Koridor Hijau, Ikhtiar Mendinginkan Kota
Sejumlah kota di dunia mulai bersikap dengan membuat kota lebih hijau dan teduh untuk mengurangi suhu panas perkotaan.
Kota-kota berbagai negara ingin perubahan. Pemerintah kota-kota itu tidak betah lagi dengan polusi udara, suhu yang terus memanas, dan lingkungan yang memburuk.
Paradigma pengelolaan kota diubah menjadi lebih peduli pada lingkungan. Pengelolaan lebih menerapkan prinsip berkelanjutan. Tentu kota dibuat semakin ramah kepada manusia dan makhluk lain.
Koridor hijau di tengah kota menjadi jawabannya. Bangunan dikurangi, tumbuhan diperbanyak. Dampaknya, suhu udara menurun, polusi bisa ditekan, dan warga lebih bahagia hidup di kota yang menyediakan lebih banyak ruang terbuka hijau.
Baca Juga : Dari Cheonggyecheon ke Ciliwung
Pemerintah Kota Medellin, Bogota, dan Barranquilla di Kolombia, Sao Paulo di Brasil, dan Seoul di Korea Selatan telah mempraktikkan itu. Alam hijau dibawa lagi ke tengah kota.
Dalam laporan pada 23 September 2023, BBC memaparkan soal program “Medellin yang Lebih Hijau untuk Anda.” Kota berpenghuni 2,5 juta orang itu memulai program tersebut pada 2016.
Kala itu, Medellin mengembangkan 30 koridor hijau. Langkah itu untuk mengurangi polusi udara dan kenaikan suhu. Koridor hijau berupa penanaman pohon dan tanaman di tepi jalan, kebun vertikal, menanam di tepi aliran sungai, taman, dan juga perbukitan.
Dari 12.500 pohon dan 120.000 aneka jenis tumbuhan lain pada 2016, Medellin telah menanam 880.000 pohon dan 2,5 juta tanaman lain pada 2021. Aneka palem hingga bambu ditanam untuk mengurangi polusi sekaligus menurunkan suhu. Untuk penanaman itu, biaya awalnya 16,3 juta dollar AS. Ada pun pemeliharaannya membutuhkan 625.000 dollar per tahun.
Medellin membuat 30 koridor hijau dengan panjang total 20 kilometer. Selain taman panjang, koridor dilengkapi jalur sepeda dan pejabat kaki. Koridor itu juga menghubungkan 124 bidang taman.
“Semua berawal di 2015 - 2016, ketika polusi udara mencapai puncaknya. Saat itu merupakan momen kritis dalam isu lingkungan,” jelas Sekretaris Infrastruktur pada Pemkot Medellin, Paula Palacio.
Waktu itu, warga mendesak pemkot mengurangi polusi. Kajian dari Universitas Antioquia di Medellin pada 2020 menyebutkan, 1.971 kematian dini disebabkan karena polusi udara di kawasan Aburra Valley pada 2016.
Baca Juga : Permasalahan Polusi dan Pemanasan Global
Tentu saja itu menjadi alarm bahaya. Sebab, kematian akibat polusi udara bisa meningkat tajam hingga 2030 bila pengendalian emisi gas buang kendaraan tidak segera dikerjakan.
Serap polusi
Peneliti Teknik Lingkungan pada Universitas Antioquia, Mauricio Correa, menjelaskan, bahwa risetnya menemukan enam spesies pohon lokal mampu menyerap polusi. Salah satu jenisnya adalah pohon mangga yang memiliki kemampuan hidup di zona berpolusi.
Wakil sekretaris Kota Medellin bidang Energi Terbarukan, Lina Rendon, pemkot tidak hanya menanam aneka tumbuhan. Pemkot juga mengganti bus kota berbahan bakar fosil menjadi bus listrik. Masyarakat sangat mendukung penghijauan Medellin ini.
Sekretaris Kota Medellin bidang Lingkungan periode 2016 -2019 Sergio Orozco mengaku terkejut dengan hasil program itu. “Penurunan suhu yang di beberapa wilayah mencapai lebih dari 3 derajat celsius, itu lebih besar dari yang kami harapkan terjadi. Kami juga melihat binatang-binatang yang sebelumnya tak terlihat, mulai bermunculan,” ujarnya.
Palacio menambahkan, pemerintah kota mengukur susu di beberapa lokasi sebelum dan setelah proyek. “Di beberapa area, kami mendapati rata-rata suhu udara turun 2 derajat celsius setelah koridor hijau diimplementasikan,” ujarnya.
Upaya menghijaukan Medellin pun diganjar penghargaan bergengsi pada 2019. Medellin memenangkan Ashden Award kategori “Cooling by Nature.” Kesuksesan Medellin dipelajari dan diikuti Bogota, Barranquilla, dan Sao Paulo
Kota lain
Sementara Pemerintah Kota Seoul menyadari masalah tata kota pada tahun 2000. Ruas jalan layang 5,8 kilometer dan dibangun pada 1971 di area Cheonggyecheon atau Sungai Cheonggye mulai menjadi masalah.
Kajian Korean Society of Civil Engineers pada 2000, kualitas jalan itu mulai menurun dan ada aneka masalah dengan struktur sehingga mesti diremajakan. Development Asia menulis, diperlukan anggaran 95 juta dollar AS untuk memperbaiki.
Baca Juga : Korea Selatan yang Ramah dengan Wisatawan Muslim
Wali Kota Seoul saat itu, Lee Myung-bak, membuat terobosan mencengangkan. Ia memilih meregenerasi lingkungan kota Seoul yang buruk dengan menghancurkan jalan layang dan jalan di bawahnya yang tiap hari dilewati 168.000 kendaraan itu. Lee berpandangan, Seoul seharusnya untuk orang, bukan kendaraan.
Jumlah kendaraan yang begitu banyak memadati kedua ruas jalan itu membuat lingkungan sekitar tidak sehat. Survei kesehatan di sekitar Cheonggyecheon mendapati warga ataupun pekerja di area itu dua kali lebih banyak menderita penyakit pernafasan dibandingkan di distrik lain. Belum lagi polusi suara yang timbul.
Kombinasi semua masalah itu membuat kualitas wilayah Cheonggyecheon sangat menurun. Menghancurkan jalan layang dan jalan di bawahnya bisa dikatakan cukup radikal.
Namun, demi kesehatan dan keselamatan lingkungan dan warga, serta untuk merestorasi sungai Cheonggyecheon yang selama puluhan tahun tertutup jalan dan jalan layang, penghancuran dilakukan. Langkah itu dimulai pada 2003.
Rekonstruksi
Proses konstruksi untuk merestorasi sungai juga lingkungan dimulai 2004. Lantaran sungai itu hanya ada air saat hujan turun di musim panas, diupayakan mengalirkan air dari Sungai Han demi menciptakan aliran air yang konstan sedalam 40 centimeter.
Karena awalnya jalan yang dihancurkan itu menghubungkan sisi utara kota dengan sisi selatan kota, dibangunlah lima jembatan untuk pejalan kaki dan 17 jembatan untuk kendaraan. Jembatan itu membuat orang dan kendaraan tetap bisa melintas di atas Cheonggyecheon.
Seoul juga membangun sistem transportasi umum massal. Layanan bus, demikian juga angkutan kereta bawah tanah disusun kembali menjadi angkutan yang saling terintegrasi untuk mendukung mobilitas transit.
Dengan biaya restorasi 380 juta dollar AS, kawasan Cheonggyecheon mudah dijangkau dengan kendaraan umum, sepeda, dan berjalan kaki. Ada pun kendaraan pribadi dilarang ke kawasan itu.
Manfaat perubahan
Sempat ditentang sebagian pihak restorasi selesai pada 2005 dan mengubah wajah Seoul. Kajian Landscape Performance Series menyimpulkan, restorasi itu dan penataan ulang layanan angkutan umum serta pembatasan kendaraan pribadi telah menurunkan polusi di sekitar Cheonggyecheon.
Aliran konstan Cheonggyecheon mengurangi efek panas perkotaan dan mendinginkan kawasan sekitarnya. Dibandingkan sisi lain Seoul, suhu di sekitar area restorasi lebih rendah hingga 5,9 derajat celsius.
Baca juga Lee Myung-bak, Fenomena Cheonggyecheon dan Akhir Tragis di Penjara
Restorasi juga diikuti pemilihan lingkungan di daerah aliran sungai. Hasilnya, keanekaragaman hayati naik hingga 639 persen. Hal itu ditandai penambahan jumlah spesies tanaman yang tumbuh, hingga aneka spesies ikan, burung, mamalia, juga serangga. DAS Cheonggyecheon juga menjadi perlindungan Seoul dari siklus banjir 200 tahunan.
Kehadiran koridor hijau di tengah kota Seoul itu juga menumbuhkan ekonomi kawasan dengan banyaknya wisatawan. Setiap hari, rata-rata 64.000 orang mendatangi koridor hijau itu.
Sekitar 1.408 turis asing di antaranya menyumbang 1,9 juta dollar AS dari belanja selama kunjungan ke Seoul. Belum lagi para perencana kota dan membuat kebijakan kota dari berbagai kota di dunia yang datang ke sana untuk belajar.
Sejumlah kota lain di dunia juga tengah mengembangkan tata kelola kota serupa. Kota menjadi tempat tinggal dan beraktivitas lebih hijau, lebih dingin, lebih hijau.