Para astronot akan meneliti psikologi tidur di luar angkasa dan potensi pengembangan mikroorganisme.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BREVARD, SABTU — Empat astronot terbang ke Stasiun Antariksa Internasional atau ISS pada Sabtu (26/8/2023) dini hari waktu Florida, Amerika Serikat, atau sore waktu Indonesia. Mereka akan meneliti mengenai kemungkinan perkembangan mikroorganisme di luar angkasa.
Pengiriman astronot ke ISS ini turut ”meramaikan” perjalanan ke antariksa dalam beberapa pekan terakhir. Pada 24 Agustus, India mengukir sejarah dengan mendaratkan wahana ruang angkasanya, Chandrayaan-3, di dekat kutub selatan Bulan. Sebelumnya, pada 11 Agustus, Rusia meluncurkan wahana Luna-25 ke Bulan, tetapi gagal karena jatuh menubruk Bulan.
Empat astronot dalam program NASA itu bergabung di dalam Crew-7, yaitu kloter ketujuh yang diterbangkan sejak adanya kerja sama antara Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) dan SpaceX, perusahaan milik miliarder Elon Musk. SpaceX dikontrak oleh NASA sebagai penyedia jasa pengangkut astronot ke antariksa.
Perusahaan kedirgantaraan Boeing juga dikontrak NASA, tetapi roket dan pesawat mereka belum bisa mengangkasa lantaran masih ada masalah. Crew-7 diangkut dengan pesawat antariksa Dragon yang diluncurkan dengan roket Falcon dari Pusat Antariksa Kennedy di Brevard, Florida, AS.
Pemimpin kru adalah pilot Angkatan Laut AS, Jasmin Moghbeli. Anggotanya Andres Morgensen dari Denmark, Satoshi Furukawa dari Jepang, dan Konstantin Borisov dari Rusia. Selain keempat negara ini, ISS adalah kerja sama dengan Kanada dan 11 negara di Eropa. ”Kami berasal dari negara dan bangsa yang berbeda-beda, tetapi bersatu dengan satu misi dan tujuan,” kata Moghbeli.
Di ISS, Crew-7 akan bergabung dengan tujuh astronot dari Crew-6. Mereka meneliti kemungkinan mikroorganisme yang dikeluarkan melalui ventilasi ISS bisa bertahan hidup di antariksa. Selain itu, juga ada penelitian psikis mengenai perbedaan tidur di ISS dengan di Bumi.
ISS adalah stasiun berukuran seluas lapangan sepak bola yang mengorbit 418 kilometer di atas Bumi, tepatnya di atas Pasifik Selatan. Stasiun ini dioperasikan pertama kali tahun 2000 dan akan pensiun pada 2030. Menurut rencana, ISS akan dipereteli dan setelah itu dibiarkan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi, kemudian puing-puingnya jatuh ke Samudra Pasifik.
Dikutip dari Space.com, Direktur ISS Robin Gartens mengatakan, ISS, NASA, dan Pemerintah AS sedang mengembangkan skema yang memungkinkan pembangunan stasiun-stasiun antariksa swasta di bawah koordinasi NASA. Ini akan menghemat biaya pemerintah. Selain itu, juga meningkatkan kesempatan lebih banyak peneliti untuk mengangkasa.
Rusia
Terlepas perseteruan Washington dengan Moskwa, Rusia masih tetap anggota ISS. Pada 2022, badan antariksa Rusia, Roscosmos, sempat mengutarakan niat hendak keluar dari ISS pada 2025. Akan tetapi, mereka kemudian menarik pernyataan tersebut.
Menurut Direktur Eksekutif Misi Berawak Badan Luar Angkasa Roscosmos Sergei Kirkev kepada kantor berita Interfax, Rusia tetap akan berada di ISS sampai batas waktu yang belum ditentukan. Pada waktu bersamaan, Rusia dan China juga mengembangkan program pembuatan stasiun di Bulan untuk penambangan es yang berpotensi sebagai bahan bakar baru.
Kerja sama NASA-Roscosmos terus belanjut. Periode 2022-2024, ada tiga astronot AS terbang memakai roket Soyuz milik Rusia dari Kazakhstan dan ada tiga kosmonot Rusia terbang dari AS.
Pada Kamis (24/8/2023), misalnya, pesawat nirawak Progress 85 buatan Rusia tiba di ISS. Pesawat ini mengangkut 3 ton suplai untuk para astornot, mulai dari makanan hingga peralatan. (AFP)