Lawatan Jokowi ke Korsel Hasilkan Investasi 6,37 Miliar Dollar AS
Investasi dari Korea Selatan, di antaranya, akan ditanamkan pada industri baja untuk kendaraan listrik serta pembangunan ibu kota negara Nusantara.
Oleh
NINA SUSILO
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penguatan kerja sama perdagangan dan investasi disepakati Presiden Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. Investasi dari Korea Selatan, di antaranya, akan ditanamkan pada industri baja untuk kendaraan listrik serta pembangunan ibu kota negara Nusantara.
Hal ini terungkap dalam keterangan bersama Presiden Joko Widodo dan Presiden Yoon seusai pertemuan bilateral, Kamis (28/7/2022) sore, di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul. Hadir pula beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Presiden Jokowi menyebut Korea Selatan sebagai salah satu mitra penting Indonesia di Asia Timur. ”Saya yakin di bawah kepemimpinan Presiden Yoon kemitraan kita akan semakin kokoh ke depan, terutama kemitraan di bidang ekonomi,” ujarnya.
Menyambut baik tren perdagangan bilateral yang terus meningkat, kedua pemimpin negara sepakat untuk terus membuka akses pasar, mengatasi hambatan-hambatan perdagangan, dan mempromosikan produk-produk unggulan kedua negara.
Implementasi konkret dari kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-Korea (IK-CEPA) dinilai akan mendorong pemenuhan berbagai target. Apalagi, investasi Korea Selatan di Indonesia juga mengalami pertumbuhan pesat. Prospeknya juga baik, khususnya di industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik, industri kabel listrik dan telekomunikasi, garmen, dan energi terbarukan.
Presiden Jokowi secara khusus mendorong kerja sama investasi dari Korea, terutama percepatan pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia, termasuk proyek industri baterai yang terintegrasi dengan pertambangan dan industri baja otomotif untuk kendaraan listrik.
Kerja sama dalam pengembangan ibu kota negara baru Nusantara juga dirintis. Kerja sama itu, antara lain, di bidang pembangunan, sistem penyediaan air minum, dan pembentukan kapasitas di bidang pembangunan kota pintar (smart city). ”Terkait dengan hal ini, saya menyambut baik penandatanganan MOU antara Kementerian Investasi, Posco Korea, dan Krakatau Steel Indonesia terkait dengan investasi di bidang industri baja otomotif untuk kendaraan listrik dan partisipasi dalam pengembangan ibu kota Nusantara,” ujar Presiden Jokowi.
Nilai investasi secara keseluruhan disebut mencapai 6,37 miliar dollar AS (sekitar Rp 94,9 triliun). Investasi ini juga akan menyerap lebih dari 58.000 tenaga kerja.
Presiden Yoon juga menyambut peningkatan kerja sama kedua negara yang sudah memiliki hubungan diplomatik sejak 1973 ini. Kedua negara, menurut dia, dalam keterangan bersama, sepakat untuk meningkatkan kerja sama konkret yang mencakup ketahanan ekonomi.
Kerja sama intensif juga akan diperkuat dalam kerangka ekonomi Indo Pasifik (Indo Pacific Economic Framework/IPEF) yang dibentuk beberapa waktu lalu. Selain itu, IK-CEPA dan kemitraan ekonomi regional komprehensif (RCEP) yang sudah berlaku diyakini akan semakin memperluas kerja sama.
Nikel, sumber mineral yang banyak di Indonesia, adalah bahan yang sangat penting untuk industri teknologi tinggi di Korea Selatan. Karena itu, kata Presiden Yoon, saya dan Presiden Jokowi sepakat untuk memperkokoh solidaritas yang strategis di bidang industri teknologi mutakhir, seperti kendaraan listrik dan baterai. Untuk itu, menstabilkan rantai pasok dan memperkuat kerja sama ketahanan ekonomi kedua negara perlu dilakukan.
Dalam program pembangunan dan pemindahan ibu kota negara, Presiden Yoon juga menyebutkan pembangunan kota Sejong yang bisa menjadi referensi. Dia juga menyambut baik amendemen nota kesepahaman pembangunan dan pemindahan IKN. Hal ini, lanjutnya, akan menjadi fondasi bagi perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk ikut serta dalam pembangunan IKN ataupun sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) dan pembangunan kota pintar di IKN. ”Dalam pertemuan tingkat tinggi tadi, saya meminta Presiden Joko Widodo agar senantiasa memberi perhatian kepada para pengusaha Korea Selatan yang berinvestasi di Indonesia,” ujar Presiden Yoon.
Selain itu, kerja sama bidang pertahanan dan industri pertahanan disebut sebagai pilar penting dalam hubungan kedua negara. Apalagi, KF-21 atau IFX, jet tempur generasi terbaru yang dikembangkan kedua negara, telah sukses diterbangkan.
Kedua negara, kata Presiden Yoon, memiliki tekad sama untuk bekerja sama mengembangkan jet tempur hingga selesai. Adapun program kerja sama lain di industri pertahanan juga akan dilanjutkan.
Presiden Yoon juga menyampaikan dukungan penuh kepada Indonesia yang memegang Presidensi G20. Indonesia, katanya, adalah satu-satunya negara anggota G20 di Asia Tenggara dan memegang Presidensi G20 tahun ini. ”Pemerintah Korea Selatan mendukung penuh Indonesia sebagai Presiden G20. Saya sangat menantikan November ini untuk menghadiri KTT G20 di Bali dan akan bekerja sama secara proaktif dengan Indonesia agar KTT G20 berjalan sukses,” kata Presiden Yoon.
Selain itu, dia mengatakan, Presiden Jokowi memiliki pandangan sama bahwa ancaman nuklir dan rudal dari Korea Utara sangat berbahaya. Karena itu, keduanya sepakat untuk bekerja sama menyatukan masyarakat internasional mengantisipasi hal tersebut.
Korea dan Indonesia juga akan bekerja sama intensif terkait dengan situasi di Ukraina, krisis pangan dan energi. Selain itu, kedua negara juga akan terus berupaya untuk mendorong pemulihan demokrasi di Myanmar serta terus memberi bantuan agar krisis di Myanmar bisa diakhiri.
Presiden Jokowi pun mengapresiasi dukungan Korea Selatan bagi Presidensi Indonesia di G20 tahun ini. Dia pun menantikan kehadiran Presiden Yoon di Bali pada November mendatang.
Hal lainnya, Presiden Yoon juga menekankan masalah kerja sama ASEAN-Korea Selatan. Dia menyebut, Indonesia sebagai pemimpin negara ASEAN dan satu-satunya negara ASEAN yang memiliki kemitraan strategis khusus dengan Korea Selatan.
”Korea dan Indonesia memiliki tujuan yang sama, mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang aman damai dan sejahtera bersama. Kedua negara juga memiliki kepentingan yang sama, yakni mempertahankan tatanan internasional yang bertopang pada norma,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Presiden Yoon, saya dan Presiden Jokowi sepakat untuk memperkuat kerja sama strategis seiring dengan perkembangan dunia yang sangat dinamis. Pemerintahan baru Korea juga telah membangun landasan untuk menjalin diplomasi dengan ASEAN yang disebutnya mitra utama untuk perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik. ASEAN juga bagian penting dalam strategi Indo-Pasifik Korea.
”Saya menyatakan tekad untuk memperkuat kerja sama dengan ASEAN. Korea akan menyinergikan strategi Indo-Pasifik dengan ASEAN Outlook on Indo-Pacific berdasarkan dukungan kuat terhadap komunitas ASEAN. Kedua negara sepakat akan terus mengintensifkan komunikasi untuk mencapai hal tersebut,” ujar Presiden Yoon.
Kemitraan kerja sama ASEAN dan Republik Korea (ROK) terjalin pertama kali pada November 1989. Republik Korea kemudian menjadi mitra dialog penuh ASEAN pada 1991. KTT ASEAN-ROK pun rutin diselenggarakan sejak 2004.
Retno Marsudi mengatakan, dalam pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Yoon, Presiden Yoon juga mengapresiasi kepemimpinan Presiden Jokowi dalam upaya menyelesaikan masalah dunia.
Setelah pertemuan bilateral selesai, Presiden Jokowi dan Presiden Yoon menuju ruangan terpisah untuk menyaksikan penandatanganan kerja sama. Beberapa kerja sama yang ditandatangani, antara lain nota kerja sama antara Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal RI dengan Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Energi Republik Korea untuk Meningkatkan Investasi Hijau Berkelanjutan dan protokol perubahan memorandum saling pengertian antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI dengan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Republik Korea tentang Kerja Sama Teknis Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Negara.
Selain itu, masih ada memorandum saling pengertian antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Korea tentang Kerja Sama Maritim.
Pertemuan ini dilakukan dalam lawatan Presiden Joko Widodo ke tiga negara di Asia Timur. Sebelum ini, Presiden mengunjungi China dan Jepang.