Situasi di Semenanjung Korea semakin tegang. Korea Selatan kembali menyebut negara tetangganya dengan sebutan "musuh". Sementara Korea Utara masih saja menguji coba rudal-rudal baru, bahkan hampir setiap minggu.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
AP PHOTO/JON CHOL JIN
Warga kota Pyongyang menikmati pertunjukan yang disajikan grup kesenian pada peringatan 81 tahun kelahiran mendiang pemimpin Korea Utara Kim Jong Il di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (16/2/2023).
Seoul, Kamis - Korea Selatan kembali menyebut Korea Utara dengan “musuh kita” dalam buku putih atau dokumen pertahanan Korea Selatan yang diterbitkan dua tahun sekali. Sebutan “musuh” itu sebenarnya tidak pernah terdengar selama enam tahun terakhir ketika keduanya masih mencoba memperbaiki hubungan.
Dokumen-dokumen pertahanan Korea Selatan di masa lalu selalu menyebut Korea Utara dengan “musuh utama”, “musuh saat ini”, atau “musuh”. Kini sebutan itu muncul lagi, yang kemungkinan berarti hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Korea Utara belum menanggapi penggunaan terminologi musuh yang digunakan kembali. Dulu Korea Utara selalu marah karena menganggap penyebutan musuh itu sebagai bentuk provokasi dan menunjukkan sikap permusuhan Korea Selatan.
Dokumen pertahanan dua tahunan Korsel diterbitkan pada Kamis (16/2/2023). Secara teknis, Korsel dan Korut masih berperang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir hanya dengan kesepakatan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai. Berbagai upaya diplomasi sudah dilakukan dengan mediasi dari Amerika Serikat, tetapi terhenti karena pemimpin Korut Kim Jong Un tidak mau menghentikan program pengembangan persenjataan dan nuklirnya.
Kim sudah bulat tekad menyatakan negaranya sebagai negara nuklir dan ini tidak bisa diubah lagi. Kim pun melanjutkan uji coba persenjataan hampir setiap bulan, termasuk menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) tercanggih.
Mengantisipasi kemungkinan terburuk, Korsel pun semakin giat berlatih bersama dengan AS. Korut menggelar sejumlah uji coba rudal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya pada 2022, termasuk simulasi serangan nuklir ke Korsel. Pemerintahan konservatif Korsel yang dipimpin Presiden Yoon Suk Yeol kian memperkuat komitmen keamanan Korsel dengan AS sekaligus meningkatkan kapasitas militernya sendiri.
Dokumen pertahanan Korsel terbaru ini menyebutkan “Korut mendefinisikan kita sebagai musuh pada Desember 2022. Oleh karena itu, rezim Korut dan militer Korut adalah musuh kita”. Sebutan musuh dari Korut itu diucapkan Kim Jong Un ketika berpidato di sebuah pertemuan penting partainya.
AP PHOTO/AHN YOUNG-JOON
Pasukan keamanan Korea Selatan berlatih dengan howitzer swagerak K-9 di Paju, Korea Selatan, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Kamis (16/2/2023).
Guru Besar pada Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Korsel, Yang Moo-jin, mengatakan, penyebutan musuh itu jelas menggambarkan kondisi hubungan kedua negara yang dipenuhi dengan konfrontasi. “Bahkan ada kesan kembali ke era Perang Dingin,” ujarnya.
An Chan-il, pembelot yang kini menjadi peneliti dan mengelola Institut Dunia untuk Studi Korea Utara, mengatakan, langkah itu masuk akal karena Korut tahun lalu mengesahkan undang-undang yang mengabadikan hak untuk menggunakan serangan nuklir sebagai langkah pencegahan.
Dokumen pertahanan Korsel pertama kali menggambarkan Korut sebagai musuh pada 1995, setelah seorang pejabat Korut mengancam akan menghujani Korsel dengan “lautan api”. Retorika lautan api ini berulang kali digunakan Korut setiap kali berselisih paham dengan Korsel.
Istilah musuh digunakan lagi sampai sekitar tahun 2000. Lalu pada 2010 istilah itu muncul kembali setelah Korut dituduh menenggelamkan kapal perang Korsel dan menewaskan 46 pelaut. Semasa kekuasaan Presiden Moon Jae-in, Korsel tidak memakai istilah itu karena ia berupaya memperbaiki hubungan dengan Korut.
Dokumen pertahanan yang diterbitkan selama pemerintahan Moon (2017-2022) tidak menyebut nama Korut ketika mereka mengatakan militer Korsel “menganggap kekuatan apa pun yang mengancam dan melanggar kedaulatan, wilayah, rakyat, dan properti Republik Korea sebagai musuh”. Akan tetapi kini, Yoon yang mengambil alih kekuasaan Moon pada Mei tahun lalu kembali menunjukkan sikap keras terhadap Korut.
KOREAN CENTRAL NEWS AGENCY/KOREA NEWS SERVICE VIA AFP
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bersama putrinya, Kim Ju Ae, yang berusia sekitar 10 tahun menghadiri parade militer untuk menandai peringatan 75 tahun berdirinya Korut di Lapangan Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, 8 Februari 2023.
Di dalam dokumen Korsel disebutkan, program dan provokasi nuklir Korut sangat mengancam keamanan Korsel. Tujuan utama dari kebijakan pertahanan Korsel termasuk memperkuat ancaman dan potensi invasi oleh Korut, menghalangi perang di Semenanjung Korea, dan berkontribusi pada reunifikasi Korea di masa depan yang damai.
Di dalam dokumen terbaru ini pun nama Kim Jong Un disebut tanpa gelar apapun. Sementara di dokumen sebelumnya -semasa Moon- Kim disebut lengkap nama dan gelarnya, yakni “Ketua Kim Jong Un” atau "Ketua Komisi Urusan Negara Kim Jong Un”. (REUTERS/AFP/AP)