Korsel secara Tak Langsung Pasok Senjata ke Ukraina
Pengakuan secara resmi bahwa Korea Selatan tidak langsung memasok persenjataan bagi Ukraina keluar, menyusul pernyatan DAPA Korsel.

Tentara Ukraina berlindung di dalam parit pertahanan di garis depan tak jauh dari Bakhmut, Donetsk pada Minggu (5/3/2023).
Seoul, Rabu - Korea Selatan diduga secara tidak langsung mengirim persenjataan untuk Ukraina. Dugaan itu terkait dengan pengiriman artileri medan, Krab, oleh Polandia ke Ukraina.
Howitzer yang diproduksi oleh Huta Stalowa Wola Polandia itu berbasis pada sasis K9 Thunder buatan Korsel. Pada sasis itu lantas ditanam turret buatan BAE System Inggris serta Meriam 155 mm produksi Nexter Systems Perancis. Sistem pengendali tembakan disediakan oleh pabrikan Polandia.
Baca juga : NATO Bujuk Korsel Kirim Senjata ke Ukraina
Pada Mei tahun lalu, Polandia mengirim 18 unit Krab ke Ukraina. Disebut-sebut, tahun lalu, Lembaga Program Akuisisi Pertahanan Korsel atau dikenal dengan DAPA menjadi lembaga yang menyetujui lisensi ekspor Krab bagi Polandia. Kim Hyoung-Cheol, Direktur Divisi Eropa-Asia Biro Kerja Sama Internasional Pemerintah Korsel, dalam wawancara dengan Reuters, Rabu (8/3/2023), menyebutkan, lembaga itu meninjau dan memberikan persetujuan transfer sasis howitzer buatan Korsel ke Polandia.
”Kami meninjau semua dokumentasi dan kemungkinan masalah di dalam DAPA. Lalu kami membuat keputusan untuk memberikan izin ekspor ke Polandia,” kata Kim, saat ditemui di kantornya yang terletak di pinggiran Kota Seoul. Langkah itu menjadi wujud perubahan signifikan Korsel atas isu perang di Ukraina.

Delegasi Korea Selatan berjalan di depan deretan howitzer K9 Thunder yang diparkir di Pangkalan Angkatan Laut Polandia di Gdynia pada Selasa (6/12/2022).

Meskipun demikian, Kim menegaskan, Pemerintah Korsel tetap pada sikapnya untuk tidak mengirimkan sistem persenjataan atau perlengkapan militer secara langsung ke Ukraina. Pernyataan itu merupakan konfirmasi resmi pertama Korsel bahwa—setidaknya—secara tidak langsung menyediakan komponen senjata ke Ukraina.
Baca juga : Senjata Asia di Perang Ukraina
K9 Thunder adalah jenis howitzer yang dirancang dan dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pertahanan Pemerintah Korsel bekerja sama dengan beberapa industri pertahanan swasta Korsel. Sejumlah perusahaan yang terlibat dalam pengembangan K9 Thunder adalah Dongmyeong Heavy Industries, Kia Heavy Industry, Poongsan Corp., hingga Samsung Aerospace Industries. Kini, K9 Thunder diproduksi oleh Hanwha Defense (Hanwha Group), sebuah perusahaan industri persenjataan bagian dari kerajaan bisnis Samsung, Samsung Precision. Dulu perusahaan itu memulai usahanya dengan fokus pada produk-produk baja.
Malu-malu
Presiden Rusia Vladimir Putin sudah sejak lama menuding Seoul memasok persenjataan bagi Ukraina. Putin menyebutkan, tindakan Seoul itu bisa merusak hubungan bilateral kedua negara.
Tudingan itu dibantah oleh Presiden Korsel Yoon Suk Yeol yang menyatakan bahwa mereka tidak menyediakan senjata apa pun. Yoon saat itu menegaskan, Seoul tidak memiliki rencana untuk mengubah kebijakannya.

Pengungsi melintasi jembatan yang hancur saat mereka melarikan diri dari kota Irpin, barat laut Kyiv, pada 7 Maret 2022. - Ukraina menolak tawaran Moskwa untuk mendirikan koridor kemanusiaan dari beberapa kota yang dibombardir pada hari Senin setelah muncul beberapa rute yang akan membawa pengungsi ke Rusia atau Belarusia.

Dia mengatakan, peraturan perundangan Korsel mempersulit ruang gerak pemerintah untuk menjual secara langsung alutsista ke negara-negara yang tengah berkonflik. Seoul juga enggan membuat marah Moskwa meski ada tekanan dari negara-negara anggota NATO, termasuk Amerika Serikat, untuk menyediakan senjata dan amunisi bagi Ukraina.
Baca juga : Banjir Won dari Palagan Ukraina
Selama kunjungan ke Seoul pada Januari, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak Korsel untuk meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Seorang diplomat Barat di Seoul mengatakan, pihaknya jelas berpikir Korsel harus berbuat lebih banyak. ”Kami telah mengomunikasikannya kepada pemerintahan Yoon secara teratur,” kata sumber itu.
Pakar pertahanan di Asan Institute for Policy Studies Seoul, Yang Uk, mengatakan, DAPA memiliki hak untuk memutuskan alutsista apa yang bisa dan tidak bisa diekspor. Akan tetapi, dalam praktiknya, kata Yang, tindakan itu juga bergantung pada keinginan presiden.
”Jika Korea mendukung Ukraina, Rusia dapat membalas dengan menjual pesawat terbaru ke Korea Utara atau mentransfer teknologi yang benar-benar dibutuhkan Korea Utara,” kata Yang.
Baca juga : Perlombaan Senjata di Korea
Mitch Shin, nonresident fellow Korean Foundation di Forum Pasifik dikutip dari laman The Diplomat, mengatakan, situasi di Ukraina bisa memengaruhi situasi di Semenanjung Korea. Kebijakan Istana Biru, sebutan bagi kantor presiden Korsel yang sejalan dengan kebijakan Washington dan NATO dalam mendukung Ukraina, bisa memunculkan persaingan nuklir baru di Semenanjung Korea. Apalagi, di bawah kepemimpinan Yoon, Korsel tampaknya memilih jalan persaingan dengan Pyongyang ketimbang jalan damai yang coba beberapa kali ditempuh oleh mantan presiden Moon Jae-in.
(AP/AFP/Reuters)