Hasil pemilu Amerika Serikat menggerakkan kembali misi dinas intelijen Israel, Mossad, untuk mempertemukan Israel dengan Arab Saudi. Isu Iran menjadi titik temu kedua belah pihak.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
MAYA ALLERUZZO AND BANDAR AL-JALOUD / VARIOUS SOURCES / AFP
Foto kombinasi yang dibuat pada Senin (23/11/2020) memperlihatkan wajah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Mereka dikabarkan oleh media Israel bertemu di Arab Saudi.
KAIRO, KOMPAS — Impian Israel bisa menginjakkan kaki di tanah Arab Saudi mulai terwujud. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, seperti diberitakan sejumlah media utama Israel, telah bertemu secara rahasia pada Minggu (22/11/2020) dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman di kota Neom yang berada di tepi Laut Merah dan di barat laut wilayah Arab Saudi.
Media utama Israel, seperti Yedioth Ahronoth, The Jerusalem Post, Haaretz, situs Walla, koran Israel Hayom, dan stasiun televisi Israel saluran 12, pada Senin dan Selasa lalu berlomba memberitakan pertemuan rahasia Pangeran Muhammad bin Salman (MBS)-Netanyahu.
Menteri Pendidikan Israel Yoav Galant membenarkan digelarnya pertemuan antara MBS dan Netanyahu yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dan Direktur Mossad Yossi Cohen.
Galant kepada radio militer Israel mengungkapkan, pertemuan MBS-Netanyahu telah digelar. Akan tetapi, meskipun pertemuan itu digelar secara tidak resmi, pertemuan itu memiliki nilai sangat penting.
REUTERS/KEVIN LAMARQUE
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerima tepuk tangan setelah mengumumkan kesepakatan damai antara Israel dan Uni Emirat Arab di Gedung Putih di Washington, AS, Kamis (13/8/2020). Kesepakatan yang diklaim Trump atas ”pertolongan dirinya” itu ini akan mengarah pada normalisasi penuh hubungan diplomatik di antara kedua negara Timur Tengah.
Selain itu, meskipun Menlu Arab Saudi Faisal bin Farhan melalui akun Twitter-nya membantah adanya pertemuan tersebut, media dan pejabat Israel membenarkan pertemuan rahasia MBS-Netanyahu itu, bahkan semakin gencar memberitakannya.
Menurut direktur stasiun televisi Al Jazeera di Israel dan wilayah otonomi Palestina, Walid al-Omari, tradisi politik pemberitaan media di Israel adalah jika badan pengawas militer Israel tidak membantah atau menolak bocornya berita besar sekelas pertemuan rahasia MBS-Netanyahu, hal itu mengindikasikan atau menunjukkan bahwa berita itu benar.
Al-Omari mengungkapkan, badan pengawas militer di Israel malah memberi lampu hijau atas terus bergulirnya berita pertemuan rahasia MBS-Netanyahu tersebut.
Operasi senyap
Menurut Israel Hayom dan Walla yang dikenal dekat dengan PM Netanyahu dan partai kanan Likud, pertemuan MBS-Netanyahu sudah digalang sejak Oktober lalu melalui operasi senyap yang dilakukan Mossad, dinas intelijen luar negeri Israel.
Pengusaha Israel, Udi Angela, disinyalir ikut membiayai operasi senyap Mossad untuk mempertemukan MBS-Netanyahu.
AFP/JACK GUEZ
Seorang perempuan menggunakan otopet listrik melaju di trotoar yang dihiasi bendera Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Israel, Bahrain, dan kota Netanya. Foto diambil pada 13 September 2020 di kota Netanya, Israel.
Direktur Mossad Yossi Cohen mengatakan, sejak bulan Oktober, sudah ada sinyal positif tentang kemungkinan terjadinya pertemuan MBS-Netanyahu. Cohen dalam wawancara khusus dengan stasiun televisi Israel saluran 12 pada 20 Oktober mengungkapkan, Arab Saudi masih menunggu hasil pemilu AS untuk memberi hadiah kepada presiden terpilih AS. Cohen menyampaikan hal tersebut tiga hari sebelum Sudan mengumumkan membuka hubungan resmi dengan Israel pada 23 Oktober.
Cohen saat itu kemudian berhenti mengeluarkan pernyataan tentang Arab Saudi untuk menunggu hasil pemilu AS pada 3 November. Pasca-pemilu AS yang menunjukkan kemenangan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, Cohen lalu bersemangat menggerakkan kembali operasi senyapnya untuk mendekati MBS agar bersedia bertemu PM Netanyahu.
Cohen sering menggunakan perantara pengusaha AS keturunan Yahudi, Haim Saban, untuk menyampaikan pesan kepada MBS. Haim Saban adalah arsitek pembukaan hubungan resmi Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain pada Agustus.
Pada hari Minggu lalu, Walla mendadak menurunkan breaking news tentang ditundanya sidang kabinet khusus mingguan Israel untuk membahas dampak pandemi Covid-19 atas semua sektor kehidupan di Israel.
Netanyahu sebagai perdana menteri seharusnya memimpin sidang mingguan kabinet Israel yang digelar setiap hari Minggu itu. Netanyahu kemudian diketahui memilih menunda sidang kabinet mingguan itu setelah mendapat berita khusus dari Yossi Cohen bahwa MBS memberi lampu hijau untuk bertemu dengan Netanyahu di kota Neom.
Cohen lalu menghubungi pengusaha Udi Angela agar segera membantu menyiapkan pesawat khusus untuk terbang ke kota Neom pada hari itu juga.
Pesawat khusus milik Udi Angela yang membawa Netanyahu pada hari Minggu sekitar pukul 20.00 lepas landas dari Bandar Udara Ben Gurion menuju bandara kota Neom. Netanyahu didampingi Cohen dan Udi Angela dalam perjalanan menuju kota Neom.
Setelah lima jam atau sekitar pukul 01.00 dini hari Senin, pesawat khusus yang membawa Netanyahu, Cohen, dan Angela sudah kembali lagi ke Bandara Ben Gurion.
Target
Stasiun televisi Israel saluran 12, kemarin, mengungkapkan, MBS akhirnya bersedia bertemu dengan Netanyahu dalam upaya koordinasi menghadapi kebijakan Presiden terpilih AS Joe Biden di Timur Tengah, khususnya terkait Iran.
Israel dan Arab Saudi disinyalir sepakat menjalin kerja sama untuk mencegah Presiden terpilih AS Joe Biden menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 atau yang dikenal dengan JCPOA.