Pembatasan Ketat di Thailand, Termasuk Jam Malam di Bangkok
Pembatasan yang lebih ketat diterapkan di seluruh Thailand guna mencegah laju penyebaran Covid-19. Mal, klinik kecantikan, spa, dan tempat pijat di Bangkok serta lima provinsi sekitarnya harus tutup mulai Senin.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
BANGKOK, JUMAT — Otoritas berwenang Thailand, Jumat (9/7/2021), mengumumkan pemberlakuan jam malam selama tujuh jam di seluruh ibu kota Bangkok dan sembilan provinsi. Pembatasan yang lebih ketat diterapkan di seluruh negeri guna mencegah laju penyebaran Covid-19.
Jam malam mulai berlaku Senin (12/7/2021) mulai pukul 21.00 sampai pukul 04.00 selama dua minggu ke depan. Orang-orang diwajibkan bekerja dari rumah. Pengumuman tersebut akan memengaruhi lebih dari 10 juta warga Bangkok dan provinsi di sekitarnya.
Mal, klinik kecantikan, spa, dan tempat pijat di Bangkok serta lima provinsi sekitarnya harus tutup mulai Senin. Supermarket, restoran, bank, apotek, dan toko elektronik tetap dibuka.
Pembatasan perjalanan diterapkan secara ketat di 10 provinsi. Orang-orang tidak dapat meninggalkan rumah mereka pada jam-jam yang telah ditentukan kecuali keperluan darurat.
”Kami mohon maaf atas kesulitan yang dialami orang yang tinggal di daerah yang terkena pembatasan maksimum. Namun, ini akan membantu pengendalian penyakit secara efisien. Thailand akan menang,” kata Apisamai Srirangson dari Gugus Tugas Covid-19.
Negara kerajaan itu mencatat 9.276 kasus infeksi harian baru dan 72 kasus kematian. Lonjakan ini terjadi saat Thailand sedang memerangi gelombang infeksi ketiga yang parah sejak April lalu.
Seorang pejabat dari Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Thailand mengumumkan peningkatan pembatasan setelah pertemuan selama berjam-jam pada Jumat ini. Warga dilarang berkumpul dalam kelompok lebih dari lima orang. Jaringan transportasi umum ditutup mulai pukul 21.00.
Pada April tahun lalu, Pemerintah Thailand memberlakukan jam malam nasional. Setahun kemudian jumlah kasus meningkat. Kali ini di tengah pembatasan ketat tersebut, pengujian Covid-19 akan diperluas untuk mendeteksi dan mengisolasi kluster dengan lebih baik.
Pemerintah menghadapi kritik tajam akibat lambannya program vaksinasi nasional, kapasitas pengujian yang terbatas, dan manajemen ekonomi yang buruk. Kinerja ekonomi Thailand terburuk sejak krisis ekonomi Asia di tahun 1997.
Perdana Menteri Prayut Chan-o-Cha, Jumat ini, mengindikasikan bahwa dia tidak akan menerima gaji selama tiga bulan untuk membantu keuangan negara dalam menangani krisis.
Pada Jumat pagi, orang-orang meluapkan kemarahan di dua klinik pengujian gratis di Bangkok. Ratusan orang marah karena mereka harus mengantre berjam-jam di tengah hujan deras sejak Kamis pukul 22.00 untuk mendapatkan tes usap pada Jumat pagi.
”Kami tidak bisa tidur, ditambah hujan turun selama tiga atau empat jam. Kami harus duduk dengan payung terbuka seperti ini,” kata Tai (47), di luar kuil Buddha, Wat Phra Si Mahathat. ”Thailand selalu begini. Tidak ada orang yang bertanggung jawab,” kata pria lain di luar lokasi pengujian di Mahanak.
Pembatasan ketat diberlakukan saat Thailand berusaha untuk menghidupkan kembali industri pariwisata. Sektor ini menghasilkan hampir 20 persen dari pendapatan nasional. Namun, pariwisata sangat terpukul oleh pembatasan dan karantina yang ketat.
Otoritas Thailand telah mencoba sebuah skema percontohan dengan menawarkan liburan bebas karantina. Skema itu berlaku minggu lalu bagi pelancong yang telah divaksinasi untuk berlibur di Phuket. Namun, hingga sejauh ini kunjungan sangat dibatasi karena birokrasi.
Pemerintah Thailand telah mengumumkan rencananya bulan lalu untuk membuka kembali kunjungan wisata bagi pelancong yang telah divaksinasi penuh mulai Oktober 2021.(AFP/REUTERS)