Biden Datang, Arab Saudi Beri Lampu Hijau pada Penerbangan dari Israel
Jelang kedatangan Presiden AS Joe Biden, Arab Saudi memberikan gestur rintisan hubungan dengan Israel lewat keputusan dalam penerbangan. Namun, selama Raja Salman memerintah, relasi resmi Saudi-Israel tak akan terjadi.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
AP/AMR NABIL
Poster raksasa yang memperlihatkan foto Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud (kanan) dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman di salah satu sudut kota Jeddah, Arab Saudi, Kamis (14/7/2022), menjelang kedatangan Presiden AS Joe Biden di negara itu.
RIYADH, JUMAT — Arab Saudi, Jumat (15/7/2022), mengumumkan pencabutan larangan terhadap seluruh maskapai penerbangan yang menggunakan wilayah udaranya. Kebijakan ini dipandang sebagai gestur keterbukaan Arab Saudi, termasuk terhadap Israel, menjelang kedatangan Presiden AS Joe Biden di negara itu.
Washington menyambut gembira keputusan Riyadh tersebut dan menyebutnya sebagai keputusan ”bersejarah”. Keputusan itu dinilai sebagai sinyal keinginan rekonsiliasi oleh Riyadh terkait negara Yahudi Israel. Arab Saudi selama ini menolak pengakuan atau normalisasi hubungan dengan Israel meski Israel berupaya keras mengokohkan relasi dengan negara-negara Arab.
Melalui pernyataan yang diunggah melalui Twitter, Otoritas Umum Penerbangan Sipil Arab Saudi (GACA) ”mengumumkan keputusan untuk membuka wilayah udara Kerajaan bagi seluruh maskapai penerbangan yang memenuhi ketentuan otoritas untuk terbang (di aras wilayah Arab Saudi)”. Keputusan ini diambil ”untuk menyempurnakan upaya Kerajaan dalam mengonsolidasikan posisi Kerajaan sebagai hub global penghubung tiga benua”.
Melalui pernyataan tertulis, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyebut ”keputusan tersebut merupakan buah dari diplomasi terus-menerus dan berprinsip oleh Presiden (Biden) dengan Arab Saudi selama beberapa bulan, berpuncak pada kunjungan hari ini”.
”Keputusan ini membuka jalan bagi terwujudnya kawasan Timur Tengah yang lebih terintegrasi, stabil, dan aman, yang vital bagi keamanan dan kemakmuran Amerika Serikat dan rakyat Amerika serta keamanan dan kemakmuran Israel,” lanjut Sullivan dalam pernyataannya.
AFP/FAYEZ NURELDINE
Foto dokumentasi tanggal 4 Januari 2020 ini memperlihatkan poster foto Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (kiri) dan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dalam sebuah upacara podium di Jeddah, Arab Saudi, menjelang Reli Dakar 2020.
Biden dijadwalkan akan tiba di Arab Saudi hari Jumat ini sebagai lawatan ke Timur Tengah. Ia mengawali tur lawatan itu ke Israel kemudian berlanjut hari ini ke Palestina. Jumat sore ini, ia akan tiba di kota Jeddah, terbang langsung dari Israel. Biden menjadi presiden pertama AS yang terbang langsung dari Israel ke sebuah negara Arab yang tidak mengakui Israel.
Presiden pendahulunya, Donald Trump, pada 2017 terbang dalam rute sebaliknya: dari Arab Saudi ke Israel. Tidak lama setelah Kesepakatan Abraham (Abraham Accords), yang menjadi platform normalisasi hubungan antara Uni Ermirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel, diumumkan pada 2020, Arab Saudi mengizinkan pesawat Israel terbang melintasi wilayah udaranya dalam penerbangan menuju UEA. Saat itu Riyadh juga mengumumkan, seluruh penerbangan UEA ke seluruh negara juga bisa melawati Arab Saudi.
Dengan pengumuman Otoritas Penerbangan Sipil Arab Saudi pada Jumat ini, praktis Arab Saudi mencabut larangan-larangan penerbangan ke dan dari Israel menuju negara tersebut. Israel selama ini berupaya mendapatkan akses ke Arab Saudi untuk memperpendek jalur penerbangan ke berbagai destinasi di Asia.
Israel juga ingin warga Muslim dari negaranya dapat terbang langsung ke Arab Saudi untuk kunjungan umrah atau berhaji ke Mekkah. Selama ini penerbangan dari Israel ke Arab Saudi harus transit di negara ketiga.
Diplomasi Biden
Pada hari Rabu lalu, menjelang keberangkatan Biden ke Israel, Washington memberikan isyarat bahwa akan lebih banyak lagi negara-negara Arab yang berupaya menjalin hubungan dengan Israel. Muncul spekulasi dan teka-teki, apakah Riyadh juga termasuk negara yang akan mengubah posisinya selama ini terkait Israel.
Meski disebut-sebut menjalin hubungan secara rahasia dengan Israel, hingga kini Arab Saudi masih berpegang pada posisi lama untuk tidak membuka hubungan bilateral resmi dengan Israel sebelum ada penyelesaian atas isu konflik Palestina-Israel.
AP/AMR NABIL
Seorang pria berdiri di dekat tiang-tiang bendera yang mengibarkan bendera Arab Saudi dan Amerika Serikat di Jeddah, Arab Saudi, Kamis (14/7/2022), menjelang kedatangan Presiden AS Joe Biden di negara itu.
Riyadh tidak memperlihatkan penolakan saat negara-negara mitranya di kawasan, seperti Uni Emirat Arab meretas jalan hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2020, disusul oleh Bahrain dan Maroko melalui Abraham Accords yang dimediasi AS. Meski demikian, para pengamat menilai, Riyadh kemungkinan besar masih belum mau menjalin hubungan formal dengan Israel selama Raja Salman (86) masih memerintah.
Mantan Duta Besar Israel untuk AS Dan Shapiro mengatakan, ada perubahan besar dalam cara berpikir di Arab Saudi menyangkut hubungan dengan Israel. Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dan hingga tahap tertentu juga Raja Salman, kata Shapiro, telah memperlihatkan indikasi bahwa mereka melihat normalisasi hubungan dengan Israel sebagai hal yang positif.
”Keduanya mendukung Abraham Accords. Normalisasi mereka mungkin akan butuh waktu dan mungkin berlangsung dalam beberapa tahap, tetapi hampir tak mungkin terelakkan,” ujar Shapiro, yang kini bergabung dengan lembaga Atlantic Council.
Biden dijadwalkan akan bertemu MBS pada Jumat ini. (AFP/REUTERS)