Peringatan Serangan Udara Rusia Meraung Saat Para Pemimpin Eropa Tiba
Pemimpin dari empat negara Uni Eropa, yakni Perancis, Jerman, Italia, dan Romania, naik kereta bertandang ke Kyiv, Ukraina. Mereka mendukung Ukraina segera memperoleh status kandidat resmi untuk bergabung Uni Eropa.
KYIV, KOMPAS — Kedatangan pemimpin empat negara Eropa di Kyiv, Ukraina, pada Kamis (16/6/2022) diwarnai sirene peringatan serangan udara. Sirene itu salah satu penanda kewaspadaan Ukraina tinggi meski warga berusaha kembali hidup normal.
Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz tiba pada Kamis pagi. Mereka datang dengan kereta yang sama. Presiden Romania Klaus Iohannis bergabung bersama mereka di Kyiv.
Selain bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mereka juga mengunjungi Irpin. Kota kecil di barat laut Kyiv itu menjadi salah satu lokasi pertempuran sengit dan paling dekat dengan ibu kota Ukraina sejak perang Rusia-Ukraina meletus.
Baca juga : Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Saat lawatan itu, dua kali sirene peringatan serangan udara meraung di berbagai penjuru Kyiv. Peringatan pertama disiarkan pada pukul 10.41 waktu setempat. Peringatan kedua disiarkan pada pukul 15.58. Peringatan disebarkan kala empat pemimpin Eropa itu masih berada di Kyiv.
Bahkan, pada Kamis pagi, masih ada PM Albania Edi Rama dan PM Montenegro Dritan Abazovic di Kyiv. Mereka meninggalkan Kyiv tidak lama setelah kereta Draghi-Macron-Scholz tiba. Seperti Draghi-Macron-Scholz, Rama dan Abazovic juga naik kereta. Sebab, kini sarana transportasi dari dan ke Ukraina hanya tersedia kereta dan mobil.
Tidak ada kapal laut, helikopter, atau pesawat keluar masuk Ukraina. Bandara Boryspil dan Pangkalan Udara Hostomel dekat Kyiv sudah lama ditutup untuk umum.
Kereta ke Ukraina tersedia di Uzhorod bagi yang masuk dari Slowakia dan Mostyska bagi yang datang dari Polandia. Karena Polandia menjadi tujuan utama pengungsian, kereta paling ramai berangkat dari stasiun Przemysl di Polandia. Kini, setiap hari ada dua kereta yang melayani rute Przemysl-Kyiv
Pengaturan konvoi
Seperti halnya di Jakarta, aparat menghentikan lalu lintas di sebagian jalan sementara waktu kala iring-iringan kendaraan pengangkut para pemimpin itu lewat. Penghentian berlangsung lama karena Draghi, Iohannis, Macron, dan Scholz naik mobil dan rombongan terpisah. Untuk setiap pemimpin, ada empat rombongan berbeda. Jumlah dan jenis mobil setiap rombongan sama. Walakin, hanya di salah satu rombongan ada mobil yang dinaiki pemimpin itu.
Mobil yang dinaiki Draghi baru melintas di Alun-alun Kemerdekaan atau dikenal sebagai Maidan Plaza pada rombongan ketiga. Sebelum itu, dua kali konvoi mobil bolak-balik. Selepas konvoi Draghi lewat, masih ada konvoi kosong.
Baca juga : AS dan Sekutu Barat Sepakati Pasokan Senjata Baru untuk Ukraina
Konvoi Iohannis, Macron, dan Scholz juga menggunakan taktik yang sama. Setelah beberapa kali konvoi tanpa mengangkut pemimpin, ada konvoi yang salah satu kendaraannya mengangkut para pemimpin Eropa.
Selain konvoi kosong, Pemerintah Ukraina juga mengerahkan pasukan bersenapan di sekitar rute yang dilewati konvoi itu. Bahkan, sinyal telepon seluler terganggu saat mobil yang dilewati para pemimpin Eropa itu lewat.
Selain gangguan sinyal ponsel, ada sirene peringatan serangan udara. Sirene itu bagian dari keseharian kehidupan Kyiv selama beberapa waktu terakhir. Serangan Rusia menjadi alasan utama aneka pembatasan itu.
Baca juga : Banyak Pembatasan akibat Perang Ukraina, Penting Tetap Jaga Kewarasan (Bagian 5)
Setelah 112 hari perang berlangsung, kehidupan di Kyiv dan sekitarnya berangsur normal. Kedai makan dan minum, pasar, hingga layanan kereta bawah tanah kembali beroperasi. Perusahaan kereta bawah tanah hanya menghentikan layanan di sekitar Alun-alun Kemerdekaan atau Maidan Plaza saja. Lokasi stasiun menjadi alasan penutupan. Di sekitar alun-alun ada kantor presiden, parlemen, perdana menteri, dan sejumlah kementerian.
Akses ke kantor atau fasilitas pemerintah dan militer memang dibatasi. Karena itu, penduduk Kyiv tidak lagi bebas berjalan ke berbagai penjuru kota dan memasuki sebagian bangunan di sana. Hampir seluruh bangunan pemerintahan dan angkatan bersenjata Ukraina terlarang untuk penduduk sipil.
Angkatan bersenjata Ukraina melarang siapa pun dan untuk kepentingan apa pun merekam video atau foto bisa menunjukkan lokasi fasilitas atau anggota pertahanan Ukraina. Sebab, Kyiv khawatir foto atau video itu dipakai Rusia untuk mengidentifikasi sasaran serangan.
Selain itu, di berbagai penjuru Kyiv masih terdapat pos pemeriksaan. Setiap orang yang terlihat asing akan diminta menunjukkan dokumen. Pemeriksa biasanya mendekati target pemeriksaan dengan kondisi siap menembakkan senapan. Meski laras senapan diarahkan ke tanah, jari pemegangnya berada dekat dengan pelatuk dan pemegang senapan berdiri paling tidak 1,5 meter dari pembawa kamera. Dalam jarak itu, senapan bisa segera ditarik dari menghadap ke bawah menjadi ke arah potensi ancaman.
Baca juga : Rudal Rusia Kejutkan Angelina (Bagian 6)
Tentara, polisi, dan anggota pasukan wajib militer yang mendapat giliran jaga senantiasa terlibat memegang senapan dalam posisi seperti itu. Hanya pistol lebih kerap disarungkan.
Di beberapa bangunan, seluruh pintu yang menghadap ke jalan dipasang paling tidak tiga balok beton. Setiap balok sepanjang 2 meter dan lebar serta tebalnya 50 cm. Perintang sebagian pintu masih ditambah dengan tumpukan karung pasir.
Keanggotaan di UE
Pemimpin empat negara Eropa itu bertandang sehari sebelum Uni Eropa dijadwalkan menyampaikan sikap soal keanggotaan Ukraina di organisasi itu. Pada Jumat (17/6/2022), Brussels disebut akan menyampaikan sikap soal permohonan pendaftaran Kyiv menjadi anggota UE.
Pada 26-28 Juni 2028, kelompok tujuh negara industri maju atau G7 akan bertemu di Jerman. Sementara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan bertemu di Madrid. Zelenskyy mengumumkan akan menghadiri kedua pertemuan itu.
Kyiv sudah berulang kali menyatakan mau menjadi anggota kedua organisasi itu. Namun, sebagian anggota UE masih enggan menerima keanggotaan Ukraina. Adapun soal keanggotaan dalam NATO, Ukraina sudah melamar sejak awal abad ke-21 dan sampai sekarang belum kunjung diterima.
Lawatan para pemimpin negara itu juga terjadi sehari setelah menteri pertahanan dan pejabat kementerian pertahanan dari 50 negara berkumpul di Brussels. Pertemuan itu kembali membahas bantuan persenjataan untuk Ukraina.
Meski sejumlah negara menjanjikan bantuan persenjataan bernilai puluhan miliar dollar AS, faktanya baru sebagian diterima Ukraina. Pada Kamis pagi, Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Mark Milley mengakui, roket gerak cepat (HIMARS) dari Washington untuk Kyiv baru akan tiba di Ukraina pada akhir Juni 2022. Padahal, AS menjanjikan HIMARS sejak Mei 2022.
Baca juga : Baru Terima 10 Persen Senjata NATO, Ukraina Sulit Imbangi Rusia
Sementara Kedutaan Besar AS di Kyiv mengumumkan, total persenjataan AS yang diterima Ukraina bernilai 4,9 miliar dollar AS. Pengumuman itu menunjukkan, masih banyak janji persenjataan Washington untuk Kyiv belum diwujudkan. Sejak perang meletus, Washington berulang kali menjanjikan bantuan persenjataan bernilai lebih dari 10 miliar dollar AS.
Paket bantuan yang sudah diberikan AS ke Ukraina, antara lain, 220.000 peluru artileri dan 50 juta butir peluru senapan serta pistol, 250.000 set rompi dan helm antipeluru, 26.500 rudal javelin dan rudal antitank lainnya, 1.400 rudal stinger, 108 meriam. AS memberikan meriam dan peluru kaliber 155 milimeter kepada Ukraina.