Nama Trump Kian Tersudut sebagai Dalang Kerusuhan di Capitol
Donald Trump semakin tersudut sebagai dalang kerusuhan di Gedung Capitol, AS, 6 Januari 2021. Tim panel penyelidikan DPR AS memperlihatkan testimoni yang menguatkan klaim bahwa Trump saat itu tengah mengupayakan kudeta.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Tim panel penyelidikan kasus penyerangan Gedung Capitol, AS, 6 Januari 2021, dalam sidang dengar pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS di Washington DC, Kamis (9/6/2022), menyatakan insiden tersebut bukan peristiwa spontan, melainkan sebuah upaya kudeta dan upaya presiden yang kalah untuk berupaya membalik hasil pemilu tahun 2020. Tim menimpakan kesalahan sepenuhnya pada Donald Trump, presiden petahana saat itu yang kalah dalam pemilu.
Sidang menampilkan video berdurasi 12 menit yang berisi testimoni dari orang-orang pendukung Trump, Proud Boys, dan Oath Keepers (kelompok perusuh), serta video kekerasan pada aksi penolakan hasil Pemilu 2020. Kerusuhan di Gedung Capitol terjadi pada 6 Januari 2021. Pendukung Trump mendatangi Gedung Capitol, kantor parlemen AS, di Washington DC, untuk menggagalkan pengesahan hasil penghitungan suara pemilihan presiden AS. Ratusan orang menerobos perintang dan aparat penjaga Capitol (Kompas, Jumat 8 Januari 2021).
Momen tersebut diingat sebagai ”hari gelap” dalam demokrasi di AS, Kerusuhan itu menyebabkan empat orang tewas dan 52 orang ditangkap. Aparat keamanan baru mampu menguasai kembali Capitol setelah empat jam gedung itu ”diduduki” pendukung Trump. Tak hanya itu, fasilitas negara hingga karya seni sejarah AS juga dirusak.
”Demokrasi tetap dalam bahaya,” kata Bennie Thompson, anggota DPR asal Demokrat, ketua tim panel penyelidikan kasus tersebut. Sidang panel, seri pertama dari enam sidang yang telah direncanakan, digelar pada jam tayang televisi utama guna mendapat perhatian khalayak luas publik AS.
”Peristiwa tanggal 6 Januari itu adalah kulminasi dari upaya kudeta, upaya yang tidak tahu malu, seperti diucapkan oleh salah seorang pengunjuk rasa, tak lama setelah 6 Januari, untuk menggulingkan pemerintahan,” ujar Thompson said. ”Kekerasan ini bukan terjadi secara tidak disengaja.”
Dalam video yang diputar dalam sidang, terdapat keterangan mantan Jaksa Agung AS Bill Barr yang bersaksi, dirinya sudah memberi tahu Trump bahwa tak ada kecurangan dalam pemilu. Bahkan, anak perempuan Trump, Ivanka Trump, juga mengungkapkan bahwa dirinya menerima apa yang dikatakan Barr soal pemilu tidak dicurangi. Selain itu, terdapat belasan testimoni dari para perusuh yang sudah ditangkap. Mereka mengaku Trump meminta mereka untuk datang.
Dalam kesaksian yang disampaikan melalui rekaman video, Barr mengungkapkan, ”Saya sudah menjelaskan, saya tidak setuju dengan gagasan yang menyebutkan bahwa pemilu dicurangi dan gagasan tentang perlunya mengangkat isu tersebut, yang saya sebut sebagai omong kosong. Dan, seperti yang Anda tahu, saya tidak ingin menjadi dari bagian dari upaya tersebut,” kata Barr.
Pandangan Barr meyakinkan Ivanka Trump, putri Trump. ”Saya hormat terhadap Jaksa Agung Barr. Jadi, saya menerima apa yang dikatakannya,” ujar Ivanka Trump.
Trump, yang masih berminat untuk menjadi kandidat presiden pada Pemilu 2024, mengeluarkan pernyataan tertulis sebelum sidang dengar pendapat berlangsung. Ia menyebut komite panel penyelidikan kasus serangan ke Gedung Capitol sebagai ”penjahat politik”.
Kolega satu partai Donald Trump, Liz Cheney, wakil ketua tim panel, menyebut Trump telah mengundang massa yang beringas dalam peristiwa tersebut. Ia adalah salah satu dari dua anggota Partai Republik di tim panel yang beranggotakan sembilan orang.
”Ketika seorang Presiden gagal mengambil langkah yang diperlukan untuk menyatukan, kita berada dalam momen bahaya maksimum bagi republik kita,” ungkap Cheney.
Ketua kelompok minoritas DPR, Kevin McCarthy, menentang komite tersebut. Menurut dia, komite investigasi itu merupakan ”sebuah penipuan” politik Parta Demokrat. Donald Trump Jr dalam cuitannya di Twitter mengatakan, sidang komite itu merupakan pengalihan isu dari banyak isu penting di negaranya.
”Ini adalah cara Demokrat untuk mengalihkan perhatian Anda, Demokrat membenci Amerika dan mereka juga membenci Anda,” kata Donald Trump Jr pada cuitannya, Jumat dini hari.
Penyelidikan komite investigasi tersebut melakukan 1.000 wawancara dan telah melangsungkan rapat serupa selama berminggu-minggu. Laporan itu akan menjadi catatan sejarah atas peristiwa paling kelam di Gedung Capitol sejak tahun 1814. Laporan tersebut dibuat untuk memastikan agar peristiwa serupa tidak terjadi di kemudian hari. Harapannya, demokrasi di AS bisa jauh lebih baik. (AFP/AP/REUTERS/SAM)