Ramadhan sudah berlalu. Ada kenangan tak terlupakan bagi umat Islam yang berkunjung ke Masjidil Haram pada 10 hari terakhir Ramadhan. Beribadah di masjid tersuci pada momen tersebut adalah pengalaman magis dan indah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
(PHOTO BY SPA / AFP)
Foto udara memperlihatkan padatnya kompleks Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi, Jumat (29/4/2022). Ratusan ribu jemaah memadati kompleks ini, termasuk yang tengah menunaikan umrah.
Di kalangan Muslim, 10 hari terakhir bulan Ramadhan diyakini memiliki nilai kemuliaan yang agung, lebih besar dibandingkan hari-hari sebelumnya pada bulan suci ini. Pada 10 hari terakhir itu diyakini ada malam lailatul qadar, malam yang dinyatakan lebih mulia daripada 1.000 bulan. Pada momen tersebut, banyak umat Islam menghabiskan waktu malam hari dengan berdiam diri dan beribadah di masjid-masjid.
Salah satu masjid yang paling didambakan oleh umat Islam untuk menghabiskan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan adalah Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi. Bukan saja terkait peluang keutamaan malam lailatul qadar, melainkan juga terkait keyakinan bahwa beribadah di masjid tersuci pertama itu lebih utama 100.000 kali dibandingkan di masjid-masjid lain.
Karena itu, tidak mengherankan, banyak Muslim berupaya untuk berkunjung ke Masjidil Haram—termasuk menunaikan umrah—pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kantor berita Arab Saudi, SPA, melaporkan bahwa sejumlah pemimpin negara menunaikan umrah pada hari-hari akhir bulan Ramadhan.
Di antara mereka adalah Presiden Republik Komoro Osman Ghazali, Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif. Erdogan menunaikan umrah pada Jumat (29/4/2022), sementara PM Shehbaz Sharif pada Sabtu (30/4/2022). Bagi para pemimpin itu, tentu selain beribadah di Masjidil Haram, mengadakan pertemuan bilateral dengan para pemimpin Kerajaan Arab Saudi.
Direktur Jenderal Departemen Perluasan Utara Masjidil Haram, Walid al-Masoudi, seperti dikutip SPA, mengungkapkan bahwa jemaah yang berkunjung ke Masjidil Haram pada bulan Ramadhan tahun ini hampir 19 juta. Jika dirata-rata, kata dia, setiap jam Masjidil Haram menampung lebih dari 500.000 anggota jemaah. Hal ini dimungkinkan karena masjid tersebut mengalami perluasan tahap ketiga.
AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah) menunaikan umrah di kota suci Mekkah, Arab Saudi, Jumat (29/4/2022).
Bagi jemaah biasa, ada suasana batin yang tak terlukiskan saat bisa mengisi 10 hari terakhir bulan Ramadhan dengan beribadah di Masjidil Haram. Hal ini diungkapkan oleh Hussain Anwar (27), warga Inggris. Ia mengaku terkesima dengan pemandangan yang ada di sekelilingnya.
Ia duduk bersimpuh di atap, bangunan tingkat tertinggi kompleks Masjidil Haram. Dari posisinya itu, Anwar menikmati situasi sekelilingnya, termasuk melihat langsung Kabah, kiblat Muslim dari seluruh penjuru bumi.
”Mendengarkan lantunan Al Quran sambil melakukan tawaf adalah perasaan yang luar biasa. Pada saat memulai sai, shalat tahajud sedang berlangsung sehingga kami bisa mendengarkan kembali lantunan ayat suci Al Quran lagi,” kata Anwar kepada media Arab News.
Kerinduan lama
Dia mengatakan, hal itulah yang dirindukannya selama pandemi Covid-19 melanda seluruh penjuru Bumi. ”Bisa berada di sini, menunaikan shalat di Masjidil Haram dan mendengarkan Al Quran dibacakan dengan indah. Bagus sekali,” ujarnya.
Pada Kamis (28/4/2022), Anwar baru saja usai melaksanakan ibadah umrah. Ia memilih melaksanakan umrah, atau yang biasa disebut haji kecil, pada malam ke-27 bulan suci Ramadhan.
Pencabutan sebagian besar pembatasan gerak akibat virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, di Arab Saudi telah membuat umat Islam dari seluruh dunia berbondong-bondong datang ke Kota Mekkah untuk melaksanakan umrah selama Ramadhan. Umrah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, dalam pandangan sebagian umat Islam, diyakini membawa pahala yang sama dengan melaksanakan ibadah haji pada musim haji.
(PHOTO BY SPA / AFP)
Foto udara memperlihatkan padatnya kompleks Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi, Jumat (29/4/2022). Ratusan ribu anggota jemaah memadati kompleks ini, termasuk yang tengah menunaikan umrah.
Selain itu, umrah yang dilakukan pada malam ke-27 Ramadhan diyakini akan memberi pahala berlipat ganda karena diyakini pada malam itu adalah malam lailatur qadar. Tidak ada yang tahu pasti, apakah pada malam itu adalah malam lailatur qadar. Namun, menurut para ulama, malam lailatul qadar diperkirakan jatuh pada malam-malam ganjil di sepertiga akhir bulan Ramadhan.
Untuk menunaikan rukun umrah, yaitu mulai dari ihram, thawaf, sai, dan tahalul, Anwar membutuhkan total waktu 4 jam 30 menit. Baginya, ini cukup lama. Namun, dia menyadari bahwa situasi tidak memungkinkan baginya untuk bergerak lebih cepat karena lautan jemaah yang datang dan memadati kompleks Masjidil Haram di malam ganjil tersebut.
Mengenakan baju ihram, dua helai kain putih yang menyelimuti tubuhnya, Anwar melakukan thawaf, mengelilingi Kabah sebanyak tujuh putaran. Setelah itu, dia bergeser ke samping untuk melakukan sai, yaitu berjalan pergi pulang dari bukit Shafa ke Bukit Marwah. Di Bukit Marwah, dia berdoa dan kemudian, sesuai dengan rukunnya, dia melakukan tahalul, memotong sebagian rambutnya.
Kereta cepat ke Madinah
Sebelum ke Mekkah, Anwar terbang dari Inggris menuju Jeddah dan memilih kereta cepat Haramain yang membawanya langsung menuju ke Madinah. Selama beberapa hari berada di Madinah, dia menyelami kehidupan saat Ramadhan di kota tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan.
Selama beberapa hari berada di Madinah, dia selalu berbuka puasa di kompleks Masjid Nabawi. Baginya, pengalaman berbuka dengan saudaranya, sesama Muslim di Madinah merupakan pengalaman yang indah.
”Meskipun Madinah sibuk, selalu ada rasa ketenangan dan kedamaian di kota dan selalu ada suasana ketenangan meskipun banyak orang,” kata Anwar.
REUTERS/SAUDI PRESS AGENCY/HANDOUT
Umat Islam melakukan shalat Jumat di dalam Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi (5/6/2020) , sembari mempraktikkan penjarakan sosial, setelah berjangkitnya Covid-19.
Dia mengatakan, warga Madinah sangat baik dan murah hati. Ketika tiba saat berbuka puasa, mereka akan mengajak jemaah untuk berbuka dengan hidangan makanan terbaik bagi tamu-tamunya yang berpuasa. Berbuka puasa bersama di Masjid Nabawi, menurut dia, penanganannya lebih terorganisasi.
”Ini jauh lebih terorganisasi dan Anda harus bergabung dalam antrean. Ada juga antrean lain untuk mengunjungi Rawdah yang mulia,” kata Anwar.
Tidak hanya itu, dia juga merasa, perbaikan dari segi transportasi. Menggunakan Kereta Api Cepat Haramain, yang menghubungkan Jeddah-Madinah dan Madinah-Mekkah, membuat perjalanan menjadi terasa singkat. ”Kereta Api Kecepatan Tinggi Haramain benar-benar brilian. Itu membawa kami dari Madinah ke Mekkah dalam waktu 2 jam 30 menit,” katanya.
Sementara dari Jeddah ke Madinah hanya memakan waktu kurang dari dua jam. Berbeda ketika sebelumnya menggunakan jalan darat. Waktu tempuh antara Madinah-Mekkah adalah empat hingga lima jam, tergantung situasi lalu lintas.
KOMPAS
Untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19, umat muslim melaksanakan shalat tarawih di Masjidil Haram tanpa protokol kesehatan. Shalat tarawih pertama, menyambut bulan suci Ramadhan 1443 hijriah dilaksanakan pada Sabtu (2/4/2022). Ribuan jamaah yang datang untuk shalat tarawih berjamaah, tidak lagi menggunakan masker dan barisan saf kembali rapat.
Ketika tiba di Mekkah, setelah perjalanan dari Madinah, dia terpaksa berbuka di dalam taksi karena banyak ruas jalan yang ditutup. Namun, ia tidak kesulitan untuk mencari iftar, makanan untuk berbuka.
”Ada orang-orang berjalan-jalan menawarkan kurma dan air yang terjebak di dalam mobil. Akhirnya seseorang datang ke mobil dan memberi kami enam burger, jadi itu adalah pilihan buka puasa dan sahur kami,” katanya. (SAM)