Vaksinasi Covid-19 dengan Vaksin AstraZeneca Dilanjutkan
Sejumlah negara yang sempat menghentikan sementara pemberian vaksin Covid-19 AstraZeneca kembali melanjutkan pemakaiannya setelah vaksin itu dinyatakan aman.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, JUMAT — Uni Eropa akhirnya melanjutkan program vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin AstraZeneca setelah Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyatakan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak terkait dengan peningkatan risiko pembekuan darah, Jumat (19/3/2021). Vaksin ini bahkan memiliki manfaat yang lebih besar ketimbang risiko efek sampingnya.
Jerman, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Portugal, Lituania, Latvia, Slovenia, juga Bulgaria menyatakan akan melanjutkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Beberapa negara di luar Eropa juga memutuskan hal yang sama.
Beberapa jam setelah EMA mengumumkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca aman, Jerman langsung menyampaikan akan melanjutkan kembali pemberian vaksin tersebut.
Juru bicara Pemerintah Perancis, Gabriel Attal, mengatakan, tidak ada alasan bagi Perancis untuk menolak vaksin AstraZeneca. Program vaksinasi Covid-19 di Perancis akan dilanjutkan mulai Jumat. Perdana Menteri Perancis Jean Castex akan divaksin memakai vaksin AstraZeneca.
Sementara itu, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan, Italia juga akan melanjutkan kembali pemberian vaksin AstraZeneca untuk mencapai target sebanyak mungkin penduduk yang divaksinasi.
Sebelumnya, penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca di sejumlah negara sempat dihentikan menyusul temuan adanya kejadian ikutan pasca-imunisasi berupa pembekuan darah. Namun, Komite Penilaian Risiko Farmakovigilans (PRAC) Badan Pengawas Obat Eropa menyatakan, vaksin AstraZeneca tidak terkait dengan peningkatan risiko pembekuan darah secara keseluruhan (kejadian tromboemboli) pada penerima vaksin. PRAC juga menegaskan tidak ada bukti masalah yang terkait dengan sejumlah dosis vaksin tertentu atau lokasi produksi tertentu.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca termasuk vaksin yang terjangkau serta mudah disimpan dan didistribusikan dibandingkan dengan vaksin Covid-19 lainnya sehingga menjadi pilihan yang pas bagi negara-negara miskin.
Vaksin ini juga menjadi bagian penting dari Covax—mekanisme pengadaan vaksin Covid-19 global—untuk memastikan distribusi yang merata ke seluruh dunia. Jika vaksin ini terbukti memberikan efek samping yang serius, tentu akan berdampak besar pada program vaksinasi Covid-19 global.
Sementara itu, Amerika Serikat berencana untuk mengirim sekitar 4 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca yang tidak dipakainya ke Meksiko dan Kanada sebagai pinjaman. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menyebutkan, Meksiko akan menerima 2,5 juta dosis dan Kanada akan menerima 1,5 juta dosis.
”Ini belum selesai, tapi itulah tujuan kami,” ujar Psaki dalam jumpa pers. ”Memastikan tetangga kita bisa mengendalikan penyakit ini, misi kritis untuk mengakhiri pandemi.”
Pemberian vaksin untuk Meksiko dan Kanada tersebut tidak akan mengganggu rencana Presiden Joe Biden untuk memvaksinasi semua warga AS dewasa pada akhir Mei nanti. Selain itu, langkah ini juga tidak mengurangi pasokan vaksin Covid-19 AS.
Psaki mengatakan bahwa AS memiliki stok 7 juta vaksin Covid-19 AstraZeneca dan sejauh ini tidak berniat membaginya dengan negara lain di luar Meksiko dan Kanada. Ditanya mengapa kedua negara itu yang dipilih, Psaki menjawab, ”Mereka adalah tetangga, mereka mitra kami.”
Pemerintahan Joe Biden telah mendapat tekanan dari negara-negara di dunia untuk membagi vaksin Covid-19 yang dimilikinya, khususnya vaksin dari AstraZeneca, yang telah mendapat izin untuk dipakai di banyak negara kecuali AS.
AstraZeneca memiliki jutaan dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi di fasilitasnya yang berada di AS. Perusahaan Inggris-Swedia ini menyatakan fasilitas produksi di AS akan memiliki 30 juta dosis vaksin Covid-19 pada awal April mendatang. (REUTERS/AP/AFP)