Untuk Damaikan Palestina-Israel, China Ingin Faksi-faksi Palestina Saling Dialog
Palestina berharap pada China dan negara-negara lain untuk membantu mewujudkan kedamaian dan kemerdekaan. China hadir di Timur Tengah saat ada kevakuman peran kekuatan besar di sana.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dialog antarfaksi internal Palestina menjadi faktor penting dalam perdamaian Palestina-Israel. Karena itu, China tidak hanya mengupayakan dialog Palestina-Israel semata.
Duta Besar China di Jakarta Lu Kang mengatakan, perdamaian Israel-Palestina merupakan kepentingan banyak pihak. Untuk mencapainya diperlukan berbagai terobosan. ”Bukan hanya dialog Palestina-Israel, (proses) perdamaian membutuhkan dialog para pihak di Palestina,” ujarnya dalam seminar bertema ”Pengaruh China di Timur Tengah dan Peluang Kestabilan dan Perdamaian”, Senin (26/6/2023), di Jakarta.
Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia menggelar seminar itu dengan mengundang narasumber dari sejumlah universitas. Selain UI, hadir pembicara dari Al Quds University di Palestina dan Central China Normal University.
Dosen Central China Normal University, Zhang Xian, mengatakan, China bukan pemain baru dalam upaya perdamaian Palestina-Israel. Beberapa tahun terakhir, China telah membuat sejumlah forum dialog Israel-Palestina. ”Jadi, ini bukan hal baru bagi China,” katanya.
China punya banyak kepentingan atas kestabilan Timur Tengah, termasuk dengan perdamaian Palestina-Israel. Kini, China menjadi mitra dagang penting sejumlah negara di kawasan. Selain itu, Timur Tengah menjadi salah satu pemasok penting kebutuhan energinya. Semua itu membutuhkan kestabilan kawasan.
Harapan tinggi
Lu Kang menyebut, Beijing menyadari ada harapan sejumlah pihak kepada China untuk berkontribusi dalam perdamaian Palestina-Israel. Kesuksesan China memfasilitasi rekonsiliasi Arab Saudi-Iran menjadi salah satu alasannya.
”Saya memperhatikan, kesuksesan China memediasi rekonsiliasi bersejarah ini mendapatkan perhatian luas di Indonesia. Banyak pejabat dan politisi memberi selamat kepada Pemerintah China,” katanya.
Namun, menurut Lu Kang, justru pemerintah dan warga Arab Saudi-Iran harus dipuji atas rekonsiliasi tersebut. Kehendak mereka untuk kedamaian dan kestabilan hubungan kedua negara serta kawasan menjadi faktor penting dalam rekonsiliasi itu. ”China tidak pernah ragu mendukung upaya mencari kedamaian dan kestabilan,” ujarnya.
Bagi Beijing, penerimaan Timur Tengah terhadap China tidak lepas dari kebijakan China. ”China selalu percaya, nasib Timur Tengah harus ditentukan oleh warga Timur Tengah,” ujar Lu Kang.
Zhang mengatakan, China hadir di Timur Tengah saat ada kevakuman peran kekuatan besar di sana. Selama beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat dan sekutunya sibuk di Indo-Pasifik. Washington dan sekutunya melupakan Timur Tengah. ”China mengisi kekosongan itu,” katanya.
Peran signifikan China saat ini antara lain dari investasi diplomatik jangka panjang. Sudah bertahun-tahun, China mempunyai sejumlah forum dialog dengan berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Dalam konteks Iran-Arab Saudi, China punya hubungan baik dengan keduanya. Dengan demikian, China bisa menjadi pihak yang dipercaya oleh kedua belah pihak.
Dosen Al Quds University, Amneh Badran, mengatakan, Palestina berharap pada China dan negara-negara lain untuk membantu mewujudkan kedamaian dan kemerdekaan. Sejauh ini, Palestina tidak melihat negara lain benar-benar berupaya mewujudkan kemerdekaan Palestina. ”Israel adalah pos terdepan Barat di jantung Timur Tengah,” katanya.
Barat, menurut dia, berusaha tetap menjaga pengaruhnya di Timur Tengah. Dengan demikian, mereka bisa terus mengeksploitasi sumber daya alam kawasan untuk kepentingan Barat. Dengan kondisi itu, sulit mengharapkan akan ada perlakuan adil terhadap Palestina dalam isu Palestina-Israel. Kondisi itu menjadi salah satu kendala pokok untuk kemerdekaan Palestina.
Sebaliknya, menurut Badran, China bisa diterima karena benar-benar mau mengakui negara lain sebagai mitra. ”Tidak ada upaya untuk membuat negara lain menjalankan agendanya, seperti dilakukan negara lain. Tidak mempromosikan ideologi dan nilainya,” katanya.
Meski demikian, tetap ada tantangan dalam upaya China lebih dekat pada Palestina. China mengizinkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) membuka kantor perwakilan di Beijing sejak 1965. Selain itu, China mendukung Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dukungan itu sama saja menganggap Palestina sudah menjadi negara. Padahal, bagi AS dan sejumlah negara, Palestina belum menjadi negara.