Latihan militer bersama AS dan Korsel memancing emosi Korut yang mengancam sudah siap menyerang kedua negara kapan saja. Jika AS atau Korsel menembak jatuh salah satu rudalnya, Korut tidak akan tinggal diam.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
AFP/STRINGER/KCNA VIA KNS
Gambar yang diambil pada 18 Februari 2023 ini dirilis oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pada 19 Februari 2023. Di foto ini terlihat uji tembak rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-15 di Bandara Internasional Pyongyang.
SEOUL, SELASA— Barang siapa yang menembak jatuh salah satu rudal uji coba senjata strategis milik Korea Utara berarti sengaja mengajak perang Korea Utara. Jika ini terjadi, Korea Utara tidak akan segan-segan menembakkan lebih banyak rudal ke arah Samudra Pasifik, khususnya ke arah wilayah Jepang.
Sampai sejauh ini, Amerika Serikat dan sekutunya tidak pernah menembak jatuh rudal balistik Korea Utara yang sudah dilarang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Akan tetapi, situasi di kawasan kian tegang karena Korea Utara resah dengan kerapnya Amerika Serikat menggelar latihan militer bersama sekutu-sekutunya di Semenanjung Korea.
”Ancaman” ini ditegaskan Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang dikutip kantor berita Korut, KCNA, Selasa (7/3/2023). ”Lautan Pasifik bukan milik AS atau Jepang saja. Kami mengawasi gerakan militer pasukan AS dan militer boneka Korea Selatan serta selalu siaga untuk mengambil tindakan tepat, cepat, dan luar biasa kapan saja,” ujarnya.
Tanpa menyebutkan rencana serangannya akan seperti apa, ia menyalahkan latihan militer antara AS dan Korea Selatan sebagai penyebab meningkatnya ketegangan di kawasan Semenanjung Korea.
Dalam pernyataan terpisah, Kepala Bagian Berita Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Korut menuding AS memperburuk situasi dengan mengadakan latihan udara bersama yang melibatkan pesawat pengebom B-52, Senin lalu. AS juga akan latihan bersama di lapangan dengan Korsel. AS mengerahkan pesawat pengebom B-52 untuk latihan bersama dengan pesawat jet tempur Korsel yang menurut Kementerian Pertahanan Korsel adalah upaya unjuk kekuatan melawan ancaman nuklir dan rudal Korut.
Kedua negara berencana melaksanakan latihan militer dalam skala besar ”Perisai Kebebasan” selama 10 hari mulai pekan depan. Sedikitnya 28.500 tentara AS ditempatkan di wilayah Korsel sebagai warisan Perang Korea 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai. Karena alasan ini, sebenarnya kedua negara secara teknis masih berperang.
Pesawat pengebom B-52 yang berkemampuan nuklir ini merupakan perkembangan terbaru dalam serangkaian latihan udara AS-Korsel. AS mengerahkan pesawat pengebom B-1B jarak jauh atau B-1B ke Semenanjung Korea beberapa kali pada awal tahun ini. Korsel menyatakan latihan bersama itu menunjukkan kemampuan sekutu untuk memberikan respons tegas terhadap potensi agresi Korut.
Akan tetapi, bagi Korut, melibatkan pesawat B-52 itu dalam latihan militer merupakan provokasi sembrono dan justru akan menarik Semenanjung Korea masuk ke dalam jurang maut. Para pengamat menilai retorika berapi-api seperti itu kerap dikeluarkan Korut saat ketegangan dengan AS dan Korsel meningkat. Selain retorika, Korut juga meluncurkan uji coba rudal balistik antarbenua yang sengaja diarahkan ke Semenanjung Korea.
Militer Korsel dan AS, Jumat lalu, mengumumkan akan menyelenggarakan pelatihan pos komando yang disimulasikan komputer pada 13-23 Maret. Kedua negara juga akan menggelar latihan lapangan berskala besar yang mereka lakukan terakhir kalinya pada 2018. Sekutu telah membatalkan atau mengurangi beberapa latihan reguler mereka sejak 2018 untuk mendukung proses diplomasi yang sudah tidak aktif lagi dengan Korut dan menjaga dari pandemi Covid-19.
Namun, mereka sudah memulihkan latihan setelah Korut tahun lalu melakukan sejumlah uji coba rudal dan secara terbuka mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya dalam potensi konflik dengan ”musuh-musuhnya”. (REUTERS/AP)