Pertempuran Memperebutkan Wilayah Kaya Minyak di Yaman, 65 Orang Tewas
Pertempuran di Marib, wilayah kaya minyak di Yaman utara, kembali meletus beberapa hari sebelum diplomat senior Swedia, Hans Grundberg, secara resmi mengemban tugas sebagai Utusan Khusus PBB untuk Yaman.
Oleh
pascal s bin saju
·4 menit baca
PHOTO BY -/AFP
Gambar yang diambil pada 29 Agustus 2021 ini memperlihatkan kerusakan parah di Pangkalan Udara Al-Anad, sekitar 60 kilometer utara kota Aden, Yaman, akibat serangan pemberontak Houthi.
SANA’A, KAMIS — Pertempuran di Marib, yang menjadi benteng pertahanan terakhir pasukan Pemerintah Yaman, menewaskan sedikitnya 65 orang. Pejabat militer negara itu, Kamis (2/9/2021), melaporkan bahwa korban terdiri dari 22 milisi pro-pemerintah dan 43 milisi Houthi.
Sementara kelompok pegiat kemanusiaan di Yaman menyebutkan, kubu yang bertikai menggunakan kelaparan sebagai taktik atau strategi perang. Aktivis mendesak Dewan Keamanan PBB menyeret pihak yang bertikai ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk diadili karena melakukan kejahatan.
Kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran dilaporkan telah menyerang posisi-posisi pasukan pemerintah di Marib, daerah kaya minyak di Yaman utara. Marib merupakan benteng terakhir pertahanan pasukan pemerintah yang didukung oleh Arab Saudi dan negara sekutu Arab lainnya.
Sekalipun Houthi berhasil membuat kemajuan dalam serangan tersebut, mereka mendapat pukulan telak dari pasukan pemerintah. Houthi melancarkan pertempuran besar-besaran untuk merebut Marib sejak Juni lalu. Dalam pertempuran tiga hari saat itu, sebanyak 111 orang tewas dari kedua sisi.
AP PHOTO/NARIMAN EL-MOFTY
Petempur Yaman mengincar target dalam pertempuran melawan pemberontak Houthi di medan tempur Kassara dekat Marib, Yaman, 20 Juni 2021.
Dalam pertemuan terbaru kemarin, 43 milisi Houthi dan 22 milisi pro-pemerintah dilaporkan tewas. ”Sebanyak 22 anggota pasukan pro-pemerintah tewas dan 50 orang lainnya terluka, sedangkan dari sisi Houthi ada 43 orang tewas. Korban tewas terjadi dalam 24 jam terakhir,” kata seorang pejabat militer Yaman, Kamis ini.
Sebelum pertempuran di Marib itu, Houthi juga melancarkan serangan ke pangkalan udara terbesar Yaman di bagian selatan negara itu, Minggu lalu. Sedikitnya 30 pejuang pro-pemerintah tewas dalam serangan tersebut. Serangan itu merupakan serangan paling mematikan sejak serangan pada Desember 2020.
Pertempuran di Marib meletus beberapa hari sebelum diplomat senior Swedia, Hans Grundberg, secara resmi mengemban tugas sebagai Utusan Khusus PBB untuk Yaman.
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan Houthi terlibat perang sejak tahun 2014 setelah Houthi merebut Sana’a, ibu kota Yaman. Pemerintah Yaman didukung koalisi militer pimpinan Arab Saudi, sedangkan Houthi didukung oleh Republik Islam Iran.
MOHAMMED HUWAIS/AFP
Sejumlah pejuang yang setia kepada pemberontak Houthi di Yaman mengunjungi makam pemimpin politik Houthi yang terbunuh, Saleh al-Sammad, di Alun-alun Al-Sabeen di Sana\'a, ibu kota Yaman, 30 Agustus 2021. Kunjungan mereka terjadi sehari setelah serangan di pangkalan udara terbesar Yaman, Minggu, yang menewaskan 30 milisi pro-pemerintah.
Pada Februari lalu, Houthi meningkatkan serangan untuk merebut Marib. Pertempuran sejak itu menewaskan ratusan orang di kedua belah pihak. Penguasaan wilayah utara yang kaya minyak akan memperkuat posisi tawar Houthi dalam pembicaraan damai dengan pemerintah.
Sementara PBB dan Washington mendorong agar perang Yaman segera diakhiri. Kelompok Houthi menuntut pembukaan kembali Bandara Sana’a yang ditutup di bawah blokade Arab Saudi sejak 2016. Tuntutan itu menjadi prasyarat bagi mereka untuk memulai gencatan senjata atau negosiasi.
Selain serangan berdarah di Marib, Houthi juga meningkatkan serangan pesawat nirawak dan rudal ke wilayah Arab Saudi, termasuk fasilitas minyaknya. Bahkan, beberapa kali tembakan roket dan rudal Houthi mencapai Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi.
FAYEZ NURELDINE/AFP
Seorang petugas Bandara Arab Saudi terlihat di balik kaca yang retak di Bandara Abha, resor pegunungan Abha di Arab Saudi barat, 31 Agustus 2021. Serangan pesawat tak berawak di bandara Abha ini, yang diduga dilakukan kelompok Houthi di Yaman, melukai delapan orang.
Juni lalu, mantan Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa usahanya dalam tiga tahun terakhir untuk mengakhiri perang telah ”sia-sia”. Perang menewaskan puluhan ribu orang dan membuat 80 persen warga Yaman bergantung pada bantuan. PBB menyebut, Yaman adalah pusat krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Laporan pelanggaran HAM
Perang di negara itu juga telah membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan banyak orang terancam kelaparan. Dua kelompok HAM, Rabu kemarin, menuduh dua pihak bertikai di Yaman telah menggunakan kelaparan sebagai taktik perang. Mereka mendesak Dewan Keamanan PBB untuk membawa para pihak ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk diadili atas dugaan kejahatan.
Dalam laporan setebal 275 halaman, Organisasi HAM Mwatana yang berbasis di Yaman dan kelompok lain, Global Rights Compliance, mengatakan bahwa mereka mendokumentasikan serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi.
Laporan itu juga mendokumentasikan tindakan Houthi yang membatasi kegiatan kemanusiaan. Houthi juga dilaporkan telah melarang warga sipil di daerah-daerah di bawah kendali mereka untuk mengakses ”bantuan yang sangat diperlukan, termasuk makanan”.
Menurut dua kelompok tersebut, mereka juga mendokumentasikan penggunaan ranjau darat yang meluas dan tidak pandang bulu oleh pemberontak Houthi. Ranjau membunuh dan melukai para penggembala dan ternak mereka. Houthi mencegah para petani mengakses lahan pertanian.
Mwatana mengatakan, pihaknya mendokumentasikan sekitar 580 serangan udara oleh koalisi Saudi antara Maret 2015 dan Agustus 2021. Serangan ini menewaskan dan melukai ribuan warga sipil serta merusak dan menghancurkan properti sipil di 19 dari 22 provinsi di Yaman.
AP PHOTO/HANI MOHAMMED, FILE
Dalam foto 1 Oktober 2018 ini, seorang anak laki-laki penderita gizi buruk dibaringkan di ranjang rumah sakit di Aslam Health Center, Hajjah, Yaman. Pada Rabu, 1 September 2021, dua kelompok HAM Yaman mengatakan, pihak yang bertikai telah menggunakan kelaparan sebagai taktik perang.
Sekitar 90 serangan udara telah merusak peternakan, lahan pertanian, peralatan dan perlengkapan, toko makanan, dan kendaraan dalam enam tahun terakhir.
Menurut dua kelompok pegiat kemanusiaan itu, para pihak yang bertikai diduga telah melakukan kekejaman dalam konflik Yaman. Perang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 130.000 orang dan melahirkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Juru bicara koalisi pimpinan Arab Saudi dan Houthi tidak menjawab permintaan konfirmasi terkait perkembangan terbaru tersebut. (AP/REUTERS)