Presiden China Xi Jinping menyampaikan langkah-langkah guna membantu terwujudnya negara Palestina merdeka. Ia menyatakan siap menengahi konflik Palestina dan Israel.
Oleh
KRIS MADA, ELSA EMIRIA LEBA, DARI NINGBO, CHINA
·5 menit baca
NINGBO, KOMPAS — Presiden China Xi Jinping menyatakan keinginan membantu rekonsiliasi di kalangan faksi-faksi Palestina dan mengupayakan perundingan damai Palestina dan Israel. Sasaran utama dari langkah itu adalah terbentuknya negara Palestina merdeka beribu kota Jerusalem Timur dengan garis perbatasan tahun 1967.
Hal itu disampaikan Xi saat menjamu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di gedung Balai Agung Rakyat, Beijing, China, Rabu (14/6/2023). Abbas merupakan kepala negara Arab pertama yang dijamu Xi sejak Xi kembali ditetapkan sebagai Presiden China. Abbas mengunjungi China selama empat hari mulai Selasa (13/6/2023).
Guna mencapai sasaran utama tersebut, dalam jangka pendek Xi mengupayakan agar Palestina menjadi ”negara anggota penuh” di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat ini Palestina di PBB berstatus ”negara pemantau bukan anggota”.
Xi mengajukan proposal berisi tiga poin. Pertama, soal pembentukan negara Palestina merdeka. ”Solusi mendasar bagi isu Palestina bersandar pada berdirinya negara Palestina merdeka di atas perbatasan 1967 dengan ibu kota di Jerusalem Timur,” kata Xi, seperti dikutip media Pemerintah China.
Kedua, kebutuhan ekonomi dan penghidupan Palestina harus dipenuhi. Masyarakat internasional perlu meningkatkan bantuan pembangunan dan bantuan kemanusiaan bagi Palestina.
Ketiga, penting untuk menjaga perundingan damai ke arah yang benar. Status quo sejarah tempat-tempat suci di Jerusalem harus dihormati, sementara kata-kata serta tindakan yang berlebihan dan provokatif harus dihindari.
Seperti dilaporkan kantor berita Xinhua, dalam pertemuan itu Xi dan Abbas mengumumkan kemitraan strategis Palestina-China. Xi menyebut kemitraan itu akan menjadi loncatan penting hubungan kedua negara. China akan memanfaatkan semua peluang untuk meningkatkan kerja sama dan hubungan dengan Palestina.
Menurut Xi, China dan Palestina adalah teman baik yang saling mendukung dan saling percaya. ”Menghadapi perubahan di dunia dan perkembangan di Timur Tengah, China siap meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan Palestina, berusaha untuk solusi isu Palestina yang adil, awet, dan komprehensif,” ujarnya, sebagaimana dikutip Xinhua.
Menghadapi perubahan di dunia dan perkembangan di Timur Tengah, China siap meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan Palestina, berusaha untuk solusi isu Palestina yang adil, awet, dan komprehensif.
China merupakan salah satu pendukung awal kemerdekaan Palestina. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) membuka kantor di Beijing pada Mei 1965. Hubungan diplomatik China-Palestina dimulai pada 1988 setelah Palestina diproklamasikan Yasser Arafat. Peresmian hubungan diplomatik itu bukti bahwa China telah mengakui Palestina sebagai negara.
Kerja sama bilateral
Dalam pertemuan kemarin, Xi dan Abbas menandatangani sejumlah dokumen kerja sama bilateral. Beberapa di antaranya adalah pakta kerja sama ekonomi dan teknologi, kesepakatan pengecualian visa bagi pemegang paspor diplomatik, serta persahabatan antara kota Wuhan di China dan Ramallah di Tepi Barat.
Kepada Xi, Abbas memuji peran mediasi China yang berhasil mendamaikan Arab Saudi dan Iran, Maret lalu. Ia berharap, China terus mendukung kemerdekaan dan kesejahteraan Palestina.
Manuver China di Timur Tengah telah menyingkirkan sebagian hambatan untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina. Seperti dilaporkan kantor berita Palestina, Wafa, Abbas memastikan Palestina akan terus menghormati prinsip ”Satu China”. Palestina juga akan berpartisipasi dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI). Palestina pun akan terus meningkatkan kerja sama dengan China.
Abbas yakin, China akan terus memberikan dukungan politik dan ekonomi untuk meningkatkan daya tahan Palestina. Ia berterima kasih atas dukungan China selama ini pada upaya mencapai kemerdekaan Palestina.
China merupakan salah satu negara yang teguh pada solusi dua negara. Beijing memandang, penyelesaian isu Palestina-Israel membutuhkan kemerdekaan penuh Palestina. Sikap itu berulang kali disampaikan China dalam berbagai forum internasional dan bilateral.
Harapan penyelesaian
Politisi Fatah, Abbas Zaki, mengatakan, Timur Tengah memantau manuver China di kawasan. ”Ada harapan, China akan berperan besar di tingkat global, dan semakin besar peran itu, semakin besar keadilan bisa dinikmati Palestina,” ujarnya, sebagaimana dikutip Wafa.
Pengajar pada China Foreign Affairs University, Li Haidong, menuturkan, salah satu hambatan penyelesaian isu Palestina adalah persaingan antarfaksi di Palestina. Setiap faksi mengupayakan agenda masing-masing dan tidak mau bersatu untuk Palestina.
”Kondisi itu tidak lepas dari konfrontasi Arab Saudi dan Iran. Mereka (Arab Saudi-Iran) mendukung faksi berbeda di Palestina. Sekarang, setelah rekonsiliasi Arab Saudi-Iran, masalah itu sudah tidak ada lagi,” ucap Li, sebagaimana dikutip media China, Global Times.
China juga berperan besar dalam rekonsiliasi Arab Saudi-Iran. Kesepakatan normalisasi hubungan kedua negara itu dicapai dan diumumkan di Beijing pada Maret 2023.
Mantan Utusan Khusus China untuk Timur Tengah Wu Sike mengatakan, China berkomunikasi dengan Israel maupun Palestina. Dalam komunikasi dengan Israel, antara lain, ditemukan banyak pihak yang menyadari konflik Palestina-Israel tidak mungkin selesai jika terus mengandalkan kekerasan.
”Penyelesaian yang berkelanjutan dan awet adalah kepentingan semua pihak dan hanya mungkin dicapai melalui perundingan,” ujar Wu.
Pada April 2023, Menteri Luar Negeri China Qin Gang menyatakan, Beijing bersedia menjadi penengah Palestina-Israel. China mendukung Palestina dan Israel kembali memulai perundingan dengan tujuan mewujudkan solusi dua negara. Kementerian Luar Negeri China juga menegaskan, Beijing memandang kemerdekaan adalah hak Palestina. China akan mendukung penyelesaian adil bagi semua pihak.
Dosen pada Fudan University Qiu Wenping meyakini, tawaran China lebih baik dibandingkan Amerika Serikat. Sebab, strategi AS di Timur Tengah didasarkan pada upaya mengadang Iran. ”Manuver dan strategi China merusak strategi itu,” katanya.
Palestina telah menolak AS sebagai penengah dengan Israel. Ramallah menilai AS lebih mengutamakan kepentingan Israel. Bahkan, tawaran terakhir AS atas solusi Palestina dipandang didasarkan pada penyerahan total Palestina.
Presiden AS 2017-2020 Donald Trump mengusulkan agar Palestina menyerahkan sebagian besar wilayahnya kepada Israel. Sebagai gantinya, Palestina dijanjikan mendapat investasi dan utang dari AS. (AFP/REUTERS)