Konfrontasi Berbahaya di Laut Hitam, Rusia Peringatkan AS agar Tak Dekati Wilayahnya
Insiden jatuhnya pesawat nirawak AS di Laut Hitam menandai konfrontasi langsung pertama antara AS dan Rusia sejak perang Ukraina, yang diawali invasi Rusia, meletus tahun lalu.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI, LUKI AULIA
·6 menit baca
AP/RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS
Dalam foto yang dirilis Biro Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu (15/3/2023), terlihat jet tempur Su-25 untuk serangan darat melepaskan roket-roketnya dalam serangan ke Ukraina.
MOSKWA, RABU — Moskwa memperingatkan Washington, Rabu (15/3/2023), agar tak mendekati wilayah udaranya. Peringatan ini dilontarkan Rusia menyusul insiden jatuhnya pesawat nirawak AS di Laut Hitam setelah diintersep oleh jet-jet tempur Rusia. Insiden itu merupakan konfrontasi langsung pertama antara AS dan Rusia, yang diketahui publik, sejak Rusia menginvasi Ukraina, Februari 2022.
Amerika Serikat mengklaim, baling-baling pesawat pengintai tanpa awak miliknya, MQ-9 Reaper, dihantam pesawat tempur Rusia, Su-27. Akibatnya, AS terpaksa menjatuhkannya di Laut Hitam. AS melayangkan tudingan pelanggaran hukum internasional oleh Rusia. Namun, Rusia membantah tuduhan militer AS dan menegaskan pesawat tempurnya tidak mengenai pesawat tanpa awak AS itu.
Rusia menyatakan akan berupaya menemukan puing bekas MQ-9 Reaper dari Laut Hitam. Adapun Washington menyebut puing pesawat nirawak itu diperkirakan tidak akan bisa ditemukan. Berbagai langkah telah dilakukan AS guna memastikan Rusia tidak akan mampu memperoleh data intelijen dari puing bekas pesawat nirawak itu jika nanti ditemukan.
”Amerika selalu mengatakan, mereka tidak ambil bagian pada operasi militer (dalam perang di Ukraina). (Insiden) ini merupakan konfirmasi terbaru bahwa mereka secara langsung ikut dalam aktivitas-aktivitas ini—dalam perang ini,” kata Nikolai Patrushev, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia.
Insiden di Laut Hitam tersebut merupakan konfrontasi langsung pertama antara AS dan Rusia sejak Rusia menginvasi Ukraina, Februari 2022.
Menurut sumber militer Barat, yang tak mau diungkap identitasnya, kepada kantor berita AFP, saluran diplomatik AS dan Rusia dapat mencegah eskalasi konfrontasi langsung kedua negara. ”Saluran diplomatik akan memitigasi hal ini,” ujar sumber tersebut.
Perang di Ukraina, yang diawali oleh serangan Rusia ke negara itu, mencuatkan kekhawatiran akan meletusnya konfrontasi langsung antara Rusia dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), termasuk AS.
Insiden di Laut Hitam tersebut merupakan konfrontasi langsung pertama antara AS dan Rusia sejak Rusia menginvasi Ukraina, Februari 2022.
Alarm konfrontasi itu sempat menyala, November 2022, ketika sebuah rudal jatuh di wilayah timur Polandia, anggota NATO. Militer Barat saat itu menyimpulkan, rudal tersebut adalah rudal pertahanan udara Ukraina, bukan milik Rusia.
Terkait jatuhnya pesawat nirawak (drone) AS di Laut Hitam, Washington dan Moskwa saling tuding dan menyampaikan klaim masing-masing. Dari pengakuan Rusia, pesawat tanpa awak AS tersebut justru bermanuver tajam dan jatuh ke air setelah pesawat tempur Rusia mencegatnya di dekat wilayah Crimea. Rusia menganggap insiden itu sebagai upaya provokasi AS.
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Selasa (14/3/2023), mengatakan, Presiden Joe Biden mendapatkan laporan terkait insiden tersebut dari Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. Para pejabat Departemen Luar Negeri AS akan berbicara langsung dengan Kementerian Luar Negeri Rusia untuk menanyakan insiden itu dan menyatakan keprihatinan terhadap pencegatan yang dinilai berbahaya dan tidak profesional.
AP/MINISTRY OF DEFENCE
Jet tempur Jerman memburu pesawat Rusia yang terbang di dekat wilayah udara Estonia, Selasa (14/3/2023).
Juru bicara Deplu AS, Ned Price, juga menyebut Rusia melanggar hukum internasional. AS sudah memanggil duta besar Rusia untuk mengajukan protes. Duta Besar AS untuk Rusia Lynne Tracy sudah membuat pernyataan serupa di Moskwa, Rusia.
Dari penjelasan tertulis Komando Eropa AS dari Stuttgart, Jerman, ada dua pesawat jet tempur Su-27 Rusia yang mencegat pesawat nirawak AS saat sedang beroperasi di wilayah udara internasional dan jauh dari wilayah Ukraina. Salah satu pesawat tempur Rusia itu kemudian menabrak baling-baling MQ-9 setelah selama 30 menit terbang di sekitar pesawat tanpa awak itu.
Pasukan AS, disebutkan, terpaksa menjatuhkan pesawat nirawaknya di perairan internasional. Sebelum insiden itu terjadi, Su-27 membuang bahan bakar ke arah MQ-9 dan terbang di depannya beberapa kali dengan ”cara sembrono, tidak ramah lingkungan, dan tidak profesional”. ”Insiden ini menunjukkan kurangnya kompetensi mereka,” sebut Komando Eropa AS.
MQ-9 memiliki rentang sayap 20,1 meter serta membawa peralatan satelit dan mampu membawa amunisi. Sampai sekarang AS belum menemukan pesawat yang jatuh itu. Pesawat Rusia juga diperkirakan rusak akibat tabrakan tersebut, tetapi masih dapat mendarat di lokasi yang tidak diketahui.
Versi Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan, pesawat tanpa awak AS itu terbang di atas Laut Hitam dekat Crimea dan menerobos ke daerah yang dinyatakan terlarang oleh Rusia. Karena AS menerobos, pesawat tempur Rusia pun mencegatnya.
”Tentara Rusia tidak menggunakan senjata mereka, tidak melakukan kontak dengan pesawat nirawak itu, dan mereka sudah selamat kembali ke pangkalan. Akibat manuver yang tajam, MQ-9 itu terbang tanpa kendali karena kehilangan ketinggian dan jatuh ke air,” kata Kemenhan Rusia.
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov menilai, penerbangan pesawat nirawak itu bentuk provokasi AS karena tidak ada alasan bagi pesawat militer dan kapal perang AS berada di dekat perbatasan Rusia. Berbicara setelah bertemu dengan Asisten Menlu AS untuk Eropa Karen Donfried, Antonov berkeras pesawat tempur Rusia tidak menyerang pesawat nirawak AS atau menembakkan senjata mereka.
”Kami berasumsi, AS akan menahan diri dari spekulasi lebih lanjut di media dan menghentikan penerbangan di dekat perbatasan Rusia,” kata Antonov. ”Kami menganggap tindakan apa pun dengan menggunakan persenjataan AS sebagai tindak permusuhan terbuka,” tulisnya di Telegram.
AP/PATRICK SEMANSKY
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov (tengah) keluar setelah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS Urusan Eropa Karen Donfried di kantor Departemen Luar Negeri AS di Washington, AS, Selasa (14/3/2023).
”Aktivitas militer AS yang tak dapat diterima di dekat perbatasan negara kami menjadi perhatian,” ujar Antonov, yang dirilis Kedubes Rusia di AS. ”Mereka mengumpulkan data intelijen, yang lalu digunakan rezim Kyiv guna menyerang pasukan dan teritorial kami.”
”Coba kami sampaikan pertanyaan retoris: andaikata misalnya pesawat serbu nirawak Rusia berada di dekat New York atau San Francisco, bagaimana Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS akan bereaksi?” tutur Antonov.
Andaikata misalnya pesawat serbu nirawak Rusia berada di dekat New York atau San Francisco, bagaimana Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS akan bereaksi?
Rusia menginginkan hubungan pragmatis dengan AS dan tak ingin ada konfrontasi antara kedua negara. Rusia sudah berulang kali menyuarakan keprihatinannya pada penerbangan intelijen AS di dekat Semenanjung Crimea yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014. Moskwa menuduh, dengan memasok senjata ke Ukraina dan berbagi informasi intelijen dengan Ukraina, AS dan sekutunya berarti sudah terlibat dalam konflik.
Tetap operasi di Laut Hitam
AS menegaskan, insiden terbaru itu tidak akan menghentikan AS untuk melanjutkan operasi di area Laut Hitam. ”Jika Rusia mau menyampaikan pesan menghalangi atau mencegah kami terbang dan beroperasi di wilayah udara internasional, di atas Laut Hitam, pesan itu jelas gagal. Kami akan terus terbang dan beroperasi di wilayah perairan internasional. Laut Hitam bukan milik satu bangsa,” kata Kirby.
Elisabeth Braw, peneliti senior pada American Enterprise Institute di Washington, menyebut insiden jatuhnya pesawat nirawak AS di Laut Hitam adalah ”tahap sangat sensitif dalam konflik ini karena insiden itu benar-benar kontak langsung pertama Barat dan Rusia yang diketahui publik”.
AP/RUSSIAN DEFENSE MINISTRY PRESS SERVICE
Foto tanggal 19 Juni 2022 ini memperlihatkan fregat Rusia dari Armada Laut Hitam melepaskan rudal jelajah Caliber dalam misi serangan ke Ukraina.
Angkatan Udara AS menyebutkan, AS sudah kehilangan beberapa pesawat nirawak MQ-9 Reaper ini dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya termasuk tembakan musuh. Ada satu unit yang pernah ditembak jatuh di atas Yaman dengan rudal permukaan-ke-udara oleh kelompok pemberontak Houthi pada 2019.
Ada juga pesawat nirawak yang jatuh di Libya pada 2022, serta saat latihan di Romania pada 2022. Pesawat ini dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire dan bom yang dipandu dengan laser serta bisa terbang lebih dari 1.770 kilometer pada ketinggian hingga 15.000 meter. (REUTERS/AFP/AP)