Kisah Mimpi Amerika dalam Lukisan Potret Obama-Michelle
Di Gedung Putih, lukisan potret para presiden dan ibu negara dalam ukuran besar tergantung di dinding, lorong dan berbagai ruangan. Obama dan Michelle pun bergabung dengan para pendahulunya menghiasi Gedung Putih
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
Lima tahun setelah menyelesaikan masa jabatannya, mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan istrinya, Michelle, kembali ke Gedung Putih, Rabu (7/9/2022). Humor, nostalgia, kata-kata bijak, dan cerita tentang demokrasi AS membalut acara pembukaan selubung lukisan potret resmi mereka berdua.
Sesuai tradisi, seorang mantan presiden kembali untuk acara semacam itu saat penerusnya berkuasa. Namun, acara itu tidak diadakan saat pemerintahan Donald Trump, pengganti Obama. Maka, baru pada masa pemerintahan Joe Biden ini mereka berdua datang. Biden merupakan wakil presiden saat Obama berkuasa sebagai presiden ke-44 AS selama delapan tahun pada 2009-2017. ”Barack dan Michelle, selamat datang kembali,” ujar Biden, disambut meriah hadirin.
Di Gedung Putih, lukisan potret para presiden dan ibu negara dalam ukuran besar tergantung di dinding, lorong dan berbagai ruangan. Obama dan Michelle pun bergabung dengan para pendahulunya yang sudah lebih dulu menghiasi Gedung Putih.
Obama dilukis seniman Robert McCurdy. Dalam lukisan hiperrealistik dengan cat minyak di atas kanvas, Obama mengenakan setelan hitam dan dasi abu-abu di depan latar putih. Ia tampak berdiri tanpa ekspresi, dengan bayangan jatuh di salah satu sisi wajahnya. Sosoknya berdiri tegak, dengan kedua tangan dimasukkan saku celana.
McCurdy pernah melukis potret semacam itu untuk pengarang Toni Morison dan mendiang pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela. ”Dia menolak permintaan saya untuk menyembunyikan uban saya dan membuat telinga saya terlihat lebih kecil,” ujar Obama, mengundang tawa.
”Dia juga meminta saya untuk tidak mengenakan setelan warna cokelat gelap,” tambahnya, merujuk pada pilihan setelan tahun 2014 yang menjadi buah bibir dan pemberitaan selama berhari-hari di Washington.
Sementara Michelle dilukis seniman Sharon Sprung, dalam balutan gaun biru muda. Ia duduk dengan anggun di Ruang Merah. Sementara suaminya bercanda tentang rambut beruban, telinga besar, dan setelannya, Michelle menuturkan, acara itu bagi dia lebih tentang janji Amerika bagi orang-orang seperti dirinya, putri keluarga kelas pekerja dari South Side, Chicago.
”Bagi saya, hari ini bukan soal apa yang telah terjadi. Ini juga soal apa yang bisa terjadi, karena anak perempuan seperti saya tidak seharusnya berada di sana, di samping Jacqueline Kennedy dan Dolley Madison. Dia tidak seharusnya tinggal di gedung ini dan dia tidak seharusnya menjadi ibu negara,” tuturnya.
Potret ini, lanjut Michelle, adalah pengingat bahwa ada tempat bagi semua orang di negara ini. Menurut Michelle, tradisi upacara pembukaan selubung potret ini penting bagi masyarakat yang melihat dan berpartisipasi dalam demokrasi. ”Anda tahu, rakyat membuat suara mereka didengarkan dengan pilihan mereka. Seperti Barack bilang, jika kami berdua bisa berakhir di dinding gedung paling terkenal di dunia, penting bagi setiap anak yang meragukan diri mereka untuk percaya mereka pun bisa,” ujarnya.
Meski tidak terang-terangan menyebut Trump, Michelle merujuk pada penolakan Trump untuk menerima hasil pemilu presiden tahun 2020 karena kalah dari Biden. ”Kita mengadakan pelantikan untuk memastikan transisi kekuasaan yang damai. Saat waktu kami sudah selesai, kami melangkah,” kata Michelle.
Saat menjadi presiden, Obama menggelar acara pembukaan selubung potret resmi untuk Presiden George W Bush dan istrinya, Laura, tahun 2012. Untuk Trump, pemerintahan Biden belum secara langsung menyatakan apakah akan ada atau kapan lukisan potret akan dibuka. Tidak jelas pula apakah Trump telah memesan lukisan potret resmi.
Potret Obama akan dipajang di Grand Foyer Gedung Putih yang biasanya menjadi tempat potret dua presiden terbaru digantung. Sebelumnya potret Bill Clinton dan George W Bush terpasang di sana. Adapun potret Michelle akan dipajang bersama para pendahulunya di lorong di Ground Floor Gedung Putih, bersama Barbara Bush, Hillary Clinton, dan Laura Bush.
Tentang lukisannya, McCurdy mengatakan, gaya potret itu membantu menciptakan “pertemuan” antara orang yang dipotret dan orang yang melihatnya. ”Latar belakangnya hanya putih, tidak ada properti lain, karena kita tidak bercerita tentang orang yang dilukis. Kita menciptakan perjumpaan antara penonton dan sosok di lukisan. Kita mengatakan sesedikit mungkin tentang sosok itu supaya penonton bisa becermin padanya,” ujar McCurdy dalam wawancara dengan Asosiasi Sejarah Gedung Putih.
Potret itu dilukis dari sebuah foto yang dipilih dari sekitar 100 gambar. McCurdy menghabiskan waktu setidaknya setahun untuk melukisnya. (AP/AFP/REUTERS)