China Tawarkan Visi Internet kepada Dunia, Ada Keraguan Soal Keamanan Data
Keraguan terhadap inisiatif China di jagat internet muncul, terutama setelah China menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi tahun 2021. Dalam aturan ini, semua perusahaan wajib menyetor seluruh data mereka.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
REUTERS/ALY SONG/FILE PHOTO
Logo Tencent Holdings terlihat dalam Konferensi Internet Global di Wuzhen, Zhejiang, China, pada akhir 2017. Tahun 2022, China kembali menggelar Konferensi Internet Dunia di Beijing, yang dibuka pada Kamis (14/7/2022).
BEIJING, JUMAT — China membuka ajang Konferensi Internet Dunia atau World Internet Conference (WIC) di Kota Wuzhen, Provinsi Zhejiang pada Kamis (14/7/2022). Mereka mengumandangkan semangat agar internet menjadi teknologi yang bisa diakses oleh semua orang dan dikembangkan bersama-sama. Namun, hal ini juga menuai pandangan skeptis mengingat China sendiri menetapkan aturan sensor yang ketat untuk dunia maya mereka.
WIC dibuka dengan pembacaan surat Presiden China sekaligus Sekretaris Jenderal Partai Komunis China Xi Jinping. ”Kita harus menciptakan internet beserta segala teknologi digital yang kita kembangkan bersama-sama. Internet yang bisa diakses oleh semua, untuk kesejahteraan seluruh umat manusia,” demikian pidato itu seperti dikutip oleh kantor berita nasional China, Xinhua.
Xinhua melaporkan, ada 20 negara yang menghadiri WIC, tetapi mereka tidak disebutkan secara terperinci. Selain itu, juga ada perwakilan dari berbagai perusahaan dan lembaga. Direktur Utama Tesla Elon Musk dan Direktur Utama Intel Pal Gelsinger turut hadir melalui sambungan video.
Dalam acara pembukaan, China mengumumkan pembentukan badan baru khusus untuk pengembangan internet. Direktur jenderalnya adalah Zhuang Rongwen. Ia sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pengelolaan Siber China. Menurut Xinhua, badan ini akan mengelola pengembangan teknologi daring, e-dagang, dan segala hal yang menyangkut peredaran informasi digital.
Skeptis
Walaupun menggaungkan semangat pertumbuhan internet untuk kesejahteraan global, sejumlah pihak menanggapi WIC dengan skeptis. WIC pertama diadakan di tahun 2014 dan turut mengundang Direktur Utama Alplabet Inc (induk perusahaan Google) Sundar Pichai.
Namun, Google dan sejumlah mesin pencari buatan Barat dilarang beroperasi di China. Media sosial Facebook dan Twitter juga diblokir. Aturan sensor yang ketat di negara ini membuat pemakaian internet tidak berlandaskan kebebasan berekspresi.
AP PHOTO/MARCIO JOSE SANCHEZ
Perusahaan digital dari Amerika Serikat, Yahoo!, memutuskan angkat kaki dari China pada 2021 setelah Pemerintah China mewajibkan semua perusahaan internasional menyetor mahadata mereka kepada pemerintah. Hal ini dianggap menyalahgunakan data pribadi warganet.
Apalagi, China menerbitkan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi tahun 2021. Dalam aturan ini, semua perusahaan justru diwajibkan menyetor seluruh data mereka ke Pemerintah China. Sejumlah perusahaan Barat menolak karena kebijakan itu sejatinya melanggar perlindungan data pribadi klien mereka. Apalagi, tidak ada kejelasan dari Pemerintah China tentang hal-hal yang hendak mereka lakukan dengan mahadata yang terhimpun.
Terdapat pula aturan yang menggempur berbagai raksasa teknologi, pengusaha, pesohor, hingga gim daring. Intinya, segala jenis kegiatan daring harus bermuara pada kesejahteraan bersama, tetapi tidak boleh mengalahkan pamor pemerintah. Raksasa-raksasa digital Alibaba, Tencent, Baidu, dan Xiaomi harus membayar denda karena dianggap tidak menerapkan kebijakan yang bisa memastikan penyebaran kesejahteraan dan juga dinilai memonopoli bisnis.
”Pemerintah China ingin mendorong internet ala mereka kepada dunia, tetapi dibungkus dengan program kolaborasi. Intinya adalah akses kepada data semua mitra,” kata peneliti Trivium China, Thomas Nunlist, kepada South China Morning Post.
Sementara itu, dosen serta peneliti medium digital Universitas Sydney, Joanne Gray dan Yi Wang, di majalah The Conversation menulis bahwa sah-sah saja sebuah pemerintahan ingin mengendalikan monopoli agar tercipta persaingan usaha yang sehat. Uni Eropa adalah kawasan yang berupaya menciptakan iklim kondusif bagi semua usaha, besar ataupun kecil, untuk berkesempatan setara dalam bersaing.
”Perbedaan dengan China, yakni UE meningkatkan kapasitas internet mereka sendiri. Mereka membuat aturan melindungi data pribadi warganet, melarang monopoli dengan memberi ruang bagi semua ukuran bisnis, dan memoderasi konten berbasis laporan masyarakat. Bukan pemerintahnya yang memasuki ranah pribadi warganet,” jelas Gray dan Yi.
NB: catatan redaksi, mohon maaf ada kekeliruan lokasi pada paragraf pertama. Sebelumnya ditulis, WIC digelar di Kota Beijing. Lokasi acara adalah di Kota Wuzhen, Provinsi Zhejiang. Kekeliruan telah kami ralat. Terima kasih.