Perempuan Afghanistan Dilarang ke Taman dan Pasar Malam
Pemberangusan hak perempuan Taliban sebenarnya menjadi salah satu alasan utama negara Barat membekukan aset dan bantuan bagi Afghanistan.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
AFP/WAKIL KOHSAR
Foto yang diambil pada 9 November 2022 ini menunjukkan petugas Taliban berdiri tak jauh dari bianglala di Taman Hiburan Habibullah Zazai di pinggiran Kabul, Afghanistan.
KABUL, KAMIS — Taliban, penguasa Afghanistan, kembali menerapkan peraturan untuk mengekang perempuan, membuat mereka terkurung. Pemisahan jender menjadi semakin tegas. Perempuan dilarang pergi ke taman, tempat atau taman hiburan, dan pasar malam setelah mengalami banyak pembatasan ketat sebelumnya.
Kantor berita AFP, Kamis (10/11/2022), melaporkan, peraturan itu berlaku sejak 9 November 2022. Beberapa bulan sebelumnya, Taliban memberikan akses kepada perempuan dengan ruang atau koridor yang terpisah dari kaum pria. Pemberian akses berdasarkan jender itu telah diubah secara tegas menjadi peraturan permanen yang melarang penuh perempuan.
Aturan baru itu semakin menekan perempuan untuk pergi ke ruang publik. Sebelumnya perempuan hanya dilarang jika bepergian tanpa ditemani laki-laki, seperti suami atau pria anggota keluarga lainnya. Mereka juga dipaksa mengenakan jilbab atau burqa setiap keluar rumah. Selama dua dekade sebelumnya, setelah pemerintahan Taliban jilid I tumbang, perempuan memakainya secara sukarela.
Taliban membatasi hak perempuan bekerja, memaksakan pakaian tertutup, dan menutup sekolah perempuan di seluruh penjuru negeri. Pada Maret lalu, Taliban mengumumkan akan membuka sekolah menengah pertama bagi murid perempuan. Namun, keputusan itu diralat keesokan paginya tepat saat anak-anak perempuan berduyun-duyun datang ke sekolah.
”Selama 15 bulan terakhir, kami mencoba yang terbaik untuk mengatur dan memenuhinya, dan bahkan hingga menentukan hari-harinya (yang membolehkan perempuan keluar rumah),” kata Mohammad Akif Sadeq Mohajir, juru bicara Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Penebar Kebajikan Taliban.
Meski demikian, seperti dikatakan Mohajir, di beberapa tempat umum aturan itu masih banyak dilanggar atau tidak diindahkan. ”Ada pembauran (laki-laki dan perempuan), pemakaian hijab juga tidak diindahkan, maka keputusan baru diberlakukan mulai hari ini,” katanya, Rabu (9/11/2022) malam, tanpa memberikan penjelasan yang detail terkait peraturan baru itu.
Afghanistan telah menjadi wilayah terlarang bagi perempuan sejak kelompok Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus 2021. Perempuan diharamkan bergerak leluasa di ruang-ruang publik. Peraturan baru Taliban disambut dengan rasa kecewa oleh kaum perempuan dan pengelola taman yang telah mengembangkan banyak fasilitas pendukung untuk perempuan.
Petugas taman telah melarang sejumlah perempuan masuk ke taman hiburan di Kabul setelah Taliban menegakkan aturan baru itu. Sementara anggota Taliban tampak mengamati situasi sekitar taman. ”Jelas, dalam Islam, diperbolehkan untuk pergi keluar dan mengunjungi taman. Ketika Anda tidak memiliki kebebasan di negara Anda sendiri, lalu apa artinya tinggal di sini?” tanya Raihana (21), seorang mahasiswi.
Seorang ibu rumah tangga di Kabul juga menyampaikan protes karena jenuh dan bosan terkurung di rumah. ”Tidak ada sekolah, tidak ada pekerjaan, setidaknya perempuan harus diberi tempat untuk bersenang-senang,” kata seorang ibu dengan samaran Wahida. ”Kami hanya bosan dan muak terkurung di rumah sepanjang hari, pikiran kami kacau,” katanya kepada AFP.
Di taman hiburan Habibullah Zazai di pinggiran Kabul yang menawarkan pemandangan kota yang spektakuler, tampak bianglala dan sebagian besar wahana lainnya tiba-tiba berhenti beroperasi karena sepi. Sebelum larangan baru diberlakukan, taman bermain itu bisa menerima ratusan pengunjung pada hari-hari ketika wanita membawa anak-anak mereka untuk bersenang-senang.
AFP/AHMAD SAHEL ARMAN
Anak-anak dan remaja perempuan Afghanistan berunjuk rasa di depan Kementerian Pendidikan di Kabul, Afghanistan, 26 Maret 2022. Mereka menuntut agar sekolah kembali dibuka untuk perempuan.
Setiap Jumat dan hari libur, jumlah pengunjung biasanya membeludak di Taman Hiburan Zazai. Pada Rabu (9/11/2022), hanya segelintir pria yang berada di sana. Tak ada perempuan dan anak-anak perempuan. Habib Jan Zazai, pengembang taman itu, khawatir. Dia mungkin harus menutup bisnisnya yang telah menguras dana investasi sebesar 11 juta dollar AS dan mempekerjakan sekitar 250 orang.
Zazai memperingatkan, larangan terhadap perempuan dan anak-anak perempuan akan menghambat investasi asing dan investasi dari warga Afghanistan yang tinggal di luar negeri. ”Pemerintah hidup karena pajak. Jika investor tidak membayar pajak, lalu bagaimana pemerintah bisa berjalan?” tanyanya.
Mohammad Tamim (20), warga Kadahar, yang menyeruput teh di sebuah taman di Kabul ,mengatakan, larangan itu sebagai kabar buruk. ”Setiap manusia secara psikologis perlu hiburan, apalagi setelah 20 tahun perang,” katanya.
Beberapa waktu lalu, Utusan Perempuan PBB untuk Afghanistan Alison Davidian mengatakan, bagi banyak perempuan di dunia, berjalan di luar rumah adalah hal biasa. Namun, bagi banyak perempuan Afghanistan, hal sederhana ini bernilai besar yang harus diperjuangkan dengan susah payah.
Pemberangusan hak perempuan Taliban sebenarnya menjadi salah satu alasan utama negara-negara Barat membekukan aset dan bantuan bagi Afghanistan. Seretnya kas negara ikut mempercepat keruntuhan ekonomi dan memicu krisis pangan.
Saat ini Afghanistan tercatat sebagai satu-satunya negara di dunia yang melarang perempuan mengenyam pendidikan menengah hingga tinggi. (AFP/REUTERS)