China Kerahkan Belasan Pesawat Tempur ke Selat Taiwan
China mengerahkan 18 jet tempurnya di Selat Taiwan pada Jumat (18/9/2020). Beijing menyatakan pihaknya sengaja menggelar latihan militer di tengah kunjungan pejabat tinggi AS ke Taipei.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT – Pengerahan 18 jet tempur China di Selat Taiwan pada Jumat (18/9/2020) diakui oleh otoritas China. Beijing menyatakan pihaknya sengaja menggelar latihan militer di dekat Selat Taiwan. Ketegangan pun terjadi di kawasan itu mengingat latihan itu digelar di saat seorang diplomat tinggi Amerika Serikat tengah berkunjung ke Taiwan dan diplomat tinggi AS lainnya menemui pejabat tinggi Taiwan di New York.
Hubungan antara AS dan China berada pada titik terendah dalam beberapa dekade. Kedua belah pihak berhadap-hadapan di berbagai sektor. Sebut saja perang dagang yang telah terjadi lebih dari dua tahun terakhir, polemik di bidang teknologi, militer dan keamanan serta kelindan soal pandemi Covid-19.
Keith Krach, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk pertumbuhan ekonomi, energi dan lingkungan, mendarat di Taipei pada Kamis (17/9). Ia dijadwal berkunjung selama tiga hari. Ini merupakan kunjungan pejabat tertinggi Departemen Luar Negeri AS dalam 40 tahun ke Taiwan.
Di New York pada hari yang sama, Duta Besar AS untuk PBB, Kelly Craft, diketahui makan siang bersama dengan James KJ Lee, Direktur Kantor Ekonomi dan Kebudayaan Taipei. Pertemuan itu adalah pertemuan pertama antara seorang pejabat tinggi Taiwan dengan seorang dubes AS untuk PBB. “Saya ingin melakukan hal yang benar layaknya presiden saya, dan saya merasa dia telah berusaha untuk memperkuat dan memperdalam hubungan bilateral ini dengan Taiwan; saya ingin melanjutkannya atas nama pemerintah,” kata Craft kepada The Associated Press.
Di Beijing, melalui sebuah konferensi pers, juru bicara kementerian pertahanan China, Ren Guoqiang, mengatakan Beijing mengadakan latihan tempur di dekat Selat Taiwan. Ini adalah tanggapan Beijing atas pertanyaan terkait kunjungan pejabat AS ke Taipei. "Ini adalah tindakan yang sah dan perlu diambil untuk menjaga kedaulatan China dan integritas teritorial dalam menanggapi situasi saat ini di Selat Taiwan," kata Guoqiang seraya memperingatkan bahwa militer China memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi ancaman atau tantangan eksternal di Taiwan.
"Ini adalah tindakan yang sah dan perlu diambil untuk menjaga kedaulatan China dan integritas teritorial dalam menanggapi situasi saat ini di Selat Taiwan," kata Guoqiang seraya memperingatkan bahwa militer China memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi ancaman atau tantangan eksternal di Taiwan.
Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berkeinginan memasukkan wilayah itu ke daratan China bahkan dengan kekerasan jika perlu. Partai Komunis China menolak setiap pengakuan atas Taiwan oleh pihak lain. Taiwan sendiri diperintah secara terpisah dari China sejak berakhirnya perang saudara pada tahun 1949.
Ren secara terang-terangan menuduh AS kerapkali menimbulkan masalah atas Taiwan. Di mata Beijing, dinamika di Taiwan adalah murni urusan dalam negeri China. Ia menegaskan Pemerintah China tidak akan mentolerir campur tangan eksternal.
Kementerian Pertahanan Taiwan mencatat sebanyak 18 pesawat China -termasuk pembom dan pesawat tempur- memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) barat daya Taiwan pada Jumat. Belasan armada udara China itu juga melintasi apa yang disebut garis median yang membagi Selat Taiwan. Pihak Taiwan menyatakan mengawasi lekat-lekat aksi Beijing dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udaranya. “Kami berharap pihak lain dapat menahan diri dan tidak meningkatkan konflik antara kedua belah pihak. Intimidasi militer ini telah menyebabkan kebencian di antara rakyat Taiwan,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Taiwan telah melaporkan peningkatan tajam aktivitas pesawat tempur China di wilayah ADIZ Taiwan. Pada Agustus lalu jet China juga dilaporkan melintasi garis tengah selat yang memisahkan Taiwan-China. Aksi Beijing itu dilakukan saat Menteri Kesehatan dan Layanan Warga AS, Alex Azar, melakukan kunjungan tingkat tertinggi negaranya ke Taiwan sejak 1979.
Di bawah masa pemerintahan Donald Trump, Washington diketahui memang lebih aktif dalam berhubungan dengan Taipei. Ini beberapa kali memantik respon keras Beijing. Washington mengatakan Krach mengunjungi Taiwan untuk menghadiri upacara peringatan mendiang presiden Lee Teng-hui pada Sabtu (19/9). Teng-hui meninggal dunia pada Juli lalu dalam usia 97 tahun.
Dalam kunjungannya di Taipei, Krach bertemu dengan Menlu Taiwan, Joseph Wu. Pemerintah Taiwan menyatakan keduanya membahas berbagai masalah bilateral dan bertukar pandangan tentang kerja sama di masa depan. Krach juga dijadwalkan untuk bergabung dalam sebuah jamuan makan malam bersama Presiden Tsai Ing-wen di kediaman resminya. China telah meningkatkan tekanan terhadap Taiwan sejak Tsai berkuasa pada 2016. Tsai sejak awal menolak mengakui ide Taiwan adalah bagian dari satu China.
Para pengamat mengatakan respon militer China lewat aksi terbaru pengerahan armada tempurnya adalah pesan yang jelas kepada AS agar Washington menghentikan apa yang dilakukannya. "Saya pikir China menggunakan alat ini untuk mencoba dan menghentikan jenis hubungan diplomatik antara AS dan Taiwan. Sangat jelas dari mereka," kata Alfred Wu, profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas National Singapura.
Frekuensi latihan China di dekat Taiwan mengingatkan pada krisis besar terakhir antara Taiwan dan China pada tahun 1995-96. Kala itu China menembakkan rudal di dekat Taiwan. Beijing juga menggelar latihan perang dalam upaya untuk mengintimidasi para pemilih dalam pemilihan presiden langsung pertama Taiwan. (AP/AFP/REUTERS)