BRICS, Bola Salju Para Pecundang
KTT BRICS ke-15 di Afrika Selatan menjadi tonggak penting dalam momentum pembentukan tata dunia baru setelah era unipolar tergusur era multipolar pada 2017. Para pecundang? Bisa? Kenapa tidak.
BRICS kini tak lagi sekadar kumpulan lima negara, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Dengan perluasan keanggotaan dan pembangunan sejumlah infrastruktur lembaga keuangan, blok yang akan terus membesar itu akan bergumul dengan status quo alias Barat yang pada akhirnya akan melahirkan keseimbangan baru, bahkan tata dunia baru.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, 22-24 Agustus 2023, berlangsung saat dunia dalam persimpangan zaman. Ada banyak tantangan unik sekaligus global yang harus dijawab secara kolektif.
Dalam konteks itu, KTT BRICS ke-15 dengan berbagai irisan dan perbedaan kepentingan masing-masing anggotanya, menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang terinci dalam deklarasi berisi 94 poin. Sekurang-kurangnya, ada dua hal utama yang bisa dipetik.
BRICS menawarkan alternatif ekonomi dari sistem ekonomi global ciptaan Barat yang jadi pakem selama ini.
Pertama, BRICS mulai memperluas keanggotaannya. Untuk tahap pertama, BRICS menyetujui bergabungnya enam anggota baru, yakni Argentina, Arab Saudi, Etiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Namanya tahap pertama, maka akan ada tahap-tahap ekspansi berikutnya.
Kedua, BRICS menawarkan alternatif ekonomi dari sistem ekonomi global ciptaan Barat yang jadi pakem selama ini. Salah satu yang paling menonjol adalah upaya BRICS untuk meninggalkan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) dan menggunakan mata uang masing-masing negara dalam melangsungkan transaksi.
Ekspansi
Tak lama setelah deklarasi diumumkan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa selaku ketua pada KTT BRICS ke-15, melalui X, menyatakan, BRICS telah menyepakati prinsip, standar, kriteria, dan prosedur, terhadap proses perluasan BRICS. BRICS telah memiliki konsensus dalam proses perluasan fase pertama ini.
”Kami telah memutuskan mengundang Argentina, Arab Saudi, Etiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab untuk menjadi anggota penuh BRICS per 1 Januari 2024,” cuit Ramaphosa pada Kamis (24/8/ 2023) pukul 14.50 waktu setempat.
Dengan penambahan Arab Saudi dan Iran, BRICS merepresentasikan 43 persen produksi minyak global.
Ekspansi BRICS itu memperkuat kapasitas dan kekuatan politik-ekonomi blok tersebut. Sebelumnya, BRICS merepresentasikan 42 persen populasi penduduk dunia dan 23 persen produk domestik bruto (PDB) global. Ekspansi tahap 1 meningkatkan skala BRICS menjadi 46,5 persen populasi penduduk dunia dan sekitar 30 persen PDB global.
Ekspansi itu juga menambah kekuatan strategis BRICS lewat komoditas minyak. Dengan penambahan Arab Saudi dan Iran, BRICS merepresentasikan 43 persen produksi minyak global. Adapun ekspor barang BRICS berikut enam anggota baru mencapai 25 persen ekspor barang global.
Ekspansi BRICS yang menjalar ke belahan bumi yang lebih luas dan merata tak bisa disepelekan. Dari Timur Tengah sampai Asia Timur, dari Amerika Latin hingga Afrika, semuanya ada. Dan jangan lupa, sebagian wilayah Rusia itu termasuk Eropa.
Jadi untuk sementara ini saja, BRICS dan enam anggota barunya merupakan pemain-pemain penting dan berpengaruh di kawasannya masing-masing.
Profil ini saja sudah menjadi magnet bagi negara-negara berkembang lainnya untuk menyusul bergabung. Sebagaimana disampaikan Ramaphosa, menjelang KTT BRICS ke-15, lebih dari 40 negara menyatakan minat mereka untuk bergabung. Sebanyak 20 negara di antaranya telah mengirimkan permohonan resmi.
Kami menekankan pentingnya mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional dan transaksi keuangan di antara BRICS dan mitra dagangnya.
Apalagi ditambah dengan ”fasilitas ekonomi” yang ditawarkan BRICS. Ini terutama menyangkut skema perdagangan menggunakan mata uang masing-masing negara yang bertransaksi.
Deklarasi BRICS poin 44 menyebutkan, BRICS menyadari manfaat sistem pembayaran yang cepat, tidak mahal, transparan, aman, dan inklusif. Sistem yang sedang dikembangkan ini diyakini akan mendorong kerja sama di antara anggota BRICS sekaligus mendorong dialog lebih lanjut tentang instrumen pembayaran guna memfasilitasi perdagangan dan arus modal di antara anggota BRICS dan negara berkembang lainnya.
”Kami menekankan pentingnya mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional dan transaksi keuangan di antara BRICS dan mitra dagangnya. Kami juga mendorong penguatan jaringan korespondensi perbankan di antara anggota BRICS dan penyelesaian dalam mata uang lokal,” sebut salah satu poin deklarasi.
Penyeimbang
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan. pada KTT ke-15 menyambut baik ekspansi BRICS. "Kami mengharapkan pengembangan kerja sama ini untuk menciptakan peluang pembangunan dan ekonomi serta meningkatkan hubungan kita ke tingkat yang dicita-citakan,” katanya dikutip Al Jazeera.
Peneliti Kebijakan di RAND Corporation, Michelle Grise, berpendapat, Arab Saudi yang sudah menjadi kekuatan regional memiliki ambisi untuk menjadi kelas berat secara global. Ambisi ini sejalan dengan kepentingan Riyadh semakin dekat Beijing.
Keanggotaan BRICS menawarkan jalan bagi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk menyeimbangkan hubungannya dengan AS dan kepentingannya untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan China.
”Keanggotaan BRICS menawarkan jalan bagi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk menyeimbangkan hubungannya dengan AS dan kepentingannya untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan China,” kata Grise kepada Al Jazeera.
Presiden Argentina, Alberto Fernandez, menyatakan, Argentina ingin bergabung ke BRICS karena munculnya blok-blok akhir-akhir ini dan pentingnya aspek keuangan di Tengah konteks global yang sulit saat ini. Bergabung ke BRICS berarti membuka sebuah skenario baru bagi Argentina, termasuk memberi peluang negara itu untuk memperkuat ekonominya.
"Kami membuka kemungkinan-kemungkinan untuk bergabung ke pasar-pasar baru, mengonsolidasikan pasar-pasar yang sudah ada, meningkatkan investasi masuk dan impor, serta penciptaan lapangan kerja,” katanya sebagaimana dikutip Reuters.
Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, menyatakan, BRICS akan terus membuka diri untuk negara-negara lain bergabung. Salah satu dasar kriterianya adalah bobot negara yang bersangkutan pada aspek geopolitik, bukan ideologi pemerintahannya.
Salah satu dasar kriterianya adalah bobot negara yang bersangkutan pada aspek geopolitik, bukan ideologi pemerintahannya.
"Apa yang penting bukanlah siapa yang sedang memimpin tetapi relevansi negara tersebut," kata Lula pada konferensi pers di Johannesburg sebelum meninggalkan Afrika Selatan.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? ”Kita ingin mengkaji terlebih dahulu, mengalkulasi terlebih dahulu. Kita tak ingin tergesa-gesa,” kata Presiden Joko Widodo, dalam keterangannya seusai menghadiri KTT Ke-15 BRICS, Kamis (24/8).
Belum melamar
Presiden menilai, hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS saat ini sangat baik, khususnya dalam bidang ekonomi. Namun, sampai saat ini, Indonesia belum menyampaikan surat pernyataan minat yang menjadi syarat proses menjadi anggota baru BRICS.
Saat ini, BRICS memiliki momentum untuk terus berkembang menjadi kekuatan penyeimbang, bahkan mendorong dunia ke tata dunia baru. Sejumlah tantangan internal dan kekuatan eksternal sudah pasti ada.
Sebab mereka yang saat ini menjadi pecundang, pada saatnya akan menjadi juara.
Namun sejauh konsolidasi jalan dan membuahkan pilihan yang masuk akal dan menguntungkan kepada segenap anggotanya, BRICS akan menjadi bola salju yang akan terus melaju dan membesar. Para pecundang? Bisa?
”Sebab mereka yang saat ini menjadi pecundang, pada saatnya akan menjadi juara.” Demikian kata musisi AS, Bob Dylan, dalam lagunya berjudul, "The Times, They Are a-Changin", yang dirilis pada 1964.