Seorang warga negara Indonesia masih belum ditemukan pascagempa bermagnitudo 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah awal pekan ini. Kemlu dan KBRI Ankara terus mengoordinasikan pencarian WNI tersebut.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
KOMPAS/MAHDI MUHAMMAD
DIrektur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha (kanan) didampingi Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah (tengah) dan Direktur HAM Kemlu Achsanul Habib (kiri), Jumat (10/2/2023), memberikan keterangan pada media tentang perkembangan penyelamatan WNI di Turki dan Suriah yang terdampak gempa.
Jakarta, Kompas — Seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Diyarbakir belum ditemukan. Kedutaan Besar Indonesia di Ankara telah mengirim tim untuk mencari tahu keberadaan WNI tersebut ke lokasi bencana gempa.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (10/2/2023), mengatakan, tim yang berangkat ke Diyarbakir adalah bagian dari tim kedua yang diterjunkan KBRI Ankara ke enam titik, untuk mencari dan memantau kondisi WNI di lokasi yang terdampak gempa.
Dia menjelaskan, sebelumnya mereka menerima laporan bahwa ada dua WNI yang keberadaannya tidak bisa dipastikan pascagempa bermagnitudo 7,8 pada Senin (6/2/2023). Namun, satu orang WNI berhasil dihubungi dan yang bersangkutan, menurut Judha, dalam kondisi sehat.
“Satu lagi yang di Diyarbakir belum bisa dihubungi. Untuk itulah kami mengirimkan tim lagi untuk memeriksa kondisi yang bersangkutan. Mudah-mudahan yang bersangkutan bisa segera ditemukan,” kata Judha.
Menurut data Kemlu, sebanyak 500 WNI yang tinggal di berbagai wilayah di Turki menjadi korban gempa. Akan tetapi, sejauh ini, sebanyak 123 orang meminta dievakuasi dari lokasi gempa ke lokasi yang aman. Kini, 123 orang WNI itu berada di Wisma Duta KBRI di Ankara.
Judha mengatakan, sisa sekitar 377 WNI yang masih bertahan di wilayah terdampak gempa menyatakan belum mau dievakuasi ke tempat yang aman, seperti 123 orang lainnya. Akan tetapi, tim KBRI Ankara yang saat ini diterjunkan ke beberapa kota untuk memantau kondisi mereka, nantinya memastikan apakah mereka perlu dievakuasi ke Ankara atau tidak.
“Tim juga akan memastikan bahwa tidak ada WNI yang tidak mendapat pertolongan, tidak mendapatkan bantuan di sana,” kata Judha.
AFP/MAXAR TECHNOLOGIES
Foto satelit kombo yang menunjukkan kondisi bangunan sebuah rumah sakit di Antakya, Turki, sebelum gempa pada 22 Desember 2022 (kiri) dan setelah gempa pada 9 Februari 2023.
Dia juga menjelaskan bahwa tim juga tengah berkoordinasi dengan AFAD (Badan Penanggulangan Bencana Turki) untuk memperlancar kehadiran tim MUSR (medium urban search and rescue) serta EMT (emergency medical team), yang rencananya akan berangkat secara berturut-turut Sabtu (11/2/2023) dan MInggu (12/2/2023). Pemberangkatan kedua tim, yang masing-masing terdiri dari 47 personel (MUSR) dan 105 personel, berkoordinasi dengan Kementerian PMK.
Sementara, mengenai WNI yang berada di Suriah, Judha menjelaskan, sejauh ini, 116 orang dikabarkan dalam kondisi sehat. Tidak ada yang menjadi korban dalam bencana Senin lalu.
Di tempat terpisah, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menyerukan agar rakyat Indonesia ikut membantu meringankan penderitaan korban gempa di Turki dan Suriah. Seruan itu dikeluarkan oleh Jusuf Kalla mengingat TUrki adalah salah satu negara yang memberikan bantuan sangat besar ketika bencana gempa dan tsunami melanda Aceh, Desember 2004 lalu.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (kanan) diterima oleh Wakil Duta Besar Turki Omer Orhun Celikkol saat menyerahkan bantuan untuk gempa Turki di Kedutaan Besar Republik Turki di Jakarta, Jumat (10/2/2023). PMI memberikan bantuan tahap pertama untuk korban gempa di Turki sebesar 100 ribu dolar AS.
“PMI dan tentu rakyat Indonesia bersama dengan pemeirntah sangat berduka dengan bencana yang terjadi di Turki dan Suriah. Karena itu, saya mengharapkan kita semua membantu, sama dengan waktu tsunami di Aceh itu, Turki sangat membantu Indonesia. Solidaritas sebagai bangsa untuk membantu Turki yang saat ini tengah tertimpa musibah,” kata Jusuf Kalla, usai bertemu dengan Kuasa Usaha Kedutaan Turki Omer Orhun Clikkol di Jakarta, Jumat.
Jusuf Kalla meminta agar bantuan bagi kedua negara yang tengah tertimpa musibah itu bisa diberikan dalam bentuk tunal karena beku tentu adanya kecocokan dengan kebutuhan para penyintas bencana dengan logistik yang dikirimkan.
“Lebih baik mengirim uang tunai. Kalau kirim selimu, selimut kita tipis sementara di sana membutuhkan selimut yang tebal karena wilayah itu tengah mengalami musim dingin,” kata Jusuf Kalla.
Korban
Jumlah korban jiwa akibat gempa di Turki dan Suriah terus meningkat. Pejabat dan petugas medis hingga Jumat (10/2/2023) petang waktu Indonesia menyebut sebanyak 18.342 orang tewas di Turki dan 3.377 orang di Suriah. Total korban jiwa di kedua negara menjadi 21.719 dan dikhawatirkan terus meningkat.
Kemarahan meningkat atas penanganan bencana oleh pemerintah. "Orang-orang yang tidak meninggal akibat gempa dibiarkan mati dalam cuaca dingin," kata Hakan Tanriverdi kepada AFP di Provinsi Adiyaman, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak.
AP PHOTO/EMRAH GUREL
Petugas penyelamat mengeluarkan seorang wanita muda dari bangunan yang runtuh di Adiyaman, Turki selatan, Kamis (9/2/2023). Peluang untuk menemukan korban yang selamat semakin mengecil setelah 72 jam yang dianggap para ahli sebagai periode paling mungkin untuk menyelamatkan nyawa telah berlalu.
Suhu di Kota Gaziantep, Turki, salah satu kota terparah yang terdampak gempa, kini anjlok hingga minus 3 derajat Celcius (26 Fahrenheit) di Jumat pagi waktu setempat. Meski begitu, ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal memilih bermalam di mobil. Banyak orang tua bersama anak-anaknya berjalan-jalan di kota dengan selimut mendekap tubuhnya, mencari kehangatan, karena lebih hangat dibandingkan duduk diam di dalam tenda.
Gedung olahraga, mesjid, sekolah, dan beberapa toko dibuka pada malam hari untuk menampung para pengungsi yang membutuhkan tempat tinggal sementara. Tapi, keterbatasan jumlah tempat tidur memaksa sebagian besar pengungsi menghabiskan malam di mobil dengan mesin menyala untuk memberikan panas.
"Saya mengkhawatirkan siapa pun yang terjebak di bawah reruntuhan dalam hal ini," kata Melek Halici, yang membungkus putrinya yang berusia dua tahun dengan selimut saat mereka menyaksikan tim penyelamat bekerja hingga larut malam.
Partai Pekerja Kurdistan yang dimasukkan sebagai kelompok teror oleh Pemerintah Turki mengeluarkan seruan pada anggota dan simpatisan untuk menghormati para korban dan tim penyelamat yang tengah bekerja. Mereka menyerukan penghentian operasi di seluruh wilayah Turki.
"Hentikan operasi di Turki, di kota-kota. Kami telah memutuskan untuk tidak melakukan operasi apapun selama negara Turki tidak menyerang," kata Cemil Bayik , salah satu petinggi Partai Pekerja Kurdistan (PKK), seperti dikutip Kamis malam oleh ANF, sebuah kantor berita yang dekat dengan Partai Pekerja Kurdistan. (AFP)