Menjelang Olimpiade, Jepang Masih Pikir-pikir soal Izin Kehadiran Penonton
Beberapa pekan mendatang, Pemerintah Jepang akan memutuskan apakah akan mengizinkan atau tidak kehadiran penonton di arena olahraga selama Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Pemerintah Jepang dalam beberapa pekan mendatang akan memutuskan apakah mengizinkan atau tidak kehadiran penonton domestik di lokasi selama Olimpiade Tokyo dalam jumlah besar, hingga 10.000 orang. Keputusan akhir ini akan diambil menyusul rekomendasi para ahli kesehatan yang telah menandatangani rencana untuk mengizinkan adanya kerumunan warga pada kegiatan tersebut.
Pemerintah akan mengambil keputusan akhir dengan mempertimbangkan infeksi Covid-19 dan prevalensi harian. Beberapa aspek lain yang menyangkut keselamatan jiwa warga dan juga para atlet juga menjadi pertimbangan.
Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, Rabu (16/6/2021), mengatakan, para ahli kesehatan Jepang menyetujui rencana pemerintah untuk mengizinkan lokasi pertandingan atau venue dipadati hingga maksimal 10.000 penonton atau 50 persen dari total kapasitas. Namun, angka itu juga bergantung dari besar kecilnya venue serta ada atau tidaknya kebijakan pengendalian infeksi khusus yang tengah berlaku.
Untuk penonton asing, Pemerintah Jepang telah megeluarkan larangan hadir di lokasi pertandingan untuk memastikan penyelenggaraan Olimpiade aman dan terjamin. Namun, hajatan olahraga multicabang empat tahunan yang sudah diundur setahun dari jadwal semula tersebut dikhawatirkan lesu karena nihilnya penonton di arena.
Sementara situasi berbeda telah dinikmati oleh negara-negara penyelenggara pesta sepak bola Eropa, Piala Eropa. Sebanyak 11 kota di 11 negara telah mengizinkan kehadiran ribuan penonton di tribune. Pertandingan antara Hongaria dan Portugal, misalnya, dihadiri oleh 67.000 penonton. Negara-negara tuan rumah lainnya juga telah mengizinkan kehadiran penonton dengan jumlah yang variatif hingga maksimal 45.000 orang, termasuk semifinal dan final yang akan dimainkan di Stadion Wembley, London.
Sebagian kursi ditutup selama acara tes atletik untuk Olimpiade Tokyo 2020, di Stadion Nasional di Tokyo pada 9 Mei 2021.Penasihat medis Jepang, Shigeru Omi, menyatakan, dia dan sejumlah ahli kesehatan lainnya sedang dalam tahap akhir penyusunan proposal untuk Olimpiade. Namun, dia menolak untuk merinci usulannya itu.
Beberapa pekan terakhir, Omi secara blak-blakan menyatakan tentang risiko penyelenggaraan Olimpiade di tengah pandemi. Dia juga mengatakan bahwa pandangannya dan sejumlah ahli Jepang soal ini tidak pernah sampai ke telinga para petinggi Komite Olimpide Internasional (International Olympic Committee-IOC).
IOC telah mencoba mengatasi kekhawatiran berbagai pihak dengan mewajibkan para atlet menjalani vaksinasi komplet. IOC juga telah menyebarluaskan buku pedoman protokol kesehatan yang akan menjadi pegangan para atlet dan tim ofisial masing-masing negara. Cakupannya mulai dari soal kebersihan, pergerakan manusia, hingga pengujian peserta dan tim ofisial.
Penyelenggaraan Olimpiade ini tidak lepas dari sejumlah kekhawatiran tentang bagaimana penyelenggara dapat menjaga keselamatan atlet, ofisial, sukarelawan, dan publik ketika Jepang baru saja mengalami gelombang keempat infeksi Covid-19. Kota-kota utama di Jepang, seperti Tokyo, Osaka, dan delapan prefektur lainnya tetap dalam keadaan darurat sampai dengan 20 Juni.
Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura menyatakan menentang pencabutan deklarasi darurat. Dia juga akan meminta langkah-langkah kuasi-darurat untuk menghindari melonjaknya kembali laju infeksi di wilayahnya.
Michiyo Saito (54), warga Kota Ota, mengatakan, dia masih khawatir dengan penularan virus SARS-CoV-2. Namun, kesiapan penyelenggara tentang protokol kesehatan yang ketat serta para atlet yang sudah divaksin membuatnya agak sedikit lebih tenang. Kota Ota menjadi tuan rumah tim softball Australia.
”Saya berharap mereka akan mengadakan Olimpiade dengan penonton. Mereka datang dari tempat yang sangat jauh. Jadi, saya ingin mendukung mereka dengan cara sekecil apa pun yang saya bisa,” kata Saito.
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan selama penyelenggaraan Olimpiade, para atlet diwajibkan mematuhi berbagai aturan yang telah dibukukan oleh penyelenggara. Bagi mereka yang melanggar, terutama dalam hal penggunaan masker dan pengujian (tes swab), terancam dikeluarkan dari Olimpiade dan tidak akan bisa melanjutkan pertandingan.
Aturan versi terbaru dan final setebal 70 halaman, lengkap dengan komik, dimaksudkan untuk menjelaskan aturan penyelenggaraan yang rumit. Pejabat pemerintah dan penyelenggara berharap berbagai aturan dan sanksi itu akan membangun kepercayaan publik Jepang yang skeptis bahwa Olimpiade dapat diadakan dengan aman meskipun pandemi belum terkendali.
”Kami mengharapkan Anda untuk bermain sesuai aturan, tetapi jika Anda tidak melakukannya, akan ada sanksi yang akan Anda terima,” kata Pierre Ducrey, Direktur Operasi Olimpiade untuk Komite Olimpiade Internasional.
Penyelenggara tidak merinci sanksi mana yang akan diterapkan untuk pelanggaran mana dan tidak bisa merinci potensi denda yang mungkin akan dijatuhkan. Sebuah komite disiplin dibentuk untuk menimbang setiap pelanggaran dan kemungkinan hukuman.
Wakil Presiden IOC, John Coates, kepada surat kabar Australia, Australian Financial Review, mengatakan, sekitar 84 persen atlet yang datang ke Tokyo telah menjalani vaksinasi. Dia menjanjikan akan mengidentifikasi siapa saja yang belum divaksinasi dan memastikan mereka divaksin sebelum mendarat di Jepang.
Atlet dari beberapa negara Asia dan Afrika diterbangkan ke Qatar untuk mendapat vaksinasi. Sementara untuk atlet Amerika Selatan, IOC menyelenggarakan vaksinasi di Miami dan Houston. (AFP/REUTERS)