Uni Eropa, termasuk Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen, menegaskan perbedaan posisi AS dengan UE. Ia menegaskan, UE harus bekerja sama dan berdagang dengan China.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·5 menit baca
AFP/POOL/STEFANI REYNOLDS
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi menggelar pertemuan bilateral di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (9/7/2022).
Data menunjukkan, deglobalisasi atau upaya decoupling hanyalah retorika. Perdagangan global terus meningkat hingga 2022 dan mencapai nilai 32 triliun dollar AS. Bahkan, neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat-China juga meningkat terus. Ini memperlihatkan perekonomian AS dan China sama sekali tidak menunjukkan decoupling.
Para pejabat pemerintahan dunia pun menolak tegas upaya deglobalisasi atau decoupling yang dicanangkan AS terhadap China. Penolakan ini datang di antaranya dari Uni Eropa. Dengan demikian, upaya pembendungan perdagangan oleh AS terhadap China tidak menunjukkan keterpecahan ekonomi bilateral.
Hal itu terungkap dari berbagai pembicaraan dan data yang dimunculkan di Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berlangsung di Davos, Swiss, 16-20 Januari 2023. Data dari Washington menunjukkan, neraca perdagangan bilateral AS-China hingga November 2022 mencapai rekor sebesar 639,50 miliar dollar AS. Defisit perdagangan AS terhadap China juga naik menjadi 359,40 miliar dollar AS.
Di sisi lain, data sementara dari Beijing memperlihatkan neraca perdagangan bilateral AS-China sepanjang tahun 2022 menunjukkan rekor yang lebih tinggi, yakni 760 miliar dollar AS. Data resmi China akan keluar pada Februari 2023, tetapi tidak akan berbeda jauh dari data sementara tersebut.
Situs AS, Census.gov, memperlihatkan neraca perdagangan bilateral AS-China pada 2021 sebesar 656,78 miliar dollar AS dengan defisit 353,49 miliar dollar AS di pihak AS. Pada 2020, neraca perdagangan bilateral AS-China mencapai 557,23 miliar dollar AS dengan defisit di pihak AS sebesar 308,14 miliar dollar AS. Data tersebut menunjukkan upaya decoupling yang keras dan disebut kejam dari sisi AS terhadap China tidak efektif.
Upaya decoupling yang dilakukan AS antara lain lewat pengenaan tarif terhadap impor asal China. Langkah lain adalah pencegahan pengiriman cip ke China diikuti langkah AS untuk mengajak sekutu untuk menghentikan ekspor cip ke China.
Tidak terputuskan
”Upaya decoupling kejam yang dianjurkan oleh beberapa orang di Washington tidak berhasil. Buktinya tetap terjadi perdagangan yang meningkat pesat, apa pun retorika yang sedang terjadi,” kata David Dollar, peneliti dari The Brookings Institution, dikutip The Japan Times, 17 Januari 2023.
Perdagangan global dan perdagangan bilateral AS-China berjalan berbasiskan efisiensi, yang memungkinkan korporasi tetap bisa menjual barang-barang dan jasa ke konsumen. ”Kebijakan AS tidak berjalan di lapangan,” kata Dollar.
Hal serupa dinyatakan oleh Mike Burns dari Murray Hill Group, perusahaan modal ventura yang fokus pada bisnis cip (semikonduktor). Burns menyatakan, retorika perang cip tidak terlihat di lapangan.
Jaringan ekonomi sulit bahkan tidak mungkin terputus.
Demikian halnya investasi AS di China, yang dicoba diredam. Hal itu terbukti tidak efektif di lapangan. Thilo Hanemann dari Rhodium Group, yang melacak aliran investasi AS di China, melihat gejala penurunan investasi AS di China dan beralih ke Meksiko dan Vietnam. China juga melakukan hal serupa. Namun, investasi di luar China tetap berhasil membuat China memasuki pasar AS.
Dengan demikian, perekonomian AS dan China sulit dipisahkan. ”Jaringan ekonomi sulit bahkan tidak mungkin terputus,” kata Ali Wyne, analis senior dari Eurasia Group.
Korporasi dari negara sekutu
AFP/STR
Arsip foto menunjukkan seorang pekerja membuat cip di pabrik Jiejie Semiconductor Company di Nantong, Provinsi Jiangsu, China, 17 Maret 2021.
Belanda, sekutu AS, lewat Menteri Perdagangan Liesje Schreinemacher mengatakan, Belanda tidak akan menerima pelarangan baru dari AS untuk ekspor teknologi pembuatan cip ke China (Reuters, 17/1/2023). ASML Holding, perusahaan Belanda yang memproduksi alat pembuatan cip, telah mengatakan pembatasan penjualan ke China akan menurunkan penjualan global.
Suara serupa datang dari Jepang. The Japan Times, edisi 6 Januari 2023, memberitakan Panasonic menolak pengurangan investasi di China. Ini karena pasar China terlalu besar untuk ditinggalkan. Bukan hanya bagi Panasonic, China juga merupakan mitra dagang terbesar Jepang, termasuk bagi Toyota, Sony, dan Uniqlo.
Usaha eceran mebel Jepang, Nitori Holdings, meningkatkan keberadaan bisnis di China. Hal serupa diinginkan perusahaan besar Jepang lainnya.
Tak hanya Eropa dan Asia, pebisnis AS sendiri melihat aksi katastrofe jika AS dan China mengalami decoupling. Chief Executive Fidelity International Anne Richards, di Davos, (17/1/2023), mengatakan, hampir semua pebisnis tidak menginginkan keterpisahan bisnis dengan China.
Kenyataan menunjukkan, perusahaan-perusahaan global berskala besar yang go public sulit terpisah dari China. ”Khususnya perusahaan besar yang go public, sangat sulit terputus dari China,” kata Lubna Olayan, Ketua Olayan Financing Company. ”Tekanan bagi perusahaan besar yang go public adalah penerimaan mereka berasal dari bisnis di China. Saya kira mereka tidak memiliki pilihan,” kata Olayan.
Tema kerja sama
AFP/FABRICE COFFRINI
Pendiri Forum Ekonomi Dunia, Klaus Schwab, menyampaikan pidato saat pertemuan tahunan di Davos, Swiss, 17 Januari 2023.
Begitu gencarnya AS mencoba blokade terhadap perekonomian China, hingga WEF menjadikan pertemuan 2023 bertema ”Cooperation in a Fragmented World”. Tema itu ditekankan Ketua WEF Klaus Schwab.
Dari pihak Uni Eropa, termasuk Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen, menegaskan perbedaan posisi AS dengan UE. Von der Leyen mengatakan, UE bergantung 98 persen pada impor mineral penting dari China untuk energi bersih yang tercantum pada Net-Zero Industry Act. Oleh karena itu, ia menegaskan UE harus bekerja sama dan berdagang dengan China.
Dalam persaingan dengan AS terkait program energi bersih, UE merencanakan revisi atas kesepakatan dagang dengan China dengan semangat de-risking ketimbang decoupling terhadap China.
Hosuk Lee-Makiyama, Director European Centre for International Political Economy, mengatakan, de-risking merupakan langkah mencegah kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan UE. Langkah ini penting, menurut Susan Ariel Aaronson, profesor dari George Washington University, karena UE dan China saling membutuhkan. ”Oleh karena itu, menekan risiko, ketimbang memutus relasi, menjadi hal yang masuk akal,” kata Aaronson.
Tentu demikian halnya bagi Asia secara keseluruhan, dengan jelas menolak pemutusan hubungan ekonomi dengan China. Asia bahkan lebih tegas menolak AS yang juga meninggalkan rezim perdagangan multilateral, sebagaimana dituliskan di situs East Asia Forum, 23 Januari 2023. (REUTERS/AP/AFP)