Forum Jeddah Tanpa Hasil, Perdamaian Rusia-Ukraina Masih Sulit
Rusia-Ukraina belum siap berdialog apalagi membahas perdamaian untuk saat ini. Hal itu dibuktikan saling serang yang tetap terjadi selama forum Jeddah berlangsung.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
JEDDAH, SENIN-Upaya perdamaian untuk Perang Ukraina telah mempertemukan para pendukung dan mitra utama Rusia-Ukraina. Walakin, upaya mendamaikan Kyiv-Moskwa belum akan berhasil dalam waktu dekat.
Mitra utama Ukraina, yakni Amerika Serikat dan sekutunya, setuju berbicara dengan mitra utama Rusia di Arab Saudi pekan lalu. Penasihat keamanan dan kebijakan luar negeri 42 negara berkumpul di Jeddah pada 5-6 Agustus 2023. Brazil, China, dan India yang tetap menjaga hubungan dengan Rusia hadir dalam forum yang digelar Arab Saudi.
Forum di Jeddah merupakan inisiatif kedua Arab Saudi setelah forum di Copenhagen, Denmark pada akhir Juni 2023. Seperti di Copenhagen, forum Jeddah juga tidak melibatkan Rusia. Forum-forum itu juga tidak menghasilkan kesepakatan apa pun soal perdamaian Rusia-Ukraina.
Forum itu disikapi berbeda oleh para pesertanya. Berlin memandang forum Jeddah sukses. “Jerman akan terus berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk mengakhiri perang ini,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Jerman pada Senin (7/8/2023).
Peneliti Council on Foreign Relations (CFR) Charles Kupchan menyebut, forum itu pelantar lain bagi Ukraina menyampaikan pandangannya. “Forum itu memberikan kesempatan kepada Ukraina menyampaikan proposal perdamaiannya. Tidak ada hasil apa pun selain itu,” kata dia kepada media Jerman, Deusche Welle.
Kehadiran India, China, dan Brazil adalah hal penting. “Fakta China tetap datang walau Rusia tidak datang menunjukkan China berhati-hati menjaga posisi dari tudingan mendukung penuh Rusia. Peran China amat penting karena tidak ada siapa pun punya pengaruh kuat pada (Presiden Rusia Vladimir Putin) Putin, kecuali Presiden China Xi Jinping. China dibutuhkan untuk membawa Rusia pada saatnya nanti,” kata dia.
Tetap Berseberangan
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyebut, posisi Brazil, China, India memang tidak banyak berubah. Secara umum, sikap mereka tetap berbeda dari Barat. Meski demikian, kesediaan para pihak berseberangan bertemu di Jeddah adalah hal penting. Forum di Jeddah berkontribusi pada upaya mencari solusi damai untuk Perang Ukraina.
Utusan khusus China untuk Eurasia Li Hui memang hadir dalam forum Jeddah. Dalam pernyataan Beijing, Li hadir untuk berkomunikasi dan mendengar pendapat berbagai pihak soal Ukraina. “Kami punya banyak ketidaksetujuan dan kami mendengar posisi yang berbeda. Walakin, penting bahwa prinsip kami juga dibagikan,” kata dia.
China telah mengusulkan 12 Poin Perdamaian Rusia-Ukraina. AS dan sekutunya menolak proposal itu. Meski demikian, China kembali menyampaikannya dalam forum di Jeddah.
Ada pun Penasihat Keamanan Nasional India Ajit Doval mengatakan, ada sejumlah usulan perdamaian. Meski ada hal positif, belum ada satu pun usulan itu diterima kedua belah pihak. “Pertanyaan pokoknya adalah, apakah solusinya bisa diterima semua pihak?” ujarnya.
Sementara Kepala Dewan Pertimbangan Presiden Brazil Celso Amorim menegaskan, penting untuk melibatkan Rusia dalam dialog sejenis. “Memang Ukraina adalah korban. Walakin, kalau benar-benar menginginkan perdamaian, kita harus melibatkan Moskwa,” kata dia.
Amorim telah bertandang ke Kyiv dan Moskwa untuk membahas perdamaian. Walakin, bagi Brazil, Rusia-Ukraina belum siap berdialog apalagi membahas perdamaian untuk saat ini. Hal itu dibuktikan saling serang yang tetap terjadi selama forum Jeddah berlangsung. Rusia-Ukraina baku menembakkan roket, melepaskan pesawat nirawak, dan aneka amunisi lain ke posisi lawan.
Reaksi Rusia-Ukraina
Koran The Wall Street Journal melaporkan, posisi Ukraina melunak di forum Jeddah. Kyiv hanya meminta usulan didengar, tidak memaksa usulannya diterima. Tidak ada pula pemaksaan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina. Bukan hanya Ukraina, negara lain pun tidak membahas isu tersebut.
Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, Moskwa tidak memahami apa yang terjadi di Jeddah. Rusia akan membahas pertemuan itu dan hal lain terkait perang Ukraina dengan mitranya di BRICS. Selain Rusia, forum itu terdiri dari Brazil, India, China, dan Afrika Selatan.
Juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova mengapresiasi upaya mediasi dan kemanusiaan dari mitranya di belahan selatan Bumi. “Kami tetap terbuka pada berbagai usulan perdamaian dan siap membahasnya secara serius,” kata dia.
Usulan dari Selatan amat perlu didengar. “Salah kalau hanya memaksakan usulan dari satu versi saja. Jika hanya memaksakan satu versi, maka sama saja meremehkan upaya Selatan,” kata dia.
Ia menyebut, formula versi Ukraina atau lebih dikenal sebagai Formula Zelenskyy sebagai ultimatum yang tidak berguna. “Tidak ada satu pun dari 10 poin itu dirancang untuk mencari solusi melalui dialog dan upaya diplomasi. Semua hanya ultimatum kepada Rusia, dengan tujuan memperpanjang perang,” kata dia.
Pengajar Higher School of Economics Moskwa, Andrey Suzdaltsev, menyebut pertemuan Jeddah hanya membuktikan multikutub mulai diterima Barat. AS dan sekutunya sadar, mereka tidak bisa lagi mendikte dunia. “Perlu melibatkan berbagai pihak untuk mencapai suatu kesepakatan,” kata dia.
Direktur Jenderal Russian International Affairs Council Ivan Timofeev sepakat dengan Amorim. “Upaya perdamaian yang tidak melibatkan Rusia tidak akan diterima Rusia. Forum itu mencoba mementahkan netralitas negara-negara non-barat. Negara-negara non-barat berusaha dibawa merapat ke Barat,” kata dia.
Pendapat senada disampaikan peneliti Russian Academy of Sciences Aleksey Gromyko. Menurutnya, forum Jeddah adalah upaya menggalang upaya perdamaian negara-negara Selatan. Tujuan lain forum itu adalah membuat kerja sama antara pendukung Ukraina dengan pihak yang tidak mau berpihak dalam perang. (AFP/REUTERS)