Dubes Rusia: Kami Ingin Negosiasi, tetapi Tidak Direspons
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengklaim, sudah satu bulan lebih Pemerintah Rusia bekerja untuk negosiasi dengan Ukraina. Selama itu pula, pihaknya tak melihat ada intensi Ukraina untuk berdialog.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva di kediamannya, di Jakarta, Rabu (8/6/2022), menyampaikan keterangan dalam konferensi pers tentang operasi militer khusus Rusia di Ukraina.
JAKARTA, KOMPAS —Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyatakan, Pemerintah Rusia mempertimbangkan proposal negosiasi yang pernah diajukan Ukraina. Namun, upaya itu tidak direspons Kyiv. Ukraina, kata dia, menolak untuk bernegosiasi dengan Rusia.
Hal itu disampaikan Vorobieva dalam konferensi pers di kediamannya di Jakarta, Rabu (8/6/2022). Hadir pula dalam kesempatan itu Atase Pertahanan Kedutaan Besar Rusia Sergey Zhevnovatyi.
”Sudah satu bulan lebih kami bekerja untuk negosiasi dan selama itu pula kami tidak melihat ada intensi dari Ukraina untuk berdialog,” ungkap Vorobieva.
Ia menambahkan, pihaknya percaya bahwa kegagalan negosiasi selama ini karena Ukraina hanya mengikuti saran dan kemauan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu mereka. ”Mereka (AS dan Uni Eropa) mendorong dan terus meyakinkan Ukraina bisa menang di jalur militer,” kata Vorobieva.
Ia juga mengungkapkan, operasi militer yang dilakukan Rusia di Ukraina tidak memperburuk krisis pangan dunia. Menurut Vorobieva, krisis pangan sudah diingatkan PBB dua tahun sebelum operasi militer saat pandemi Covid-19 melanda dunia.
”Sanksi yang diberikan kepada kami justru yang memperburuk keadaan pangan dunia karena produk kami sulit keluar atau dibeli. Kami siap menyuplai bahan bakar dan bahan pangan ke semua mitra kerja kami, itu kami lakukan sebelum bahkan saat operasi militer ini sedang berlangsung,” kata Vorobieva.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva (kanan) bersama Atase Pertahanan Kedutaan Besar Rusia Sergey Zhevnovatyy memberikan keterangan kepada media di kediaman Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu (8/6/2022).
Sementara itu, Atase Pertahanan Kedutaan Besar Rusia Sergey Zhevnovatyi mengklaim, operasi militer khusus di Ukraina sudah mendekati tujuan mereka untuk membebaskan warga pro-Rusia di Ukraina. Ia mengatakan, pihaknya telah membebaskan 97 persen warga pro-Rusia di Luhansk dan 60 persen lebih warga pro-Rusia di Donetsk.
Operasi militer khusus, demikian Kremlin menyebut serangan ke Ukraina, dimulai pada 24 Februari 2022. Saat ini operasi itu difokuskan di wilayah timur Ukraina.
Dalam paparannya, Zhevnovatyi mengungkapkan, sejak awal, tujuan operasi militer Rusia adalah membebaskan warga pro-Rusia di Ukraina yang selama delapan tahun dibunuh dan diintimidasi oleh Ukraina. Untuk itu, operasi militer saat ini dijalankan di sebagian besar wilayah timur Ukraina yang dihuni orang Donetsk, Luhansk, dan semua warga pro-Rusia.
”Setelah kami mampu memisahkan mereka (warga pro-Rusia dari kelompok nasionalis Ukraina), akan jauh lebih mudah bagi kami untuk menguasai mereka, kami berusaha yang terbaik untuk itu dan pada akhirnya kami yakin kami akan menang,” ujar Zhevnovatyi.
KOMPAS
Pemerintah Rusia menyebut perang dengan Ukraina akan terus berlanjut. Hal ini disebabkan oleh upaya negosiasi dan dialog yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina tidak pernah direspon. Campur tangan Amerika Serikat dan Uni Eropa disebut-sebut menjadi penghalang perdamaian kedua negara. Sebaliknya, sejak awal Presiden Volodymyr Zelenskyy mengutarakan niat berunding. Niat itu juga masih diinginkan sekarang demi keselamatan rakyat dan keamanan wilayah negara.
Zhevnovatyi menjelaskan, saat ini Rusia telah menghancurkan bangunan industri pabrik di pinggiran Lozovaya (wilayah Kharkiv), yang disebut sebagai tempat tentara Ukraina memperbaiki kendaraan lapis baja. Pasukan Rusia juga menghancurkan empat titik kontrol dan 15 lokasi peralatan militer angkatan darat Ukraina. Semua itu menggunakan rudal dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
Dari udara, jelas Zhevnovatyi, di pinggiran Lozovaya (wilayah Kharkiv) Rusia menghantam 73 lokasi peralatan militer, menghancurkan dua pos komando, tiga depot persenjataan rudal dan artileri, depot bahan bakar, serta delapan tank dan kendaraan lapis baja. Selain itu, juga stasiun radar buatan AS jenis AN/TPQ-50 di dekat Seversk. Zhevnovatyi menyebut, dalam serangan tersebut lebih dari 150 prajurit nasionalis tewas dan 13 pesawat nirawak yang ditembak jatuh.
Pasukan rudal dan artileri Rusia juga menghantam 431 lokasi tenaga dan peralatan militer, tujuh pos komando, 34 unit artileri dan mortir Ukraina. Lebih dari 300 orang anggota kelompok nasionalis Ukraina tewas, 10 tank, dua kendaraan lapis baja, 17 kendaraan khusus, 17 artileri dan mortir, tiga rudal, dan depot persenjataan artileri di dekat Gorlovka dihancurkan.
Zhevnovatyi mengatakan, selama operasi dimulai sejak 24 Februari 2022 pihaknya menghancurkan 190 pesawat, 129 helikopter, 1.127 pesawat tanpa awak, 330 sistem rudal anti-pesawat, 3.424 tank dan kendaraan tempur lapis baja, serta 473 beberapa kendaraan di Ukraina.
”(Rabu) malam ini kami akan melancarkan serangan khusus ke Donetsk, serangan itu ditujukan ke bangunan pemerintah juga klinik yang dijaga oleh pasukan nasionalis dan resimen Azov yang pernah kami tangkap di Mariupol,” kata Zhevnovatyi.
AFP/ANDREY BORODULIN
Pemandangan Distrik Pusat kota pelabuhan Mariupol, 18 Mei 2022, di tengah serangan militer Rusia di Ukraina.
Zhevnovatyi menjelaskan, secara perlahan pihaknya melaksanakan operasi militer ini karena tidak mau membunuh atau bahkan melukai masyarakat yang tinggal di sana atau di mana pun di Rusia. ”Karena operasi militer ini bertujuan untuk membebaskan saudara kami,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Vorobieva. Menurut dia, berdasarkan sejarah perang yang diikuti, Rusia tidak pernah mempunyai intensi menyakiti masyarakat umum. Ia mengambil contoh saat Jerman, melalui Nazi, membunuh setidaknya 27 juta orang Rusia yang kemudian dibalas dengan sangat hati-hati agar tidak menyakiti masyarakat umum.
”Banyak sekali berita bohong, saya menyebutnya fantasi bahkan dongeng, yang diciptakan untuk menjatuhkan Rusia di mata semua orang,” ujar Vorobieva.
Vorobieva menjelaskan, dasar operasi militer ini diawali dari laporan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Lavrov terkait kejahatan yang dilakukan rezim Kyiv. Pada tanggal 4 Juni, kelompok nasionalis Ukraina dari Brigade Airbone Ke-79 menembaki sebuah gereja kayu Ortodoks Kayu di Svyatogorsk.
Gereja itu dibangun pada 2009 dalam tradisi arsitektur kayu Rusia abad ke-16 dan ke-17 di lokasi Gereja All Saints yang pernah diledakkan pada tahun 1947. Penduduk setempat melihat Nazi membakar sebuah gereja menggunakan senapan mesin kaliber besar yang dipasang di mobil lapis baja ”Kozak” Ukraina. Mereka menembaki bangunan kayu dengan amunisi pembakar, memicu kebakaran.
”Ini bentuk balas dendam Ukraina yang menahan orang Donetsk yang tidak mau bergabung dengan mereka,” ujar Vorobieva.