Jalur Gaza sebagai pemicu serangan kelompok Houthi di Laut Merah. Tanggapan ini ditolak dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Resolusi tersebut diajukan Amerika Serikat.
Saat ini, di Jalur Gaza, rata-rata satu orang Palestina terbunuh setiap menit akibat serangan Israel. Setiap lima jam satu orang anak terbunuh, dan tiap hari 10 anak diamputasi tanpa obat bius akibat luka, menyusul terhentinya pasokan perlengkapan medis ke rumah sakit-rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza.
Berbagai usulan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dan memerintahkan Israel menghentikan serangan diveto oleh Amerika Serikat. (AFP/REUTERS)