Perdagangan Manusia di Asia Tenggara Terus Memakan Korban
Perdagangan manusia makin meresahkan. Sindikat memanfaatkan derita dan ketidaktahuan korban untuk melakukan penipuan.
KUALA LUMPUR, SENIN —Kasus penipuan pekerja oleh sindikat perdagangan manusia tak kunjung tuntas di dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. Penyelesaian kasus itu menjadi semakin pelik ketika para korban terjebak di wilayah konflik.
Seperti yang dialami 127 pekerja asal Malaysia yang diduga korban penipuan dan terjebak di tengah pertikaian militer Myanmar dengan kelompok etnis bersenjata. Para korban berhasil diselamatkan dari Laukkaing, kota yang dikenal sebagai pusat penipuan daring, perjudian, dan kejahatan terorganisasi lainnya.
Baca juga : Evakuasi 20 WNI Korban Perdagangan Orang di Myanmar Terhambat
Menteri Luar Negeri Malaysia Zambry Abd Kadir, Senin (27/11/2023) malam waktu setempat, mengatakan, selain 127 warga Malaysia, Kemlu Malaysia juga diminta membantu mengevakuasi satu warga Indonesia dan satu warga Hong Kong. Kedua korban itu akan diterbangkan pulang bersama warga Malaysia.
Upaya penyelamatan ini dibantu oleh China dan Myanmar. Pertikaian yang kerap terjadi di wilayah perbatasan Myanmar selama ini mengganggu China. Pada awal pekan ini, China kembali menyerukan gencatan senjata di Myanmar sekaligus bersiap menghadapi keadaan darurat.
China disebutkan sangat waspada terhadap konflik yang meluas ke perbatasan yang sudah penuh dengan perdagangan narkoba dan penyelundupan manusia. Kejahatan dunia maya yang menyasar korban di China selama ini juga meresahkan China.
Dari informasi pejabat Pemerintah Malaysia yang tak mau disebutkan namanya, Selasa (28/11/2023), berdasarkan informasi awal, diketahui 127 warga Malaysia bisa berada di Myanmar gara-gara menerima tawaran pekerjaan yang ternyata palsu. Tawaran kerjanya biasanya diperoleh dari media sosial.
Pada awal November 2023, sebanyak 266 korban perdagangan manusia asal Thailand, beberapa warga Filipina, dan seorang warga Singapura juga berhasil diselamatkan dari Laukkaing dan dibawa ke kota Kunming, China. Dari Kunming mereka diterbangkan ke Bangkok, Thailand, dengan pesawat sewaan. Selain itu, ada juga 41 warga Thailand yang dipulangkan lewat jalan darat.
Baca juga : Lagi, Warga Indonesia Jadi Korban Sindikat Penipuan Daring
Harian The Strait Times, 14 November 2023, menceritakan beberapa kisah perjalanan para korban yang terjerat penipuan pekerjaan. Mereka menghadapi eksploitasi tenaga kerja untuk membantu aktivitas sindikat, terutama yang melibatkan penipuan cinta dan investasi.
Salah satunya, Francis Kamugisha, warga Uganda, yang dipaksa bekerja setiap hari di lokasi sindikat penipuan yang dijaga ketat di Laos dan Myanmar pada Agustus 2022. Dia dijanjikan pekerjaan di bidang teknologi informasi, tetapi nyatanya harus menipu orang secara daring selama tujuh bulan.
Ia diiming-imingi temannya yang menjanjikan pekerjaan dengan posisi manajer di sebuah perusahaan manajemen data di Laos dengan gaji Rp 23,2 juta per bulan. Tanpa pikir panjang, pekerjaan itu diterima.
Saya menolak tanda tangan, tetapi mereka sudah menyita semua barang saya, termasuk ponsel dan paspor. Mereka minta saya bayar Rp 35 juta kalau mau pergi.
Ketika tiba di ibu kota Laos, Vientiane, dia dibawa ke daerah Distrik Ton Pheung yang berbatasan dengan Myanmar. Dia merasa ada yang tidak beres ketika melihat banyak penjaga bersenjata dan dia diminta menandatangani kontrak yang berbeda dengan yang ditawarkan semula.
”Saya menolak tanda tangan, tetapi mereka sudah menyita semua barang saya, termasuk ponsel dan paspor. Mereka minta saya bayar Rp 35 juta kalau mau pergi,” ujarnya.
Karena tak punya uang, dia terpaksa bekerja di tempat itu dan bertahan selama dua bulan sebelum kemudian dia dipindahkan ke Tachileik, Myanmar, dengan perahu. Kamugisha terpaksa bekerja 18 jam sehari tanpa libur. Jika tak mau, dia akan dipukuli dengan tongkat. Tidur hanya boleh 4 jam dalam sehari dan mereka dibangunkan dengan cara disetrum dengan alat kejut listrik.
Setiap hari dia harus menyamar sebagai pengusaha perempuan yang menarik dan memikat laki-laki agar jatuh cinta pada karakternya serta mau berinvestasi dalam skema penipuan. ”Kami diberi naskah dan harus mengikuti persis seperti itu, serta diajari cara menjalin hubungan asmara dengan korban. Untuk menunjukkan keseriusan, kami mengarahkan pembicaraan untuk membangun masa depan bersama,” kata Kamugisha.
Selama tujuh bulan, Kamugisha sudah berpindah-pindah ke empat lokasi berbeda karena dijual ke sindikat-sindikat lain. Para penjahat yang menjalankan sindikat berasal dari China. Para korban yang dijual kembali ke sindikat lain diberi harga berdasarkan faktor-faktor seperti keterampilan TI, kemampuan bahasa, dan ras.
Kamboja
Selain Myanmar, kasus perdagangan manusia itu juga banyak dilaporkan terjadi di Kamboja. Seperti diberitakan Kompas, 3 Agustus 2022, sebanyak 62 warga negara Indonesia korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kala itu bertemu para korban tersebut di Phnom Penh dan mendengarkan kisah-kisah mereka.
Dalam audiensi tersebut, mayoritas korban TPPO yang hadir diselamatkan dari sebuah perusahaan penipuan daring di Sihanoukville, kota sejauh 4 jam perjalanan dengan mobil dari Phnom Penh. Selain itu, juga ada korban TPPO yang berhasil melarikan diri, antara lain, dari kota Bavet dan Phnom Penh.
Duta Besar RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto kala berkunjung ke Redaksi Kompas, Selasa, mengatakan, KBRI Phnom Penh setiap hari menerima pengaduan dari para WNI yang mengaku dirugikan majikannya. Dalam beberapa waktu terakhir, semakin banyak WNI yang bekerja di Kamboja, terutama di berbagai tempat hiburan yang tersebar di Sihanoukville, Poipet dekat perbatasan Thailand, dan Krong Bavet dekat perbatasan Vietnam.
Baca juga : Hidup Terkatung-katung di Negara Orang
Meski banyak kasus tentang perdagangan manusia, sejatinya WNI sudah bertahun-tahun bekerja ataupun merintis bisnis di Kamboja. Komoditas batubara untuk PLTU di Kamboja hingga barang-barang kebutuhan sehar-hari dari Indonesia sejauh ini disukai masyarakat Kamboja. ”Dalam perkembangan terakhir, jumlah WNI yang bekerja di Kamboja maju pesat, sebagian besar terkait bisnis hiburan, mencakup kasino, hotel, tempat hiburan, restoran, hingga kasino daring. Kasino legal di Kamboja tetapi terlarang bagi warga negara Kamboja,” papar Santo.
Dalam berbagai verifikasi yang dilakukan KBRI Phnom Penh, menurut Santo, tidak sedikit WNI yang mengaku korban tetapi ternyata sudah beberapa kali keluar masuk Kamboja dan berpindah tempat kerja di sektor hiburan. Namun, ada pula WNI yang karena ketidaktahuan, terjebak dalam hubungan kerja yang merugikan mereka. Masalah yang kerap muncul adalah jaringan penipuan daring.
Berdasarkan data Kementerian Imigrasi Kamboja, pada 2023 ada 73.0000 visa izin tinggal yang dikeluarkan bagi WNI. ”Dari Kementerian Tenaga Kerja Kamboja didapat informasi ada 58.000 izin kerja yang dikeluarkan Kerajaan Kamboja untuk WNI. Yang lapor diri secara daring ke KBRI Phnom Penh sebanyak 16.501 orang,” ujar Santo.
Menyikapi kasus WNI yang memang menjadi korban TPPO, Santo mengatakan, KBRI Phnom Penh secara teratur mendampingi dan membantu pemulangan ke Tanah Air. Saat ini terdapat layanan penerbangan langsung Jakarta–Phnom Penh satu kali sehari dalam hari–hari tertentu.