Menguak Misteri Semesta Melalui Sampel Asteroid Bennu
Wahana Osiris-Rex berhasil mengirim sampel asteroid Bennu. Dengan sampel asteroid ini, misteri pembentukan tata surya kita dan bagaimana awal Bumi bisa dihuni diharapkan bisa terkuak.
SALT LAKE CITY, MINGGU — Sampel asteroid pertama Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yang diambil dari asteroid Bennu, diterjunkan ke kawasan gurun di AS, Minggu (24/9/2023) waktu setempat. Saat terbang melintasi Bumi, pesawat ruang angkasa Osiris-Rex melepaskan kapsul berisi sampel Bennu dari jarak 100.000 kilometer.
Setelah kapsul kecil itu berhasil mendarat 4 jam kemudian di wilayah militer yang terpencil di sebelah barat Salt Lake City, Negara Bagian Utah, AS, Osiris-Rex kembali mengejar asteroid yang lain, yakni Apophis. Kemungkinan Osiris-Rex baru akan mencapai Apophis pada 2029.
Sampel dari Osiris-Rex ini merupakan sampel terbesar yang pernah dikumpulkan dari asteroid. Sampel Bennu dikumpulkan misi NASA selama tujuh tahun. Dari sampel ini, diharapkan bisa dikuak misteri alam semesta miliaran tahun yang lalu, terutama tentang pembentukan tata surya dan bagaimana Bumi akhirnya bisa dihuni.
Baca juga: Uji Coba NASA Menghalau Asteroid
Sampel yang dikumpulkan dari asteroid Bennu itu diperkirakan mengandung 250 gram material. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada dua spesimen asteroid yang dibawa kembali oleh misi ruang angkasa Jepang sebelumnya. Yang melegakan bagi NASA adalah kapsul berisi sampel itu utuh dan tidak pecah sehingga sampel berusia 4,5 miliar tahun ini bebas dari kontaminasi.
Dua jam setelah mendarat, kapsul itu sudah berada di dalam ruang steril di Tempat Uji dan Pelatihan Departemen Pertahanan AS. Tabung sampel yang tersegel akan diterbangkan ke Johnson Space Center NASA di Houston, Senin ini, dan akan dibuka di laboratorium baru yang dirancang secara khusus. Di dalam laboratorium itu juga tersimpan ratusan kilogram batuan bulan yang dikumpulkan astronot misi Apollo.
”Kami tidak sabar untuk menelitinya. Bagi saya, ilmu pengetahuan yang sebenarnya baru akan dimulai. Ini hadiah bagi dunia,” kata Dante Lauretta, ilmuwan utama pada misi asteroid Bennu, dari Universitas Arizona.
Menurut Direktur Sains Planet di NASA Lori Glaze, sampel Bennu ini akan menjadi harta karun penting untuk analisis ilmiah selama bertahun-tahun yang akan datang. Para ilmuwan memperkirakan, kapsul kecil itu menampung setidaknya secangkir puing-puing dari asteroid kaya karbon yang dikenal sebagai Bennu. Namun, mereka tidak akan bisa mengetahuinya secara pasti sampai kapsul itu dibuka dalam waktu 1-2 hari ke depan.
Baca juga: Babak Baru Penambangan Asteroid
Ada sampel-sampel yang tumpah dan melayang di luar angkasa ketika pesawat ruang angkasa mengambil terlalu banyak material sehingga membuat tutup kapsul sempat tersangkut saat proses pengumpulan sampel, tiga tahun lalu. Jepang, satu-satunya negara yang membawa kembali sampel asteroid, berhasil mengumpulkan sekitar satu sendok teh sampel dalam misi asteroidnya.
Misteri awal kehidupan
Sampel asteroid yang diawetkan dari awal tata surya ini akan membantu ilmuwan untuk lebih memahami bagaimana Bumi dan seluruh kehidupan di dalamnya terbentuk. Direktur NASA Bill Nelson mengatakan bahwa temuan ini akan bisa memberikan setidaknya pandangan sekilas mengenai situasi semesta 4,5 miliar tahun yang lalu.
Pesawat ruang angkasa Osiris-Rex meluncur dengan misi senilai 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 15,3 triliun pada September 2016. Pesawat itu mencapai asteroid Bennu, dua tahun kemudian. Dengan menggunakan alat penyedot debu yang panjang, Osiris-Rex mengambil puing-puing dari batu luar angkasa berbentuk bulat kecil pada 20 Oktober 2020.
Bennu, asteroid kecil kaya dengan karbon, sudah ditemukan sejak 1999. Asteroid ini diklasifikasikan sebagai ”obyek dekat Bumi” karena melintas relatif dekat dengan Bumi setiap enam tahun sekali. Bennu mempunyai lebar 500 meter, terdiri dari kumpulan bebatuan lepas, seperti tumpukan puing. Saat mengorbit Matahari yang berjarak 81 juta kilometer dari Bumi, Bennu berukuran sekitar 1,5 kilometer atau kira-kira seukuran gedung Empire State Building, tetapi berbentuk seperti gasing yang berputar.
Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Manusia Mampu Mengubah Orbit Asteroid
Bennu diduga pecahan dari asteroid yang jauh lebih besar. Namun, jika dibandingkan dengan asteroid Chicxulub yang menghantam Bumi sekitar 66 juta tahun lalu dan melenyapkan dinosaurus, Bennu termasuk kecil.
Saat mengorbit Matahari yang berjarak 81 juta kilometer dari Bumi, Bennu berukuran sekitar 1,5 kilometer atau kira-kira seukuran gedung Empire State Building, tetapi berbentuk seperti gasing yang berputar.
Meski Bennu melintas dekat dengan Bumi, para ilmuwan sampai saat ini meyakini asteroid itu tidak akan membentur atau masuk ke Bumi. Bennu, kata Lauretta, diperkirakan akan berada sangat dekat dengan Bumi pada 2182, mungkin cukup dekat untuk bisa berbenturan.
Namun, data yang dikumpulkan oleh Osiris-Rex akan bisa membantu upaya pembelokan asteroid sehingga tidak bertabrakan dengan Bumi. Pada tahun lalu, NASA berhasil melakukan uji coba membelokkan jalur asteroid dengan menabrakkan wahana ruang angkasa ke dalamnya.
Seperti asteroid lainnya, Bennu merupakan peninggalan awal tata surya. Karena kimia dan mineraloginya saat ini hampir tidak berubah sejak terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu, Bennu menyimpan petunjuk berharga mengenai asal-usul dan perkembangan planet berbatu seperti Bumi.
Bahkan, Bennu mungkin mengandung molekul organik serupa dengan yang diperlukan untuk munculnya mikroba. Dengan menghantam permukaan Bumi, asteroid dan komet diyakini mengirimkan material organik, kemungkinan besar berupa air yang membantu kehidupan berkembang di Bumi.
Baca juga: Mengenang Tunguska, Mencegah Asteroid Menumbuk Bumi
Astronom Inggris dan pengajar di Nottingham Trent University, Daniel Brown, yang tidak terlibat dalam misi Bennu, berharap bahwa NASA bisa mengungkap temuan luar biasa sejak pendaratan misi Apollo di bulan, lebih dari setengah abad yang lalu. Dengan sampel asteroid ini, Brown menilai dunia semakin dekat dengan pemahaman komposisi kimia awalnya, pembentukan air, dan molekul yang menjadi dasar kehidupan.
Sampel Jepang
Sampel yang diambil dalam misi Jepang, Hayabusa2, dari Ryugu, asteroid lain yang berkeliaran dekat dengan Bumi, mengandung dua senyawa organik. Ini memperkuat hipotesis bahwa benda-benda langit, seperti komet, asteroid, dan meteorit yang membombardir Bumi zaman dahulu, menyemai planet muda ini dengan bahan primordial bagi kehidupan. Misi Jepang membawa sampel dari Ryugu pada 2020 dan dari asteroid Itokawa sebelumnya pada 2010.
Sampel Bennu ini adalah sampel ketiga yang dikirim ke Bumi oleh NASA dari misi robot luar angkasanya. Pesawat luar angkasa Genesis pernah menjatuhkan sedikit sampel ”angin matahari” pada 2004. Namun, sampelnya terganggu ketika parasutnya gagal terbuka dan kapsulnya terempas ke tanah.
Ada lagi misi pesawat ruang angkasa Stardust yang berhasil mengirimkan debu komet pada 2006. Rencana NASA untuk mengembalikan sampel dari Planet Mars terhenti setelah dewan peninjau independen AS mengkritik biaya dan kompleksitasnya. Penjelajah Mars, Perseverance, telah menghabiskan waktu dua tahun terakhir guna mengumpulkan sampel inti untuk diangkut ke Bumi.
Baca juga: Berharap Sang Asteroid ”Iblis” Tak Menabrak Bumi di 2029
Mingguan The Economist, 20 September 2023, menyebutkan bahwa selain misi Osiris-Rex, NASA juga merencanakan beberapa misi. Pada Oktober, NASA akan memulai misi ke asteroid kaya logam bernama Psyche.
Pada 2024, Badan Antariksa Eropa juga akan meluncurkan wahana ruang angkasa bernama Hera yang akan mengunjungi Didymos, sepasang asteroid yang dikunjungi pada 2022 oleh misi NASA lainnya bernama Dart. Misi itu dilibatkan dalam upaya menabrakkan pesawat ruang angkasa ke salah satu asteroid untuk mengubah orbitnya. Lalu, Hera akan membantu menganalisis dampaknya. (REUTERS/AFP/AP)