Xi Jinping Kunjungi Putin, Upaya Damai di Ukraina Jadi Pembicaraan Pertama
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya bertemu kembali di Moskwa, Rusia. Putin menyampaikan kepada Xi, dirinya siap membahas proposal damai Beijing dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
AP/RUSSIAN POOL
Dalam foto yang diambil dari video ini, terlihat Presiden China Xi Jinping (kiri) berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan di Kremlin, Moskwa, Rusia, Senin (20/3/2023).
MOSKWA, SENIN — Presiden Rusia Vladimir Putin menerima kunjungan kenegaraan Presiden China Xi Jinping, Senin (20/3/2023). Dalam pertemuan informal di Kremlin, Moskwa, isu perundingan damai di Ukraina menjadi salah satu pembicaraan awal kedua pemimpin. Lebih dari setahun terakhir, Ukraina dikoyak perang menyusul invasi Rusia ke negara itu sejak 24 Februari 2022.
Melalui penerjemah, Putin menyampaikan kepada Xi bahwa dirinya siap membahas proposal damai Beijing dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina. ”Kami selalu terbuka untuk negosiasi,” ujar Putin. ”Kami tentu akan membahas semua isu itu, termasuk inisiatif Anda yang kami sambut dengan respek, tentu saja.”
Kunjungan Xi Jinping ke Rusia menandai momentum baru baru dalam hubungan bilateral kedua negara pada era baru. Pemaknaan kunjungan itu disampaikan langsung oleh Xi di bandara Moskwa, Senin (20/3/2023), seperti dikutip beberapa kantor berita Rusia, sesaat setelah ia turun dari pesawat.
”Saya yakin, kunjungan ini akan berbuah dan memberi momentum baru bagi perkembangan hubungan China-Rusia yang sehat dan stabil,” kata Xi.
Xi disambut Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Chernyshenko di karpet merah dengan iringan band militer Rusia yang memainkan lagu kebangsaan kedua negara. ”China dan Rusia adalah tetangga yang baik dan mitra yang dapat diandalkan,” ujar Xi.
Ia akan berada di Rusia selama tiga hari. Pekan lalu, Yuri Ushakov, salah satu asisten utama di Kremlin, mengungkapkan bahwa dalam kunjungan ini Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan menandatangani dokumen-dokumen yang mendorong semakin dekatnya hubungan kedua negara.
Xi mengatakan, di tengah dunia yang tengah bergejolak dan bertransformasi, China akan terus menjalin kerja sama dengan Rusia untuk menjaga tatanan internasional dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengendalinya. Ia menyebut China dan Rusia sebagai negara ”bertetangga yang baik” dan ”mitra yang dapat diandalkan”.
AFP/ANATOLIY ZHDANOV
Presiden China Xi Jinping, didampingi Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Chernyshenko, berjalan melewati pasukan kehormatan Rusia saat upacara penyambutan di bandara Vnukovo Moskwa, Rusia, Senin (20/3/2023).
Setelah berhasil ikut memulihkan hubungan diplomatik di antara dua negara musuh bebuyutan, Arab Saudi dan Iran, kini perhatian China beralih ke upaya-upaya damai di Ukraina.
China dan Rusia menggambarkan kunjungan Xi ini sebagai kesempatan untuk memperdalam ”persahabatan tanpa batas” di antara mereka. China, yang selama ini dipasok minyak dan gas antara lain dari Rusia, memandang Rusia sebagai mitra dalam menghadapi dominasi Amerika Serikat untuk urusan global. Kedua negara juga sudah mengadakan latihan militer bersama.
Isu konflik Rusia-Ukraina
Selain mempererat hubungan bilateral, Xi dan Putin juga akan membicarakan tentang konflik Rusia dan Ukraina. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin kemungkinan akan memberikan penjelasan yang terperinci mengenai pandangan Rusia tentang situasi Ukraina saat ini. Pembicaraan yang lebih luas tentang berbagai topik dan melibatkan pejabat dari kedua negara akan dilakukan, Selasa (21/3/2023).
Bagi Putin, kedatangan Xi ini prestise dan simbol kemenangan diplomatik. Dengan kunjungan Xi, Moskwa seakan memberitahukan kepada para pemimpin negara-negara Barat yang bersekutu dengan Ukraina bahwa upaya mereka untuk mengucilkan Rusia berakhir gagal.
AP/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO
Pemandangan di Stasiun Michurinsky Prospekt (Avenue) baru dari Big Circle Line (BCL) sepanjang 70 kilometer dari Metro Moskwa (kereta bawah tanah) penuh hiasan karakter China di Moskwa, Rusia, 17 Maret 2023.
Dalam artikel yang diterbitkan di harian China, Renmin Ribao (People’s Daily), Putin menggambarkan kunjungan Xi sebagai peristiwa penting yang menegaskan kembali kekhususan dari kemitraan Rusia-China. Putin juga secara khusus menyebutkan pertemuan dengan Xi mengirimkan pesan ke Amerika Serikat bahwa Rusia dan China tidak akan berdiam diri jika AS berupaya melemahkan mereka.
Bagi Putin, kedatangan Xi ini prestise dan simbol kemenangan diplomatik.
”Kebijakan AS untuk menghalangi Rusia dan China, serta semua orang, yang tidak tunduk pada diktat Amerika, semakin ganas dan agresif,” tulis Putin.
Sementara China menggambarkan kunjungan Xi sebagai bagian dari pertukaran diplomatik yang normal. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menjelaskan kunjungan Xi adalah perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian.
Terkait dengan konflik Rusia-Ukraina, Wang menegaskan, China akan menegakkan posisi yang obyektif dan adil dalam krisis Ukraina serta memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan pembicaraan damai. ”Presiden Xi akan melakukan pertukaran pandangan mendalam dengan Presiden Putin mengenai hubungan bilateral dan isu-isu utama internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama,” ujarnya.
Harapan Ukraina
Sementara Ukraina dan Inggris berharap, China akan bisa memanfaatkan pengaruhnya membujuk Rusia agar mau mengakhiri perang di Ukraina. ”Kami akan terus mengikuti perkembangan dalam kunjungan Presiden China ke Rusia. Kami siap untuk berdialog lebih dekat dengan China untuk memulihkan perdamaian di Ukraina sesuai prinsip-prinsip di Piagam PBB dan resolusi terbaru Majelis Umum PBB mengenai masalah ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko, tak lama setelah Xi tiba di Moskwa.
Pada bulan lalu, China menyerukan gencatan senjata dan perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan hati-hati menyambut keterlibatan China. Kremlin menyambut baik rencana perdamaian China dan mengatakan hal itu akan dibahas dalam pembicaraan antara Putin dan Xi yang akan dimulai saat makan malam, Senin malam waktu setempat.
Namun, AS keras menolak seruan gencatan senjata oleh China. Washington melihat China tidak memberikan solusi praktis. Di mata AS, China hanya akan mengonsolidasikan ”penaklukan Rusia” dan memberi kesempatan Kremlin menyiapkan serangan baru.
”Gencatan senjata itu hanya akan menguntungkan Rusia,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, Jumat (17/3/2023).
RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE VIA AP
Dalam foto yang diambil dari video dan dirilis Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu (18/3/2023), Rusia, China, dan Iran melakukan latihan militer bersama di Laut Arab.
Ukraina juga tidak mau tunduk pada kesepakatan perdamaian dan mendesak Rusia segera menarik pasukannya dari wilayah Ukraina. ”Formula untuk keberhasilan implementasi ’Rencana Perdamaian’ China. Poin pertama dan terpenting adalah penyerahan atau penarikan pasukan pendudukan Rusia dari wilayah Ukraina sesuai hukum internasional dan Piagam PBB,” tulis Oleksiy Danilov, Sekretaris Keamanan Nasional Ukraina dan Dewan Pertahanan, di Twitter.
Kunjungan Xi ke Moskwa ini dilakukan hanya beberapa hari setelah Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan Putin atas tuduhan kejahatan perang mendeportasi anak-anak Ukraina secara tidak sah. Mengenai hal itu, China mengatakan, ICC harus menghindari apa yang disebutnya ”politisasi dan standar ganda” serta menghormati prinsip kekebalan bagi kepala negara.
”Pengadilan harus menjunjung tinggi sikap obyektif dan tidak memihak dan menghormati kekebalan kepala negara dari yurisdiksi berdasarkan hukum internasional. Solusi untuk konflik Ukraina tetap dialog dan negosiasi,” kata Wang.
China dan Rusia bukan penandatangan Statuta Roma yang menjadi dasar pembentukan ICC. Kremlin tidak mengakui otoritas ICC dan menganggap surat perintah ICC itu tidak sah secara hukum. AS dan Ukraina juga tidak mengakui ICC. Meski Rusia menganggap keputusan ICC tidak sah secara hukum, pengumuman ICC itu mencoreng reputasi internasional Putin. (REUTERS/AFP)