Simbol dan nilai perjuangan diktator fasis, Benito Mussolini, masih hidup hingga hari ini. Namun, perdana menteri Italia yang baru mengaku berusaha menjauhi fasisme.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
Sejarah Italia seperti sulit melepaskan diri dari ideologi fasisme. Ideologi ini berkaitan erat dengan Partai Fasis Nasional (Partito Nazionale Fascista/PNF), yang didirikan dan dipimpin Benito Mussolini pada 9 November 1921. Mussolini menjadi perdana menteri Italia pada Oktober 1922-Juli 1943. Jumat (28/10/2022), Italia memperingati 100 tahun diktator totaliter Mussolini berkuasa.
Naiknya Mussolini ke tampuk kekuasaan pada 31 Oktober 1922 diawali Pawai Roma, 28-30 Oktober 1922. Saat itu massa PNF ”menghitamkan” Roma dengan memakai kaus hitam partai. Simbol dan nilai perjuangannya masih hidup hingga hari ini. Peringatan seabad itu juga terjadi beberapa hari setelah Giorgia Meloni, pemimpin kelompok sayap kanan neo-fasisme, menjadi PM Italia.
Mussolini, yang bernama lengkap Benito Amilcare Andrea Mussolini, adalah seorang politisi dan wartawan. Jika Meloni juga seorang politikus dan wartawan, itu hanyalah kebetulan. Namun, yang mengejutkan, perempuan pertama yang menjabat PM Italia itu berasal dari partai Persaudaraan Italia (Fratelli d’Italia/FdI) yang dilihat sebagai bagian gerakan neo-fasis.
Meskipun FdI memiliki akar neo-fasis, Meloni mengaku berusaha untuk menjauhi fasisme. Dalam pidato pertamanya di parlemen menjelang pemungutan suara yang mengonfirmasi pemerintahannya, Meloni bersikeras tidak pernah merasakan simpati atau kedekatan dengan rezim yang tidak demokratis, termasuk fasisme.
Artinya, Meloni ingin menjunjung nilai-nilai demokratis, bukan fasisme yang melahirkan diktator totaliter seperti Mussolini. ”Sebab, saya selalu menganggap undang-undang rasial tahun 1938 sebagai titik terendah dalam sejarah Italia, rasa malu yang selamanya akan membekas,” katanya. Dia mengecam hukum masa Mussolini yang menganiaya komunitas Yahudi Italia.
Namun, FdI yang dipimpin Meloni secara kontroversial mempertahankan lambang api yang digunakan kaum fasis. Meloni dilaporkan memoderasi warisan fasisme. Salah satu pendiri FdI, Ignazio Maria La Russa, yang memiliki nama tengah Benito, telah menjadi ketua majelis tinggi parlemen terpilih Italia. Kantor pusat FdI juga dipenuhi dengan memorabilia fasisme.
Fasisme (Fascismo) yang berkembang di Italia, suka atau tidak, memang selalu dikaitkan dengan PNF di bawah kepemimpinan Mussolini. Setelahnya, ideologi fasisme dilanjutkan oleh Partai Fasis Republikan, yang berkuasa tahun 1943-1945, dan seterusnya oleh Gerakan Sosial Italia, serta gerakan-gerakan neofasis lainnya, termasuk yang terbaru kini adalah FdI.
Jika neofasis FdI terdengar lebih moderat, pertanyaannya apakah ”suara moderat” yang diadopsi Meloni akan dapat bertahan? Mungkinkan sebagian pendukung FdI, terutama 4 persen suara inti penentu bagi Meloni, akan menoleransi atau menerimanya? Merekalah yang membuat memorabilia fasis tetap dipertahankan di kantor pusat partai. Tantangan Meloni ada di sini, di FdI sendiri.
Sementara Asosiasi Nasional Partisan Italia (Associazione Nazionale Partigiani d’Italia/ANPI) masih melestarikan memori perlawanan masa perang menentang fasisme. ANPI telah mencatat beberapa tanda kelompok sayap kanan yang agresif di wilayah-wilayah yang didominasi FdI, misalnya Marche, Italia tengah. Serangan kelompok itu di media sosial terhadap ANPI semakin ganas.
”Ini sinyal yang mengganggu,” kata Ketua Nasional ANPI Gianfranco Pagliarulo. ”Jelas kemenangan hak nasionalis akan mengarah pada kebangkitan sikap provokatif neo-fasis. Kami tidak khawatir karena kami akan bertarung dengan senjata politik, dan jika perlu, senjata hukum,” ujar Pagliarulo tentang menguatnya fasisme baru.
Jumat, ANPI akan menggelar demonstrasi di kota Predappio, Italia utara, tempat Mussolini lahir dan dimakamkan. Aksi itu untuk menandai pembebasan kota dari fasisme pada 28 Oktober 1944. Tanggal itu dipilih para tokoh pembebas partisan untuk menghapus ingatan tentang Pawai Roma era PNF.
Tidak seperti di Jerman atau Spanyol, di mana hanya segelintir ekstremis yang masih menghormati Adolf Hitler atau kediktatoran Fancisco Franco, sikap terhadap Mussolini di Italia lebih ambigu. Sebagian kalangan, seperti simpatisan FdI, tetap mempertahankannya, tetapi sebagai paham neo-fasis. Sebagian lain berusaha untuk menghapus memori fasisme, seperti dilakukan oleh ANPI.
Di Predappio, makam Mussolini di kapel keluarga menarik puluhan ribu pengunjung setiap tahun. Valerio Alfonso Bruno, analis di Centre for Analysis of the Radical Right, London, mengatakan, toleransi terhadap fasisme terjadi juga di banyak tempat lain di Italia. Dalam beberapa tahun terakhir, ia menambahkan, toleransi terhadap fasisme terus meningkat.
Padahal, di bawah rezim Mussolini, lebih dari 7.000 pria, wanita, dan anak-anak Yahudi Italia dibunuh di kamp kematian Nazi. Menurut jajak pendapat pada Oktober 2021, sebanyak 66 persen generasi muda (16-25 tahun) percaya rezim fasis Mussolini yang diktator harus dikecam sebagian karena sebagian lainnya memiliki efek menguntungkan Italia. Hanya 29 persen yang mengecam penuh.
Mussolini dipuji karena telah menyediakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan Italia, mulai dari kereta api hingga jalan raya, serta program kesejahteraan sosial. Potret Mussolini juga masih menghiasi dinding sejumlah kementerian negara hingga kini. ”Kami semua pewaris Il Duce (pemimpin),” kata La Russa merujuk Mussolini. Berbagai pihak khawatir kepemimpinan Meloni akan melemahkan persatuan dan nilai-nilai demokratis Uni Eropa. (AP/AFP)