Tidak Lelah Menggaungkan Indonesia di Kancah Dunia
Para anak muda Indonesia yang sedang kuliah di luar negeri punya cara masing-masing untuk mengenalkan Indonesia kepada masyarakat setempat.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Pengunjung Kongres Diaspora Indonesia ke-4 melintas di samping potret wajah-wajah diaspora Indonesia yang ditampilkan di lokasi kongres di Jakarta, Jumat (1/7/2018).
Di tengah berbagai diplomasi yang dilakukan Indonesia, di antaranya sebagai ketua bergilir forum 20 negara dengan perekonomian terbesar dunia atau G20, ternyata masyarakat internasional belum banyak mengetahui soal Indonesia. Ini bahkan terjadi di lingkungan akademik.
Hal ini mungkin terdengar mengherankan, tetapi demikianlah pengalaman para mahasiswa pascasarjana dari Indonesia yang tengah menempuh pendidikan lanjut di luar negeri. Oleh sebab itu, mereka berusaha mengenalkan Tanah Air, baik kepada rekan sejawat maupun warga lokal di tempat mereka berada sekarang.
”Saya bertemu rekan peneliti dari Eropa yang mengira Indonesia negara kecil berpenduduk di bawah 20 juta. Pernah ada juga yang bertanya bukannya Indonesia itu kerajaan? Saya kaget, padahal lingkungan saya lingkungan peneliti dan akademisi,” kata Rachmad Gustomy, mahasiswa Indonesia di Inggris.
Ia sedang menjalani kuliah S-3 di Universitas Birmingham, yakni di Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Hubungan Internasional, ketika dikontak dari Jakarta, Kamis (10/8/2023).
Hal serupa disampaikan Hari Firmanda, mahasiswa S-3 di Jurusan Teknik Pembelajaran Universitas Negara Bagian Ohio (Ohio State University), Amerika Serikat. Teman-teman di lingkungan kampusnya mengetahui tentang Thailand, tetapi mengira Indonesia hanya titik kecil di suatu tempat di dekat ”Negara Gajah Putih” itu.
”Begitu mereka tahu Indonesia berpenduduk 270 juta jiwa dengan 17.000 pulau, 300 suku bangsa, 700 bahasa, negara demokrasi, dan pernah mempunyai perempuan presiden, baru mereka terkaget-kaget,” kata Hari.
Hari menceritakan, umumnya setelah ia memperkenalkan Indonesia, teman-teman kuliahnya bertanya, ”Kok bisa masyarakat semajemuk itu satu bangsa?” Mereka juga menanyakan penerapan demokrasi di Indonesia yang oleh Hari dijelaskan banyak naik dan turun.
Islam dan demokrasi bisa bahu-membahu.
Di Inggris, Rachmad menjelaskan kepada sejawatnya bahwa Indonesia berkonstitusi sekuler, tetapi menghargai dan menjamin kemerdekaan beragama. Ia juga menerangkan mengenai Islam dan demokrasi yang bisa bahu-membahu.
”Umumnya, penelitian mengenai Islam dan demokrasi di Eropa sangat condong ke Timur Tengah. Baru ketika tahu tentang Indonesia, teman-teman mencari sendiri berbagai literatur tentang demokrasi di Indonesia,” tuturnya.
Di Taiwan, Patrick Kurniawan, mahasiswa S-2 Hubungan Internasional Universitas Nasional Cheng Chi (NCCU), mengatakan, masyarakat Taiwan relatif mengenal Indonesia. Hal ini terjadi karena jumlah mahasiswa Indonesia di sana banyak. Selain itu, 70 persen pekerja migran di Taiwan juga berasal dari Indonesia.
”Namun, pengetahuan mereka masih terbatas. Cuma tahu tempat-tempat pariwisata seperti Bali dan Borobudur,” ujarnya.
Hari kemerdekaan
Tiga mahasiswa tersebut memiliki cara masing-masing untuk mengenalkan Indonesia kepada masyarakat setempat. Di Columbus, Ohio, Hari kebetulan tahun ini menjadi koordinator acara perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Para mahasiswa Indonesia akan berkumpul dan menggelar berbagai acara, mulai dari peragaan busana tradisional sampai lomba-lomba.
”Ada teman yang kemarin pulang ke Indonesia. Kami menitip kerupuk kepadanya untuk dipakai lomba makan kerupuk nanti,” ujarnya.
Di Taiwan, kampus-kampus secara umum memfasilitasi berbagai kegiatan mahasiswa internasional. Menurut Patrick, orang-orang Taiwan pada dasarnya penasaran dan sangat antusias berkenalan dengan budaya-budaya lain. Mahasiswa Indonesia kerap membuka kios jajanan setiap kali kampus menggelar acara.
”Di NCCU, orang-orang sini senang sekali jajan bakwan sayur. Mereka bingung sayur digoreng tepung bisa seenak itu,” tuturnya. Sambil melayani para pembeli, mahasiswa biasanya bercerita mengenai Indonesia.
Rachmad memilih metode yang lebih akademis, yaitu memperkenalkan Indonesia melalui berbagai diskusi dengan sesama peneliti. Dari diskusi itu, rekan-rekannya terpantik untuk mempelajari lebih mendalam tentang Indonesia.
Nonkonvensional
Patrick mengatakan, selama di Taiwan, ia banyak belajar mengenai diplomasi nonkonvensional. Hal ini berkaca dari status Taiwan sebagai kepulauan kecil dengan penduduk sedikit, militer kecil, bukan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi memiliki pengaruh global yang besar.
Taiwan mengambil peran penting sebagai produsen 90 persen semikonduktor dunia. Mereka juga banyak melakukan kerja sama ekonomi, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Sekarang Taiwan memiliki program New Southbound Policy (Kebijakan Selatan Baru) yang fokus di Asia Tenggara.
”Indonesia sejatinya sudah mempunyai modal sosial di Taiwan karena ada banyak pelajar dan pekerjanya di sini. Harus ada koordinasi dari pemerintah kita supaya modal ini bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
Mahasiswa Indonesia mendampingi pengunjung “Indonesian Fair” dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda di gedung Glasgow University Union, Glasgow, Skotlandia, Selasa (26/10/2021).
Hari dan Rachmad mengemukakan, promosi mengenai Indonesia oleh pemerintah serta diaspora di AS dan Inggris memang masih dikonsentrasikan di kota-kota besar. Kebetulan mereka berkuliah bukan di kota-kota yang memiliki komunitas orang Indonesia besar sehingga perlu kesabaran lebih banyak untuk mengenalkan Tanah Air kepada masyarakat lokal.
Rachmad, Hari, dan Patrick beserta para pelajar dan diaspora Indonesia lainnya di luar negeri menjadi salah satu tumpuan untuk menggaungkan Indonesia di kancah dunia. Mudah-mudahan dengan cara mereka yang tak lelah memperkenalkan Indonesia di tempat mereka belajar atau bekerja ini, Indonesia semakin dikenal masyarakat dunia.
Dengan demikian, Indonesia bisa memainkan peran lebih besar di tataran global pada masa depan. Kerja sama di beragam sektor dengan banyak negara pun dapat semakin ditingkatkan demi meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.