Comac C919 diharapkan bisa menjadi pesaing bagi Airbus dan Boeing guna memberi keragaman di dalam industri penerbangan dunia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Pesawat jet komersial buatan China, C919, menempuh perjalanan pertamanya mengangkut penumpang. Kehadiran pesawat ini diharapkan bisa memecah duopoli industri penerbangan yang dikuasai Airbus dan Boeing sehingga terjadi persaingan yang lebih sehat.
Pesawat C919 ini diproduksi oleh perusahaan penerbangan komersial China yang bernama Comac. Jet tersebut dioperasikan oleh maskapai penerbangan China Eastern dengan nomor penerbangan MU9191. Mengangkut 130 penumpang, pesawat C919 ini bertolak dari kota Shanghai menuju Beijing dengan menempuh waktu perjalanan tiga jam pada Minggu (28/5/2023) siang.
”Penerbangannya nyaman. Saya yakin, pesawat buatan dalam negeri ini akan semakin baik kualitasnya,” kata Liu Peng, salah seorang penumpang.
Produksi C919 ini bagian dari visi ”Buatan China 2025”, yaitu cita-cita yang ditargetkan oleh Presiden Xi Jinping agar barang-barang produksi China bisa berjaya di dalam negeri dan sekaligus memiliki daya saing internasional. Walaupun demikian, C919 masih menggunakan berbagai komponen buatan negara-negara Barat, mulai dari mesin hingga sistem radarnya.
C919 dibuat khusus untuk menyaingi pesawat penumpang Boeing 737 dan Airbus A320. Pesawat ini memiliki badan langsing. Di dalamnya terdapat satu lorong dengan kursi-kursi penumpang di kanan dan kiri. Daya tampung pesawat ini 164 orang dan daya tempuhnya 5.555 kilometer. Sebelumnya, China memproduksi jet ARJ21 yang berukuran lebih kecil dan telah terbang secara komersial sejak tahun 2016.
”Kehadiran pesawat baru yang bisa menyaingi duopoli Airbus dan Boeing ini penting. Harus ada persaingan yang sehat di industri penerbangan karena ini akan menguntungkan masyarakat,” kata pakar penerbangan dari Carno.com, Lin Zhijie, dikutip oleh surat kabar nasional China, China Daily.
Perusahaan pembuat pesawat akan berlomba-lomba menghadirkan teknologi terbaru. Artinya, teknologi ini bisa mengangkut lebih banyak penumpang, lebih efisien secara energi, dan secara keseluruhan memberi lebih banyak pilihan kepada konsumen. Ini akan membuat penerbangan semakin terjangkau bagi semua orang.
Media khusus penerbangan, Simple Flying, menjelaskan, C919 memakai mesin yang sama dengan Boeing 737 dan Airbus A320, yaitu CFM LEAP1-C. Dari sisi muatan, apabila pengaturan tempat duduknya diterapkan secara maksimal, C919 bisa diisi 190 kursi. Boeing 737 dengan pengaturan kepadatan serupa bisa diisi 200 kursi dan A320 berisi 194 kursi.
Dari segi jarak tempuh, C919 memang tertinggal dari Boeing 737 dan A320. Akan tetapi, ini karena C919 dibuat khusus untuk melayani rute penerbangan dalam negeri. Prioritasnya adalah bisa terbang bolak-balik dalam frekuensi yang sering dan mengangkut banyak penumpang. Soal jarak tempuh, bisa terus dikembangkan dan apabila sudah ditambah, bisa menjadi pesaing serius bagi Boeing dan Airbus.
Di China, C919 telah diujicobakan sejak tahun 2017. Maskapai China Eastern membeli satu unit pada Desember 2022 dan melanjutkan percobaan penerbangannya. Perjalanan Shanghai-Beijing ini merupakan penerbangan perdana pesawat dipakai untuk mengangkut penumpang. China Eastern sekarang sudah memesan lima unit C919.
Direktur Pemasaran Comac Zhang Xiaoguang mengatakan kepada kantor berita nasional Xinhua, C919 berusaha mengikuti kebutuhan pasar domestik dan internasional untuk pesawat yang harganya terjangkau, bisa dioperasikan sering, dan mampu mencapai bandara-bandara kecil. Berdasarkan Laporan Perkembangan Sains dan Teknologi Shanghai, ada 32 klien yang memesan C919. Jumlah totalnya 1.035 unit. Menurut Zhang, Comac akan memperoduksi 150 unit C919 per tahun. (Reuters)