Merajut Peran Diaspora Menjayakan Indonesia di Panggung Dunia
Para diaspora menyongsong 2023 dengan optimistis. Kendati krisis global membayangi, Indonesia dapat memanfaatkan peluang untuk mendongkrak perekonomian.

Kompas Talks Diaspora
Perang Rusia-Ukraina berdampak bagi dunia, tak terkecuali Indonesia. Pada saat bersamaan, diaspora diharapkan berkontribusi memulihkan perekonomian Indonesia sejak pandemi Covid-19 melanda. Tak lagi terbatas sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pengusaha.
Menurut Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal, Indonesia akan terimbas pertempuran antara Rusia-Ukraina. Sisi positifnya, negeri ini memiliki sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan.
Baca juga: Diaspora Ajak Optimistis dan Bidik Peluang 2023
Eropa akan makin kesulitan mendapat suplai batubara dari kawasan terdekatnya. Belum lagi region tersebut, yang sebelumnya banyak mematikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara, telah menghidupkannya lagi. Alhasil, Indonesia dapat ikut menjual batubara ketika harganya meningkat sehingga pendapatan bertambah.
Ukraina merupakan salah satu penghasil minyak bunga matahari terbesar di dunia. Ketika minyak tersebut tak dapat dipasok lagi, maka kebutuhan minyak kelapa sawit akan naik pula. Lagi-lagi Indonesia meraup untung. Ada peluang menangguk cuan di sana.

Namun, di sisi lain, Indonesia perlu bersiap menghadapi potensi kerugian dari krisis peperangan tersebut. Rencana investasi yang mendukung pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, misalnya, berisiko terhambat.
Ketika proses perdamaian dimulai, Iqbal menuturkan, proses rekonstruksi Ukraina akan memakan biaya setidaknya 300 miliar dollar AS. ”Banyak dana yang bisa diinvestasikan untuk IKN tersedot ke Ukraina karena pasarnya sudah lebih jelas. Di sana hanya tinggal rekonstruksi, bukan membangun dari nol. Jadi tidak perlu menghidupkan pasar baru, tetapi menghidupkan pasar lama,” tutur Iqbal dalam Kompas Talks, Kamis (29/12/2022).
Acara bertajuk Silaturahmi Virtual Diaspora yang mengusung tema ”Melihat Terang di Tahun Mendatang” tersebut dihadiri pula oleh Duta Besar RI untuk Australia Siswo Pramono, Kepala Indonesian Trade Promotion Center Sydney Christophorus Barutu, dan Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono.
Sementara itu pemimpin Global Investindo Jodjana mengaku banyak dihubungi sejumlah negara yang berafiliasi pada Rusia, seperti Belarus untuk berinvestasi ke Indonesia. Permintaan transaksi tersebut berlangsung di Istanbul, Turki. Alhasil, Jodjana perlu melakukan verifikasi legalitas perusahaan-perusahaan itu.
Baca juga: Zelenskyy Berpidato di Hadapan Kongres AS
Iqbal memperkirakan sebagian besar tawaran investasi itu adalah penipuan. Alasannya, Kedutaan Besar Indonesia untuk Turki banyak menerima laporan kehilangan uang karena penipuan.
Ia pun mengimbau perusahaan-perusahaan pengelola investasi agar memastikan kesahihan informasi ke kedutaan besar negara terkait di Indonesia. Selain itu, mereka dapat menghubungi kedutaan untuk verifikasi perusahaan Turki yang dijadikan ”cangkang”.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F01%2F16%2Fd770f6a7-3814-4198-a94f-6e3c89d83bda_jpg.jpg)
Petani menjemur pinang basah di Desa Sungai Beras, Kecamatan Mendahara Ulu, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Sabtu (14/7/2018).
Transparansi data
Diaspora yang berperan sebagai pengusaha di luar negeri dinilai berkontribusi mendongkrak perekonomian Indonesia. Sistem ekspor-impor Indonesia perlu diperbaiki dan didukung dari berbagai sisi, setidaknya oleh pemerintah dan pelaku usaha.
Perwakilan Sunhorse Trading GmbH, Indrakarona Ketaren, menyayangkan data ekspor-impor Indonesia yang tak transparan. Seharusnya negara ini dapat mengikuti Amerika Serikat dan Eropa yang menyediakan tautan-tautan berisi informasi terbaru data ekspor-impor, termasuk nama penjual dan pembelinya.
”Selama ini nama-nama perusahaan Indonesia tersedia, tapi sifatnya komersial. Harus bayar sebagai anggota kalau ingin menelusuri kelengkapan data-data itu,” ujar Indra.
Baca juga: ”Durian Runtuh” Batubara Perlu Dioptimalkan untuk Dukung Transisi Energi Bersih
Selain itu, tak ada pula informasi komoditas yang diperjualbelikan. Selama ini informasi hanya bersumber dari buku-buku yang diterbitkan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, tetapi tak banyak membantu.
”Indonesia harus punya data-data seperti itu agar perusahaan ekspor-impor bisa mengetahui, memetakan bisnis mereka, dan menginformasikannya,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2Fc1f949a6-b359-4158-b125-d1c7a254de5f_jpeg.jpg)
Pekerja melihat dan mengecek rangkaian kereta peti kemas yang akan digunakan. Pada Jumat (13/1/2017) Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan kunjungan ke kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kunjungan mereka dalam rangka sosialisasi peningkatan penggunaan angkutan peti kemas dengan kereta api rute Gedebage-Tanjung Priok.
Duta Besar RI untuk Australia Siswo Pramono sepakat dengan Indra. Penyempurnaan penyajian data perlu dilakukan walau tak mudah. Data ekspor-impor Indonesia memang masih tersebar.
Meski demikian, ia memberi alternatif. Data ekspor-impor, termasuk komoditas, dapat dilihat di situs Trade Map, situs statistik perdagangan internasional dari tiap region, bahkan per negara. Aksesnya pun gratis.
”Memang harus ada suatu mekanisme yang sekaligus bisa mengualifikasikan pengusaha. Tak hanya usaha mikro, kecil, dan menengah dan pengusaha besar, tetapi juga mereka yang punya rekam jejak bagus, barang berkualitas. Ini, kan, perlu usaha tersendiri, tapi saya setuju itu harus ada,” tutur Siswo.
Baca juga: Pemetaan Literasi Ekosistem Digital Perkuat Kebijakan untuk Ekspor UMKM
Peran vital diaspora
Tahun 2023 merupakan kesempatan emas bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usaha. Mereka yang berniat memasuki pasar baru di negara asing perlu jeli memilih tujuan.
Penelitian Arrbey Consulting menunjukkan, setidaknya ada sejumlah rekomendasi tujuan bagi pengusaha Indonesia dengan prospek tertinggi untuk mengekspor barang pada 2023. Berdasarkan negara dengan prospek ekspor (EPC) tertinggi, perusahaan Indonesia disarankan mengirim barang ke negara-negara ASEAN, China, Australia, Korea Selatan, dan India.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F18%2F36ccf64a-9a3d-49ad-9300-40cf82cdb4b8_jpg.jpg)
Anak buah kapal memindahkan jaring yang baru selesai diperbaiki ke dalam kapal penangkap ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (18/5/2022). Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat nilai ekspor perikanan Indonesia pada kuartal I tahun 2022 mencapai 1,53 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 21,95 triliun, naik 21,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.
Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono mengatakan, Indonesia dapat memanfaatkan produk-produk pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menjadi basis transaksi dengan negara lain. Ketika negara lain sedang mengurangi kapasitas produksinya, Indonesia dapat menggunakan kesempatan tersebut.
Ia mendorong agar seluruh pihak tak hanya berfokus menarik investasi asing ke dalam negeri, sebaliknya juga menganjurkan penanaman modal dari Indonesia ke luar negeri. Pemerintah perlu menyiapkan insentif-insentif untuk mendukung upaya ini. Selain insentif investasi ke luar negeri, mesti diterapkan pula stimulus investasi dalam negeri yang berorientasi ekspor.
Baca juga: Andalkan Hilirisasi, Kinerja Investasi Diyakini Melaju Meski Dibayangi Resesi
Kebijakan Indonesia selama ini lebih banyak mengarah substitusi impor. Sekarang saatnya mendorong prinsip internasionalisasi. Handito prihatin akan ketidakmauan perusahaan baru dan menengah untuk naik kelas karena dibayang-bayangi kompleksitas mencari pasar baru.
”Padahal, kalau kita enggak cetak perusahaan-perusahaan besar baru, maka Indonesia tidak bisa besar-besar ekonominya,” ujar Handito.
Zaman ini, naik kelas tak melulu ketika skala ekonominya naik. Namun, naik kelas berarti berekspansi hingga pasar luar negeri. Sudah saatnya Indonesia melakukan percepatan untuk masuk ke pasar yang lebih besar.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F12%2Ff3cc84d2-ec94-4bae-b342-08dba2e9ea42_jpg.jpg)
Warga mengunjungi Mall UKM atau Melayani Anda Lewat Layanan Usaha Kecil Menengah di Kantor Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian Kota Cirebon, Jawa Barat, Senin (12/12/2022). Mall UKM tersebut menyediakan sekitar 200 produk UKM dari Cirebon dan sekitarnya.
Sementara itu, diaspora yang berperan sebagai pelaku usaha diharapkan mampu menjadi salah satu anggota ekosistem untuk memulihkan ekonomi. Selama ini, peran ideal diaspora hanya terbatas sebagai konsumen, sedangkan jumlah pengusaha minim.
Baca juga: Menyiasati Peran, Menuntut Ilmu di Bangku Kuliah, dan Menggeliatkan Perekonomian
Presiden Jaringan Diaspora Indonesia (IDN) Global Kartini Salsilaningsih mengatakan, pihaknya berusaha memberdayakan para pengusaha meski tak memiliki entitas legal di negara terkait. Namun, pengusaha itu telah ambil bagian membantu pemulihan ekonomi melalui ekspor, misalnya sebagai intelijen pasar (MI) atau bekerja sama dengan perusahaan besar Indonesia sebagai perwakilan pemasaran.
”Ketika usaha kecil dan menengah binaan naik ke pasar global, ekspor butuh pasar. Kami sebagai diaspora bisa jadi teman seperjuangan. Meski belum membantu dari skala, tapi kami bisa jadi teman berbagi pengalaman dalam mencapai level ekspor tersebut,” tutur Kartini.
Sebagai contoh, IDN Global dapat membantu dalam membaca peraturan hingga akhirnya bisa memasuki region tertentu. Selain itu, dana yang awalnya ditujukan untuk membina UKM dapat diberikan pada diaspora agar dapat mengimpor dalam skala lebih besar. Harapannya memberi manfaat untuk para eksportir baru.