Pertarungan Jelang Pemilu Sela AS Panas, Biden Serang Kubu Republik Pro-Trump
Presiden AS Joe Biden melancarkan serangan kepada politisi dan anggota Partai Republik pendukung Donald Trump. Ia menyebut pemikiran politik Trump telah membawa AS menjauh dari demokrasi dan mengagungkan kekerasan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta semua anggota Partai Demokrat dan warga AS mendukung pemerintah serta partainya agar kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat bisa terus dinikmati. Dalam kampanye persiapan jelang pemilu sela, 8 November 2022, itu, Biden juga menyerang Partai Republik pendukung Donald Trump.
Ia menyebut Partai Republik telah mencederai demokrasi, memecah belah rakyat dengan kekerasan dan kebencian serta ideologi semi-fasisme. ”Ini bukan hiperbolis. Anda perlu memilih untuk benar-benar menyelamatkan demokrasi lagi. Amerika harus memilih,” kata Biden di hadapan ribuan orang dalam kampanye Komite Nasional Demokrat di Maryland, Washington, Kamis (25/8/2022).
”Anda harus memilih apakah negara kita mau bergerak maju atau sebaliknya mundur,” lanjut Biden.
Suhu politik di AS menghangat di tengah persiapan dua partai utama, Demokrat dan Republik, bersaing menduduki kursi Kongres di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat serta gubernur dan sejumlah jabatan di negara-negara bagian. Setiap partai menggelar pemilihan pendahuluan guna memilih kandidat yang akan bertarung pada pemilu sela.
Di Kongres saat ini, Demokrat hanya menduduki mayoritas tipis atas Republik di DPR. Adapun di Senat, Demokrat hanya unggul berkat posisi wakil presiden yang jadi penentu mayoritas mereka.
Jika merebut kontrol atas satu atau dua kamar di Kongres itu, Republik bisa mengacaukan agenda-agenda legislatif Biden. Jika Demokrat kalah telak dari Republik, bakal muncul pertanyaan soal apakah Biden (Demokrat) layak mencalonkan diri lagi pada pemilu presiden 2024 atau menyerahkan pencalonan Demokrat kepada generasi lebih muda.
Pernyataan Biden dalam kampanye, Kamis, dilontarkan di tengah semakin meningkatnya sentimen negatif terhadap Demokrat. Tingkat dukungan publik yang lemah, di bawah 50 persen, menjadi salah satu indikator tidak cukup diterimanya program dan kebijakan kabinet Biden dan Demokrat.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos, dua pekan lalu, memperlihatkan peningkatan dukungan kepada Biden: dari 37 persen pada Mei menjadi 40 persen. Namun, hal itu masih belum menguntungkan Biden dan Demokrat. Pemerintahan Biden saat ini tak lebih baik dari pemerintahan Donald Trump dan Republik pada 2017 saat tingkat dukungan warga hanya 33 persen.
Biden mengatakan, sebagai anggota Partai Demokrat, dirinya tidak memiliki masalah dengan anggota atau simpatisan Partai Republik yang konservatif. Ia menilai kelompok konservatif di partai rival itu masih memiliki sportivitas dan semangat yang sama dalam membangun AS.
Biden mengakui, dirinya mempunyai masalah dengan pola pikir dan perilaku sebagian Republikan pengikut Trump, yang mengagungkan jargon Make America Great Again atau MAGA.
”Trump dan anggota Partai Republik yang ekstrem telah memilih, membawa negara ini mundur dengan kemarahan, kekerasan, kebencian, dan perpecahan,” kata Biden.
Ia menyebut ide yang ditanamkan Trump dan kelompoknya menyerupai ideologi semifasisme.
Di pihak lain, kubu Republik melihat masalah ekonomi AS menjadi salah satu kunci untuk menggerus dukungan pada pemerintahan Biden. Laju inflasi yang tinggi, nyaris dua digit, dinilai menjadi bukti bahwa kabinet Biden tak cukup mumpuni menelurkan kebijakan ekonomi.
”Inflasi Presiden Biden menghancurkan keluarga pekerja. Sementara jawaban atas kondisi ini adalah mengucurkan lebih banyak uang pemerintah kepada para elite. Demokrat benar-benar menggunakan uang para pekerja untuk membeli antusiasme basis politik mereka,” kata tokoh Republik, Senator Mitch McConnell.
Ucapan McConnell digaungkan juga oleh juru bicara Republikan Nathan Brand. ”Biden memaksa orang Amerika keluar dari pekerjaan mereka, mentransfer uang dari keluarga pekerja ke pengacara Harvard, dan mengirim negara kita ke dalam resesi, sementara banyak keluarga tidak mampu membeli bensin dan bahan makanan. Demokrat tidak peduli dengan penderitaan orang Amerika—mereka tidak pernah melakukannya,” kata Brand.
Penyelidikan FBI
Departemen Kehakiman AS pada Jumat (26/8/2022) waktu setempat atau Sabtu dini hari WIB akan segera merilis versi yang telah diolah dari dokumen affidavit terkait dengan surat perintah penggeledahan rumah peristirahatan Trump di Mar-a-lago, Florida, dua pekan lalu, oleh aparat Biro Investigasi Federal AS (FBI). Penggeledahan ini dilakukan terkait dugaan kepemilikan dokumen rahasia negara secara tidak sah oleh mantan presiden AS itu.
Dokumen tersebut dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman AS atas perintah hakim Pengadilan Federal Bruce Reinhart, Kamis (25/8/2022).
Affidavit adalah pernyataan di bawah sumpah yang menguraikan bukti-bukti yang memberi alasan legal bagi Departemen Kehakiman untuk mengeluarkan surat perintah penggeledahan. Jenis dokumen ini biasanya tidak dipublikasikan, kecuali seseorang telah didakwa melakukan tindak pidana atau kejahatan.
Affidavit yang dirilis oleh Departemen Kehakiman tidak akan secara eksplisit menerangkan maksud dan tujuan penggeledahan, termasuk identitas para aparat yang ditugaskan untuk melaksanakan hal itu. Reinhart mengatakan, Departemen Kehakiman memiliki alasan yang sah untuk merahasiakan sejumlah dokumen, termasuk melindungi identitas saksi, agen federal, serta investigasi dan strategi pemerintah dalam menangani kasus ini.
Dokumen yang dirilis adalah dokumen yang sudah diedit, tanpa meninggalkan substansi penjelasan yang diharapkan para penggugat keterbukaan informasi.
Saat menggeledah Mar-a-Lago, penyidik FBI membawa lebih dari 20 kotak berisi 11 set dokumen rahasia Pemerintah AS. Beberapa dokumen itu diberi label sangat rahasia.
Pencarian tersebut merupakan bagian dari penyelidikan federal mengenai apakah Trump secara ilegal memindahkan dan menyimpan dokumen dari Gedung Putih ketika dia meninggalkan kantor pada Januari 2021 dan apakah dia mencoba menghalangi penyelidikan pemerintah.
Dokumen-dokumen yang disita FBI itu terpisah dari dokumen rahasia sebanyak 700 halaman yang ditemukan Badan Arsip Nasional AS dari Mar-a-Lago pada bulan Januari. (AP/AFP/REUTERS)