Gletser Meleleh Semakin Cepat, Permukaan Air Laut Naik Terus
Sekelompok ilmuwan dengan menggunakan citra satelit beresolusi tinggi, Terra NASA, antara tahun 2000 dan 2019 menemukan hilangnya massa es dari sekitar 220.000 gletser di seluruh dunia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Sebuah hasil penelitian memperlihatkan hampir semua gletser di dunia telah kehilangan massa. Dengan kecepatan yang terus bertambah, keadaan itu bisa memengaruhi proyeksi masa depan hilangnya gletser dari permukaan bumi.
Studi tentang percepatan hilangnya gletser dari permukaan bumi tersebut diterbitkan jurnal ilmu pengetahuan, Nature, Rabu (28/4/2021). Studi itu memberikan salah satu ikhtisar paling luas tentang hilangnya massa es dari sekitar 220.000 gletser di seluruh dunia. Menghilangnya massa gletser menjadi sumber utama penyebab kenaikan permukaan air laut.
Studi tentang percepatan hilangnya gletser dari permukaan bumi dilakukan sekelompok ilmuwan dengan menggunakan citra satelit beresolusi tinggi, Terra NASA, pada tahun 2000 hingga 2019. Dalam studinya, kelompok ilmuwan internasional menemukan bahwa gletser kehilangan rata-rata 267 gigaton es per tahun. Satu gigaton setara dengan 1 miliar ton.
Untuk melukiskan seberapa besar volume es yang hilang dengan besaran itu, para ilmuwan memberikan gambaran bahwa 1 gigaton es akan menutup Central Park di New York City, AS. Ketebalan es di Central Park mencapai 341 meter.
Para peneliti juga menemukan bahwa hilangnya massa gletser semakin cepat. Pada periode tahun 2000-2004, gletser kehilangan 227 gigaton es setiap tahun. Setelah tahun 2015, terjadi percepatan hilangnya gletser menjadi rata-rata 298 gigaton per tahun.
Cairnya gletser membuat permukaan air laut naik 0,74 milimeter per tahun. Secara total pada periode studi, kenaikan permukaan air laut telah mencapai 21 persen.
Studi juga menemukan bahwa gletser cenderung memiliki respons yang lebih cepat terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan lapisan es di Greenland dan Antartika, yang memberikan sumbangan signifikan terhadap kenaikan permukaan air laut.
Robert McNabb, anggota tim peneliti dari Universitas Ulster di Inggris, mengatakan, studi terbaru soal hilangnya massa es dapat mengisi celah penting tentang pemahaman lebih jauh mengenai dampak yang muncul akibat peristiwa itu dan bisa membantu para pengambil kebijakan memperoleh prediksi yang lebih akurat tentang kondisi bumi serta lingkungannya.
Untuk mengembalikan keberadaan massa gletser diperlukan beberapa dekade atau bahkan abad karena es harus mengumpul dari tahun ke tahun. Dunia juga harus menurunkan suhu global jika ingin kondisi itu terjadi.
Twila Moon, ahli glasiologi pada Pusat Data Salju dan Es Nasional, mengatakan, diperlukan tindakan substansial untuk mengurangi emisi kita dan mengendalikan kenaikan suhu bumi.
Dampak pada sumber air
Studi tersebut juga memperlihatkan bahwa gletser yang paling cepat mencair pada periode 2000-2019 terletak di Alaska (AS) dan Pegunungan Alpen (Swiss). Selain itu, para peneliti juga menyatakan keprihatinan tentang menyusutnya gletser di Pegunungan Pamir, Hindu Kush, dan Himalaya yang selama ini menjadi sumber air bagi 1,5 miliar jiwa.
”Selama musim kemarau, air lelehan glasial merupakan sumber penting yang memberi makan saluran air utama, seperti Sungai Gangga, Brahmaputra, dan Indus,” kata Romain Hugonnet, penulis utama studi serta peneliti di Universitas ETH Zurich dan Universitas Toulouse.
Menurut Hugonnet, sekarang pencairan gletser masih dipandang sebagai penyangga kebutuhan air warga di wilayah itu. Akan tetapi, hal itu bisa berubah jika penyusutan gletser di Himalaya terus meningkat.
”Negara-negara berpenduduk padat, seperti India dan Bangladesh, dapat mengalami kekurangan air atau makanan dalam beberapa dekade,” katanya. Hugonnet menambahkan, hilangnya massa gletser berkontribusi tidak hanya pada kenaikan tinggi permukaan air laut, tetapi juga memengaruhi siklus air dan bencana alam.
Mencairnya gletser sendiri telah menimbulkan bencana di Negara Bagian Uttarakhand, India. Sedikitnya delapan orang tewas dan ratusan berhasil diselamatkan setelah gletser yang pecah memicu longsoran salju di dekat perbatasan India-China pada Jumat pekan lalu.
Longsoran salju membuat akses jalan terputus di empat hingga lima lokasi. Jaringan komunikasi juga sempat terputus di sekitar lokasi kejadian.
Hal itu merupakan kejadian kedua dalam empat bulan terakhir di Uttarakhand. Pecahnya gletser pada Februari lalu telah mengakibatkan longsor dan banjir bandang yang menyebabkan sekitar 200 warga meninggal dan menyapu dua proyek pembangkit listrik tenaga air. (AFP/REUTERS)