Putin Akan Pakai Senjata Nuklir jika Keamanan Rusia Terancam
Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi, senjata-senjata nuklir taktis negaranya telah disiagakan di Belarus. Ia menyatakan, senjata nuklir itu hanya akan digunakan jika eksistensi negara Rusia terancam.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
SAINT PETERSBURG, SABTU — Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi gelombang pertama senjata nuklir taktis Rusia sudah ditempatkan di Belarus. Ia akan menggunakan senjata nuklir itu pada saat keamanan Rusia terancam.
Hal tersebut ditegaskan Putin saat berpidato pada Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg atau Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (16/6/2023). Ia mengatakan, penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus akan terus berlangsung hingga selesai sebelum akhir musim panas atau akhir tahun ini.
”Seperti yang Anda ketahui, kami bernegosiasi dengan mitra kami, Presiden (Belarus, Alexander) Lukashenko bahwa kami menempatkan sebagian senjata nuklir taktis ke wilayah Belarus. Itu sudah dilakukan,” kata Putin.
”Gelombang pertama hulu ledak nuklir telah ditempatkan di wilayah Belarus. Namun, itu baru gelombang pertama, bagian pertama. Kami akan menyelesaikan pekerjaan (penempatan hulu ledak nuklir di Belarus) ini pada akhir musim panas ini atau akhir tahun ini.”
Penempatan senjata nuklir taktis di Belarus itu merupakan penempatan senjata nuklir pertama Rusia di luar negeri setelah runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Putin menyatakan, langkah tersebut sebagai peringatan terhadap Barat yang mendukung dan menyuplai senjata ke Ukraina.
Belarus adalah sekutu utama Rusia dan menjadi negara awal tempat Putin mengerahkan pasukannya untuk menginvasi Ukraina, Februari 2022. Senjata nuklir taktis berhulu ledak nuklir kecil yang ditujukan untuk medan pertempuran atau untuk serangan terbatas.
Senjata nuklir taktis itu dirancang untuk menghancurkan target musuh di area tertentu tanpa menimbulkan penyebaran radioaktif secara luas. Senjata nuklir taktis terkecil bisa seberat satu kiloton atau kurang dari itu. Hulu ledak nuklir paling kecil ini menghasilkan ledakan setara 1.000 ton bahan peledak TNT.
Senjata nuklir taktis terbesar bisa mencapai 100 kiloton. Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima, Jepang, tahun 1945 memiliki berat 15 kiloton. Sejak bom di Hiroshima dan Nagasaki, senjata nuklir belum pernah digunakan lagi.
Pengerahan senjata nuklir taktis Rusia ke Belarus diumumkan Putin pada Maret 2023. Saat itu ia merujuk pada penempatan senjata-senjata nuklir taktis Amerika Serikat di beberapa negara Eropa. Seperti telah diberitakan, AS menempatkan setidaknya 150 senjata nuklir taktis di sebagian negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Bom-bom nuklir B61 dengan panjang sekitar 3,6 meter, dengan daya ledak yang bervariasi mulai dari 0,3 hingga 170 kiloton ditempatkan AS di enam pangkalan udara di Italia, Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda. Sampai 2021, Putin berulang kali meminta AS menarik senjata-senjata nuklir taktis tersebut. Permintaan itu ditolak Washington (Kompas.id, 26 Maret 2023).
Doktrin nuklir Moskwa
Pada Selasa (13/6/2023) malam, Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengumumkan bahwa negaranya telah menerima senjata-senjata nuklir taktis Rusia. Putin menegaskan, pihaknya hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keamanan dan eksistensi Rusia terancam. Penegasan merujuk doktrin nuklir Rusia ini disampaikan Putin, menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada forum di Saint Petersburg tersebut.
”Senjata-senjata nuklir dibuat untuk memastikan keamanan kami dalam arti yang paling luas dan untuk memastikan eksistensi negara Rusia,” kata Putin, seperti dikutip media Rusia, RT. ”Tetapi, pertama-tama, kami tidak butuh (menggunakan senjata nuklir itu saat ini), dan kedua, adanya pembicaraan topik ini telah menurunkan ambang penggunaan senjata (nuklir).”
”Mengapa kami harus mengancam seluruh dunia? Saya sudah mengatakan bahwa penggunaan langkah-langkah ekstrem hanya dimungkinkan ketika ada ancaman terhadap negara Rusia,” ujar Putin, seperti dilansir BBC.
Putin menyebut senjata-senjata nuklir itu sebagai pencegah atau deterens. ”(Senjata nuklir) Itu secara khusus sebagai elemen deterens karena mereka yang berpikir ingin mengalahkan kami bukannya tidak menyadari keadaan ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, Moskwa tidak akan mau berunding dengan Barat mengenai pembahasan pelucutan senjata nuklir. Sebab, jika dilakukan, hal itu tidak akan menguntungkan posisi Rusia. ”Kami memiliki senjata (nuklir) itu lebih banyak daripada milik negara-negara NATO. Mereka tahu itu dan selalu berupaya membujuk kami untuk memulai negosiasi pengurangan (senjata nuklir),” kata Putin.
Respons Washington
Menanggapi pernyataan Putin mengenai senjata nuklir negaranya, Gedung Putih melontarkan kecaman, sekaligus penegasan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengubah postur senjata nuklirnya. Menjawab pertanyaan wartawan di atas penerbangan dengan pesawat kepresidenan AS, Air Force One, Wakil Juru Bicara Gedung Putih Olivia Dalton menyatakan, AS tetap berkomitmen pada prinsip pertahanan kolektif NATO.
Hal serupa ditegaskan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Ia menyatakan, militer AS belum mengubah postur senjata nuklirnya terkait langkah Putin menempatkan senjata nuklir taktis negaranya di Belarus. ”Kami tidak punya alasan untuk mengubah postur senjata nuklir kami. Kami juga tidak melihat ada indikasi bahwa Rusia sedang bersiap menggunakan senjata nuklir,” katanya.
Blinken menyebut langkah Putin menempatkan senjata nuklir Rusia di Belarus sebagai ”hal yang ironis” mengingat Putin membenarkan invasinya ke Ukraina untuk mencegah Kyiv memperoleh senjata nuklir itu. Blinken juga mengkritik keputusan Lukashenko yang mau menerima senjata nuklir dari Moskwa.
”Ini contoh lain sikap Lukashenko yang tidak bertanggung jawabnya, dengan pilihan-pilihan provokatif untuk menyerahkan kendali kedaulatan Belarus, yang bertentangan dengan kehendak rakyat Belarus,” kata Blinken. (AFP/REUTERS)