Inilah mahakarya Elon Musk untuk memenuhi ambisinya menuju Mars suatu hari nanti. Namun, lebih dulu wahana ini rencananya akan digunakan untuk eksplorasi Bulan dalam misi NASA.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Pendorong Super Heavy, bagian dari sistem roket Starship milik perusahaan SpaceX, bergemuruh untuk pertama kalinya dalam uji peluncuran ke orbit Bumi, Kamis (9/2/2023). Sebanyak 31 dari 33 mesin roket dinyalakan dalam waktu 10 detik di fasilitas SpaceX di Boca Chica, Texas, Amerika Serikat.
”Tim mematikan satu mesin sebelum mulai, satu mesin berhenti dengan sendirinya, jadi 31 mesin diluncurkan. Masih cukup untuk mencapai orbit!” cuit pemilik SpaceX, Elon Musk, di Twitter.
Mesin-mesin dinyalakan, meninggalkan jilatan api jingga dan gumpalan asap putih. Di atasnya, roket setinggi 23 lantai berdiri menjulang di sebuah platform yang tersambung dengan menara peluncuran. Saat dipasangkan dengan pesawat antariksa Starship, keseluruhan wahana itu tingginya melebihi Patung Liberty yang mencapai 120 meter.
Inilah mahakarya Musk untuk memenuhi ambisinya menuju Mars suatu hari nanti. Namun, lebih dulu wahana ini rencananya akan digunakan untuk eksplorasi Bulan dalam misi Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).
Belum jelas apakah SpaceX akan menggelar uji peluncuran statis lain untuk Super Heavy dengan semua 33 mesin sebelum rencana peluncuran roket generasi mendatang dalam penerbangan tanpa awak ke luar angkasa. Peluncuran ini disebut-sebut akan dilakukan beberapa bulan ke depan, seperti diungkap Presiden SpaceX Gwynne Shotwell dalam konferensi pers, Rabu.
Uji peluncuran mesin pendorong Super Heavy sebelumnya pada Juli 2022 berakhir dengan ledakan pada bagian mesin. Sebelum ini, SpaceX telah mengelar uji peluncuran bagian atas Starship dalam penerbangan di ketinggian hingga 10 kilometer untuk menunjukkan kemampuan pendaratan roket. Hampir semua berakhir dengan kehancuran.
”Ini benar-benar tes darat terakhir yang bisa kita lakukan sebelum kita nyalakan (mesin-mesinnya) dan meluncur,” kata Shotwell.
Uji penyalaan 31 mesin pendorong roket mencatatkan rekor baru untuk pendorong terbanyak bagi sebuah roket tunggal. Jumlahnya melebihi pendorong tahap pertama Saturn V, roket milik NASA yang mengirim manusia ke Bulan saat program Apollo tahun 1960-an dan 1970-an.
Pengembangan Starship sebagian didanai kontrak dari NASA sebesar 3 miliar dollar AS. NASA berencana menggunakan roket SpaceX dalam beberapa tahun mendatang untuk mendaratkan kru pertama astronot di Bulan sejak tahun 1972. Ini bagian dari progam Artemis yang diinisiasi NASA.
Pada Rabu, para teknisi NASA di Mississippi mengadakan uji peluncuran versi desain ulang dari roket RS-25 yang dibuat Aerojet Rocketdyne, sebagai pendorong Sistem Peluncuran Luar Angkasa (SLS) dalam penerbangan ke luar angkasa di masa depan. SLS dan Starship merupakan dua wahana antariksa yang berada di garis depan program Artemis. NASA menyatakan, program ini bertujuan membangun pangkalan permanen di Bulan sebagai batu loncatan eksplorasi manusia atas Planet Mars.
SpaceX pada akhirnya akan menempatkan Starship di orbit, kemudian mengisi ulang bahan bakarnya dengan Starship lainnya, sehingga wahana ini bisa melanjutkan perjalanan menuju Mars atau lebih jauh lagi.
Roket-roket superberat lain yang tengah dikembangkan saat ini termasuk New Glenn oleh Blue Origin, Long March 9 milik China, dan Yenisei milik Rusia. (AP/AFP/REUTERS)