Pandemi dan Ujian Ketahanan Ekonomi ASEAN
Hari Ulang Tahun Ke-53 ASEAN, yang jatuh pada Sabtu (8/8/2020), diwarnai suasana muram akibat pandemi Covid-19. Pukulan pada ekonomi kawasan baru dapat dipulihkan jika pandemi ditangani secara cepat.

Para pengemudi angkutan Jeepney mengantre giliran untuk mendapat bantuan pangan dari warga di sebuah ruas jalan di Manila, Filipina, 6 Agustus 2020.
Ruel Damaso merasakan kesepian yang dalam di tengah suasana hiruk-pikuk di sekitarnya. Sudah beberapa malam ia tidur di atas karton di Bandara Ninoy Aquino Manila. Ia makan dari makanan yang dibagikan petugas. Keinginannya hanya satu: segera bisa terbang dan sampai di Zamboanga, Filipina bagian selatan, kampung halamannya.
”Kami kehabisan uang. Kami tidak dapat meninggalkan bandara karena kami tidak memiliki kerabat di sini,” kata pria berusia 36 tahun itu di dalam terminal bandara, Selasa (4/8/2020). Seutas handuk melilit bahunya sebagai penghangat dari penyejuk udara. ”Kami harus tinggal di sini selama dua pekan sampai penerbangan kami kembali.”
Lebih dari 27 juta warga atau seperempat dari total populasi Filipina harus kembali menjalani karantina selama dua pekan mulai Selasa itu. Jumlah kasus Covid-19 telah meningkat lebih dari enam kali lipat sejak pembatasan dilonggarkan pada Juni. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan keputusan untuk menerapkan karantina, dua hari sebelumnya.
”Kami kewalahan dan tidak ada yang menyangka akan sampai seperti ini. Tidak ada yang menduga akan ada ribuan orang yang sakit dalam satu hari,” kata Duterte.
Baca juga : Menimbang Perlunya Pusat Kendali Penyakit ASEAN
Semua warga di ibu kota Manila dan empat provinsi lain, yakni Laguna, Cavite, Rizal, dan Bulacan, diwajibkan tinggal di rumah kecuali untuk membeli kebutuhan pokok. Transportasi publik, termasuk pesawat untuk rute penerbangan domestik, harus berhenti beroperasi. Ekonomi Filipina pun seolah terhenti.

Seorang pekerja (tengah) berjalan di tengah meja-meja untuk check in yang kosong di bandar udara di Manila, Filipina, 4 Agustus 2020, ketika seluruh penerbangan domestik dihentikan menyusul pemberlakuan karantina wilayah guna mencegah persebaran wabah Covid-19.
Otoritas Statistik Filipina, Kamis (6/8), mengumumkan perekonomian Filipina tumbuh negatif alias menyusut hingga 16,5 persen pada triwulan II-2020 (periode April-Juni) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Filipina secara teknis jatuh ke dalam resesi untuk pertama kali dalam 29 tahun.
Uji ketahanan negara dalam menghadapi Covid-19 juga tengah dihadapi Vietnam. Dipuji luas atas upaya mitigasinya sejak virus korona tipe baru muncul pada akhir Januari, Vietnam tengah berjuang melawan sejumlah kluster penularan penyakit itu di kota wisata Danang.
Baca juga : Tiga Warga Ditemukan Positif Covid-19, Vietnam Evakuasi 80.000 Warga
”Kami harus mengerahkan kekuatan penuh untuk mengekang semua episentrum yang ada, terutama di Danang,” demikian siaran resmi Vietnam Television mengutip Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc kepada pejabat pemerintah. ”Awal Agustus ini menjadi waktu yang menentukan untuk menghentikan penyebaran virus itu dalam skala besar.”
Apa yang terjadi di Filipina dan Vietnam itu adalah gambaran terbaru di Asia Tenggara dalam menghadapi pandemi. Hingga Jumat (7/8), sebanyak 5.795 warga di Asia Tenggara meninggal akibat Covid-19, dari 306.615 kasus positif. Kondisi ini dan dampaknya bagi perekonomian dan sosial menjadi keprihatinan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam ulang tahunnya ke-53, Sabtu (8/8).

Polisi membuka pintu pos pemeriksaan untuk memberi jalan bagi penduduk setempat yang membawa barang-barang di Desa Son Loi, Provinsi Vinh Phuc, Vietnam, Kamis (13/2/2020).
Dalam diskusi tentang pemulihan ASEAN dari Covid-19, yang digelar Sekretariat ASEAN secara virtual dan menghadirkan sejumlah pakar pada Kamis (30/7), Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi mengatakan, pandemi telah memengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial warga di Asia Tenggara. Pabrik-pabrik kesulitan mendapatkan pasokan, banyak pekerja dirumahkan, dan operasionalisasi bisnis pun menjadi terbatas.
Ia mengutip proyeksi bahwa ekonomi ASEAN tahun ini akan terkontraksi hingga 2,7 persen. Ini kondisi tekanan ekonomi terburuk sejak krisis ekonomi di Asia Tenggara tahun 1997-1998.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan, guncangan ekonomi di ASEAN akan memiliki dampak jangka menengah yang lebih besar terhadap kemiskinan dan kesejahteraan, terutama di kalangan masyarakat yang rentan dan mereka yang bekerja di ekonomi informal. Sejumlah negara ASEAN telah menerapkan berbagai langkah, seperti pengiriman uang tunai kepada tenaga medis, pinjaman melalui lembaga donor, seperti Bank Dunia, untuk membeli peralatan medis; atau kenaikan gaji untuk tenaga medis dan pembelian peralatan.
Baca juga : ASEAN dan Covid-19

Para pekerja memeriksa ventilator yang akan digunakan untuk para pasien Covid-19 di fasilitas produksi Vingroup di Hanoi, Vietnam, 3 Agustus 2020.
Dampak pandemi
Rantai pasokan global dan regional, termasuk Asia Tenggara, terganggu oleh penyebaran Covid-19 di China. China adalah mitra dagang dan investor eksternal terbesar negara-negara ASEAN. Pada 2018, pangsa pasar China mencapai 17,1 persen dari total perdagangan Asia Tenggara dan menyumbang 6,5 persen dari total arus masuk investasi langsung.
Akibat perlambatan global, perdagangan dan investasi ASEAN diperkirakan melemah. Perdagangan barang di 10 negara ASEAN mencapai 2.815,2 miliar dollar AS pada 2019. Nilai itu turun sekitar 0,3 persen dari capaian tahun sebelumnya saat perdagangan tumbuh hingga 9,9 persen. Perdagangan intra-ASEAN menyumbang 22,5 persen dari total perdagangan ASEAN.
Rantai pasokan Asia Tenggara juga sangat terintegrasi dengan sektor manufaktur China. Negara-negara lain yang terkena dampak wabah secara signifikan, termasuk AS dan Uni Eropa, juga mitra perdagangan dan investasi terbesar bagi ASEAN. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan perdagangan dunia akan turun 13-32 persen pada 2020, melebihi penurunan yang disebabkan krisis keuangan global di akhir era 2000-an.
Baca juga : Tren Penderita Naik, Thailand Tunda Pariwisatanya
Disparitas kemampuan negara-negara ASEAN menghadapi pandemi dan kondisi ketidakpastian global diperkirakan membatasi tingkat pemulihan kawasan Asia Tenggara pascapandemi. Thailand, misalnya. Menurut Euben Paracuelles, kepala ekonom Bank Nomura, sebagaimana dimuat CNBC, meski terlihat berhasil menahan wabah Covid-19, pemulihan ekonomi Thailand diperkirakan memiliki hambatan besar.

Dalam foto yang diambil pada 31 Juli 2020, sepasang warga Thailand mengamati patung batu Buddha di kompleks Candi Wat Mahathat, candi abad ke-14, di ibu kota kuno Ayutthaya, utara Bangkok, Thailand.
Sebagai negara yang relatif tergantung pada pariwisata, lanjut Paracuelles, Thailand diperkirakan baru akan bernapas lega jika kontrol perbatasan dilonggarkan dan vaksin Covid-19 ditemukan. Dalam skenario paling optimistis saja saat ini, ekonomi Thailand diperkirakan terkontraksi 9 persen atau senilai 47,7 miliar dollar AS tahun ini.
Pukulan bagi ASEAN
Pendiri Lembaga Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menilai, dalam kondisi bencana luar biasa, seperti pandemi Covid-19 ini, negara-negara anggota ASEAN masih sangat mengedepankan pendekatan antarpemerintah. Padahal, di lapangan anggaran pemerintah semua negara ASEAN terkikis habis. Pihak di luar negara, seperti aktivis dan pebisnis, mampu mengembangkan mekanisme pertahanan lewat jaringan masing-masing.
Dinna menilai, kondisi krisis akibat pandemi Covid-19 berpotensi lebih berat karena struktur sumber masalahnya lebih sulit dinegosiasikan antarnegara, termasuk lewat ASEAN. ”ASEAN belum bermanfaat untuk menciptakan kepastian usaha, menciptakan peluang bisnis, atau bahkan berbagi hal-hal konkret yang mendesak dibutuhkan masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau penghasilan saat pandemi,” katanya.
Direktur Pelaksana Lembaga Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Gunawan menyatakan, hampir semua negara hanya memikirkan bagaimana menyelamatkan atau meringankan penderitaan rakyatnya. Mereka tidak terlalu memikirkan pertumbuhan ekonomi. Maka, bantuan ekonomi diberikan prioritas kepada warga yang terkena dampak resesi serta menjaga perusahaan agar tidak bangkrut.

Para pengemudi angkutan Jeepney mendapat bantuan uang dari seorang pengemudi kendaraan di sebuah ruas jalan di Manila, Filipina, 6 Agustus 2020.
Menurut Anthony, pemulihan ekonomi bakal tergantung pada seberapa cepat kasus Covid-19 dapat ditangani. Ia pun mendorong negara, seperti Indonesia, meniru langkah Vietnam yang relatif dapat menahan laju wabah Covid-19.
Masih adakah cahaya terang di depan? Wakil Bank Dunia Wilayah Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa mendorong negara-negara ASEAN untuk berinvestasi sumber daya manusia dan memperkuat perlindungan sosial. Untuk ketahanan sosial ekonomi, negara-negara ASEAN dinilai perlu meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan membangun kembali penyangga ekonomi yang terpuruk oleh pandemi.
Investasi dalam sumber daya manusia penting agar warga dapat berbagi manfaat secara penuh dari pemulihan dan membantu mereka beralih ke mata pencarian yang lebih inovatif dan produktif.
(AFP/REUTERS)