Selain Kontraterorisme, CIA Alih Fokus pada Ancaman China
Perang melawan kelompok teror tetap menjadi prioritas, tetapi uang dan sumber daya akan banyak bergeser fokus pada China.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·6 menit baca
PHOTO BY SAUL LOEB/AFP FILES/AFP
Dalam foto dokumentasi yang diambil pada 13 Agustus 2008 tampak seorang pria berjalan di atas tanda Central Intelligence Agency (CIA) di lobi Markas CIA di Langley, Virginia.
Para pemimpin kontraterorisme di Central Intelligence Agency (CIA) atau Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) baru-baru ini membuat pertemuan tertutup untuk membahas situasi global. Perang melawan Al Qaeda dan kelompok teror lain tetap menjadi prioritas. Namun, lebih banyak uang dan sumber daya akan bergeser untuk fokus membendung China.
Hampir satu tahun setelah pasukan AS dan sekutunya angkat kaki dari perang dua dekade di Afghanistan, Presiden AS Joe Biden dan pejabat tinggi keamanan nasional mengurangi perhatian pada upaya kontraterorisme. Mereka dilaporkan lebih banyak berbicara tentang ancaman politik, ekonomi, dan militer yang ditimbulkan China dan Rusia.
Bahkan, di tubuh badan-badan intelijen AS ada yang merasa lebih tenang, termasuk mereka yang selama ini fokus menangani terorisme. Ada ratusan petugas, termasuk para perwira, yang dipindahkan ke posisi yang lebih berfokus pada China. Bagi AS, China dan juga Rusia, adalah ancaman masa depan selain kelompok terorisme global.
Para pejabat intelijen menekankan, perang kontraterorisme hampir tidak bisa diabaikan. Hampir dua minggu lalu, 31 Juli, serangan pesawat nirawak CIA menewaskan pemimpin tertinggi Al Qaeda, Ayman al-Zawahri, di Kabul, Afghanistan. Dia diduga dilindungi Taliban, kelompok yang dua dekade lalu digulingkan AS karena mendukung Al Qaeda menyerang di AS pada 11 September 2001.
Fakta bahwa AS mampu melacak dan membunuh Zawahri adalah bukti kemampuan operasi CIA dari luar negeri untuk menargetkan ancaman di dalam negeri Afghanistan. Para kritikus mengatakan, fakta bahwa Zawahri tinggal di Kabul, di bawah perlindungan Taliban, menunjukkan kebangkitan kelompok ekstremis di mana AS mungkin tidak siap untuk melawannya.
Namun, empat hari setelah Zawahiri dilaporkan tewas, muncul ancaman lain. China menggelar latihan militer skala besar dan memutuskan beberapa komunikasi dengan AS terkait lawatan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, 2-3 Agustus. Ini menggarisbawahi pesan Wakil Direktur CIA David Cohen pada pertemuan baru-baru ini: prioritas utama CIA ialah mencoba untuk memahami dan melawan Beijing.
AP/TAIWAN PRESIDENTIAL OFFICE
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri) dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berbarengan untuk sebuah pertemuan di Taipei, Taiwan, Rabu, 3 Agustus 2022.
AS sudah sejak lama mengkhawatirkan perluasan ambisi politik dan ekonomi China yang mengancam hegemoninya. Pada awal September 2020, Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien mengatakan, China telah mengambil peran paling aktif di antara negara-negara yang ingin ikut campur dalam pemilihan presiden dan memiliki program terbesar untuk memengaruhi politik dalam negeri AS.
”Kami tahu orang China telah mengambil peran paling aktif,” kata O'Brien dalam konferensi pers seperti yang dikutip Reuters, Sabtu (5/9/2020). Menurut dia, China ”memiliki program paling besar untuk mempengaruhi AS secara politik,” selain Iran dan Rusia. Pernyataan O’Brien saat itu disangkal Beijing dengan mengatakan sebagai tidak berdasar dan provokatif.
Beberapa ahli kini juga berpikir Beijing pada tahun-tahun mendatang, bahkan setidaknya dalam waktu dua tahun, akan mencoba merebut paksa Taiwan. Kantor berita Associated Press, Selasa (9/8/2022), melaporkan, pejabat intelijen mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak wawasan tentang China, termasuk setelah tidak bisa secara pasti menentukan penyebab Covid-19.
Sementara perang di Ukraina telah menunjukkan pentingnya Rusia sebagai target selain China. AS menggunakan informasi rahasia untuk mengekspos rencana perang Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum invasi dan menggalang dukungan diplomatik untuk Kyiv.
Pergeseran prioritas CIA itu didukung oleh banyak mantan petinggi intelijen dan anggota parlemen AS, walau mereka mengatakan pergeseran itu sudah terlambat. Mereka yang mengkritisi itu termasuk pernah bertugas di Afghanistan dan misi lainnya dalam melawan kelompok Al Qaeda dan kelompok teroris lainnya.
Jason Crow, anggota parlemen Demokrat dan mantan Army Ranger yang bertugas di Afghanistan dan Irak, mengatakan, selama beberapa tahun terakhir AS terlalu fokus pada kontraterorisme. Padahal, ancaman eksistensial yang jauh lebih besar adalah Rusia dan China.
AFP/ARIS MESSINIS
Warga sipil menyeberangi sungai melalui jembatan yang telah diledakkan di front utara Kyiv pada 1 Maret 2022. Dalam perang Rusia di Ukraina, China bersikap lebih memihak pada langkah yang diambil Rusia.
Juru bicara CIA Tammy Thorp mencatat, terorisme tetap menjadi tantangan yang sangat nyata. ”Bahkan, ketika krisis seperti invasi Rusia ke Ukraina dan tantangan strategis seperti yang ditimbulkan oleh China menuntut perhatian kita, CIA akan terus secara agresif melacak ancaman teroris secara global dan bekerja dengan mitra untuk melawannya,” kata Thorp.
Beberapa orang yang mengetahui masalah itu, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah intelijen yang sensitif, mengatakan, Kongres AS telah mendorong CIA dan badan intelijen AS lainnya untuk menjadikan China prioritas utama. Mengalihkan sumber daya ke isu China akan memangkas pos strategis lainnya, termasuk dalam kontraterorisme.
Anggota parlemen AS secara khusus menginginkan lebih banyak informasi tentang sepak terjang China dalam pengembangan teknologi canggih. Di bawah Presiden Xi Jinping, China telah berkomitmen menginvestasikan triliunan dollar AS pada ilmu kuantum, kecerdasan buatan, dan teknologi lain yang mungkin akan mengganggu eksistensi AS sebagai negara kuat.
CIA tahun lalu mengumumkan akan membuat dua ”pusat misi” baru, satu terkait China dan satu lagi dibidang teknologi baru untuk mendukung intelijen memahami masalah tersebut. CIA juga mencoba merekrut lebih banyak penutur asli China dan mempercepat proses untuk merekrut agen baru. AP mengatakan, banyak petugas CIA belajar Bahasa Mandarin dan pindah tugas berfokus pada China.
Para pejabat AS mencatat bahwa petugas intelijen dilatih untuk beradaptasi dengan tantangan baru dan banyak yang dipindahkan lebih cepat ke peran kontraterorisme setelah serangan 11 September 2001. Douglas Wise, mantan pejabat senior CIA, mengatakan, kemajuan pekerjaan kontraterorisme juga berguna dalam melawan Rusia dan China.
Wise, yang kini menjabat Wakil Kepala Operasi di Pusat Kontraterorisme AS, mengatakan, mengorientasikan kembali CIA ke arah yang lebih fokus pada China dan Rusia pada akhirnya akan memakan waktu bertahun-tahun. Juga membutuhkan kesabaran yang panjang dan pengakuan bahwa budaya agensi akan memakan waktu lama untuk berubah.
PASCAL BIN SADJU
Foto dokumentasi pada 24 Februari 2020 ini menampilkan sosok Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam sebuah acara jumpa pers di Beijing.
Sebaliknya, China justru mengecam AS sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan dunia. Kecaman itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, awal bulan lalu, setelah AS dan Inggris mengatakan bahwa mata-mata China adalah ancaman global dan China mengancam ketertiban internasional.
AS dan Inggris meningkatkan peringatan baru tentang ancaman pemerintah China. Para pemimpin bisnis diperingatkan bahwa Beijing bertekad mencuri teknologi mereka untuk keuntungan kompetitif. ”Politisi AS yang relevan telah memainkan apa yang disebut ancaman China untuk menyerang China,” kata Zhao merespons Direktur FBI Christopher Wray yang mengecam spionase ekonomi dan peretasan oleh China.
”Fakta telah sepenuhnya membuktikan bahwa AS adalah ancaman terbesar bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan dunia,” kata Zhao, seperti dilaporkan situs Al Jazeera, 7 Juli 2022.
”Kami mendesak pejabat AS ini untuk memiliki perspektif yang benar, melihat perkembangan China secara obyektif dan wajar. Berhentilah menyebarkan kebohongan dan berhenti membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Jauh sebelumnya, China mengecam pembentukan pusat misi CIA. Zhao menyebut pusat misi CIA yang mengarah ke China itu sebagai ”gejala khas mentalitas Perang Dingin”. AS, menurut Zhao, ”harus melihat perkembangan China dan hubungan China-AS secara obyektif dan rasional dan berhenti melakukan hal-hal yang merusak rasa saling percaya dan kerja sama,” tambahnya. (AP/REUTERS/AFP)