Pakistan Jadi Lautan Banjir, 30 Juta Orang Terdampak
Banjir melanda Pakistan dan membuat lebih dari 30 juta orang terdampak dan lebih dari 1.000 orang tewas. Pemerintah menetapkan keadaan darurat nasional dan meminta bantuan internasional.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
AFP/ASIF HASSAN
Pengendara bermotor melewati tenda-tenda darurat pengungsi korban banjir yang menghancurkan rumah mereka di Sukkur, Provinsi Sindh, Pakistan selatan, Jumat (26/8/2022).
ISLAMABAD, JUMAT — Hujan monsun teramat lebat kembali mengguyur sebagian besar wilayah Pakistan dalam beberapa hari terakhir. Lebih dari 1.000 orang dikabarkan tewas dan sekitar 30 juta orang terdampak.
Pemerintah Pakistan meminta bantuan internasional untuk menangani bencana tersebut. Sementara Otoritas Pakistan memberlakukan keadaan darurat karena luasnya wilayah banjir dan banyaknya penduduk yang terdampak.
Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) Pakistan, Senin (29/8/2022), melaporkan, 1.061 orang tewas akibat banjir sejak Juni 2022. Termasuk dalam angka itu adalah 28 korban tewas dalam 24 jam terakhir.
Musim hujan tahunan penting untuk mengairi tanaman serta mengisi kembali danau dan bendungan. Namun hujan monsun, yakni hujan dengan curah hujan yang terkonsentrasi pada satu puncak musim hujan, telah membaca bencana di Pakistan.
Para pejabat Pakistan mengatakan, banjir monsun tahun ini sama buruknya dengan hujan monsun 2010. Saat itu, lebih dari 2.000 orang tewas dan hampir seperlima negara itu terendam air. ”Saya belum pernah menyaksikan banjir bandang seperti ini sepanjang usia saya,” kata seorang petani, Rahim Bakhsh Brohi, di dekat Sukkur, Provinsi Sindh selatan.
Seperti ribuan orang lain di daerah perdesaan Pakistan, Brohi mencari perlindungan di sisi jalan raya nasional. Jalan layang merupakan salah satu dari sedikit tempat kering di tengah lautan banjir.
Surat kabar Dawn mengatakan, penetapan keadaan darurat diambil setelah banjir bandang mendatangkan malapetaka di Mardan, Swat, Shangla, Mingora, Kohistan, dan daerah lainnya. Video yang beredar di media sosial menunjukkan hotel, jalan penghubung, jembatan gantung, rumah warga, rumah sakit, sekolah, pembangkit listrik, dan kincir air hanyut.
AFP/ASIF HASSAN
Seorang pria mengarungi banjir setelah hujan monsun di Sukkur, Provinsi Sindh, Pakistan selatan, Jumat (26/8/2022).
Kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif, Jumat, dalam sebuah pernyataan menyebutkan, 33 juta orang menderita akibat ”sangat terdampak” oleh banjir. Sementara NDMA mengatakan, hampir 220.000 rumah hancur dan setengah juta lainnya rusak parah. Banjir menghanyutkan hampir 150 jembatan. Ribuan orang yang terkena dampak banjir tinggal di rumah dan tenda darurat.
Di Sindh saja, 2 juta hektar tanaman budidaya hancur. Badan bencana provinsi mengatakan, di wilayah itu banyak petani hidup tak menentu dari musim ke musim. ”Tanaman kapas saya di lahan 50 hektar semuanya hancur,” kata Nasrullah Mehar. ”Saya rugi besar, apa yang bisa dilakukan?”
Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman, Rabu, menyebutkan bahwa banjir di Pakistan kali merupakan sebuah ”bencana berskala epik”. Pada Kamis, dia mengatakan pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat dan meminta bantuan internasional.
Pakistan berada di urutan kedelapan dalam Indeks Risiko Iklim Global, dari negara-negara yang dianggap paling rentan terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Daftar Indeks Risiko Iklim Global disusun oleh lembaga aktivis lingkungan, Germanwatch.
Pada awal 2022, sebagian besar Pakistan berada dalam bencana kekeringan dan gelombang panas, dengan suhu mencapai 51 derajat celsius (124 Fahrenheit) di Jacobabad, Provinsi Sindh. Kota Jacobabad sekarang berjuang untuk mengatasi banjir yang telah menggenangi rumah-rumah serta menghancurkan jalan dan jembatan.
AFP/ASIF HASSAN
Warga korban banjir berlindung di sebuah kamp darurat setelah hujan deras di distrik di Sindh, Pakistan selatan, Kamis, 25 Agustus 2022.
Di Sukkur, sekitar 75 kilometer jauhnya dari Jacobabad, penduduk berjuang untuk melewati jalan-jalan berlumpur yang tersumbat oleh puing-puing yang terbawa banjir. ”Jika Anda datang lebih awal, airnya setinggi ini,” kata mahasiswa 24 tahun Aqeel Ahmed, sambil meletakkan tangannya di dada.
Perdana Menteri Sharif membatalkan rencana perjalanan ke Inggris untuk mengawasi tanggap darurat banjir. Dia memerintahkan tentara untuk mengerahkan setiap sumber daya ke dalam operasi bantuan bagi para korban banjir di wilayah yang terdampak.
”Saya telah melihat dari udara. Bencana kehancuran (akibat banjir kali ini) tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata,” katanya Sharif di TV pemerintah setelah mengunjungi Sukkur. ”Kota, desa, dan tanaman terendam air. Saya rasa tingkat kerusakan ini belum pernah terjadi sebelumnya."
Seruan penggalangan dana nasional telah diluncurkan. Militer Pakistan mengatakan, setiap petugas yang mengemban penggalangan dana akan menyumbangkan gaji sebulan bagi para korban. Daerah yang paling dilanda banjir adalah Balochistan dan Sindh, tetapi hampir semua Pakistan terdampak.
Junaid Khan, Wakil Komisaris Distrik Swat di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan, 14 hotel tepi sungai telah hanyut bersama dengan dua pembangkit listrik tenaga air. Di Chaman, kota perbatasan Afghanistan, para pelancong harus mengarungi air setinggi pinggang untuk menyeberangi perbatasan setelah bendungan di dekatnya meluap.
AFP/RIZWAN TABASSUM
Keluarga korban banjir yang dievakuasi dari Provinsi Sindh berlindung di sebuah sekolah di Karachi, Kamis, 25 Agustus 2022. Berdasarkan badan bencana nasional Pakistan pada 25 Agustus, 903 orang tewas akibat banjir sejak Juni, dan hampir 200.000 orang mengungsi. Rumah mereka di daerah perdesaan.
Pakistan Railways mengatakan, Quetta, ibu kota Provinsi Balochistan, telah terputus. Layanan kereta api dihentikan setelah satu jembatan utama rusak akibat banjir bandang.
Sebagian besar jaringan seluler dan layanan internet mati di provinsi tersebut. Otoritas telekomunikasi negara itu menyebut bencana ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui pernyataannya, Kamis, mengatakan telah mengalokasikan 3 juta dollar AS untuk badan-badan bantuan PBB dan mitranya di Pakistan terkait penanggulangan banjur. ”Ini akan digunakan untuk layanan kesehatan, gizi, ketahanan pangan, air dan sanitasi di daerah yang terdampak banjir. Fokusnya pada warga yang paling rentan,” kata PBB. (AFP/AP/REUTERS/CAL)