Dollar AS dibutuhkan karena semua membutuhkan kas untuk transaksi di masa tidak menentu. Meski ada sejumlah mata uang lebih mahal, dollar AS tetap mata uang paling dicari
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Kecuali euro dan dollar Amerika Serikat, semua mata uang melemah. Poundsterling Inggris melemah ke titik terendah dalam 35 tahun. Real Brasil kehilangan 27 persen dari nilai tukarnya.
”Kita menyaksikan situasi yang belum pernah ada. Semakin bank sentral melonggarkan (kebijakan), dollar AS semakin naik. Upaya Fed (bank sentral AS) gagal. Pasar tidak mau mendengar dan mata uang Asia semakin memburuk,” kata ekonomi Shinhan Bank di Seoul, Min Gyeong-won.
Ia merujuk pada fakta Fed dan bank sentral sejumlah negara telah mengoordinasikan kebijakan menghadapi peluang krisis saat ini. Bank-bank sentral menyatakan kas akan tetap tersedia dan tidak ada kebijakan uang ketat. Sayangnya, pasar malah terus anjlok selepas serangkaian kebijakan itu diumumkan.
”Tidak ada aset yang aman dari penjualan demi mendapat dollar AS. Mekanisme pasar normal berantakan. Saya tidak melihat peluang keadaan ini berhenti di tengah kekhawatiran atas kesulitan kas. Ini keadaan semua dijual demi mendapat dollar AS, satu-satunya pengaman terakhir,” kata pialang di CMC Market Plc Singapura, Oriano Lizza.
Pialang dan penganalisis di berbagai perusahaan keuangan global berpendapat senada. Hampir seluruh investor, pialang, dan manajer investasi melepas aneka aset demi mendapat dollar AS. ”Tekanan akan kebutuhan kas dan kebutuhan massal mendapat dollar AS membuat dollar AS semakin mahal terhadap apa pun,” kata penilai di Societe Generale SA in London, Kit Juckes.
Penilai perdagangan valas di HSBC, Dominic Bunning, menyebut bank-bank sentral di banyak negara telah mendekati batas kemampuan untuk mengintervensi pasar. Padahal, kini pasar tengah dicemaskan oleh peluang krisis oleh wabah Covid-19 akibat virus korona tipe baru (SARS-CoV-2). Sebaliknya, bank sentral AS masih punya ruang gerak untuk mengintervensi pasar.
Pemangkasan suku bunga acuan oleh berbagai bank sentral membuat imbal hasil surat utang banyak negara turun. Padahal, imbal hasil tinggi adalah faktor penarik berbagai investor pada surat utang di pasar negara berkembang. ”Kini imbal hasilnya dinilai terlalu rendah dan tidak bisa diandalkan lagi,” ujarnya sebagaimana dikutip Bloomberg.
Karena itu, semua melepas aset dan mencari yang paling aman untuk keadaan tidak menentu seperti sekarang. Dollar AS, menurut Dean Turner dan Thomas Flury dari UBS Swiss, dibutuhkan karena semua membutuhkan kas untuk transaksi di masa tidak menentu. Meski ada sejumlah mata uang lebih mahal, dollar AS tetap mata uang paling diterima di berbagai penjuru bumi. Karena itu, dollar AS kerap diburu. Sesuai hukum ekonomi dasar, harga akan naik kala kebutuhan meningkat sementara pasokan dinilai tetap atau bahkan akan menipis.
Keadaan tidak menentu, seperti disinggung Min Gyeong-won, juga tecermin di harga emas. Biasanya, harga emas dan nilai tukar dollar AS cenderung naik kala krisis atau keadaan tidak menentu terjadi. Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas cenderung turun sementara dollar AS terus menguat.
Harapan
Penilai perdagangan valas di Nomura, Jordan Rochester, mengingatkan bahwa salah satu yang mendorong pergerakan pasar adalah harapan dan keyakinan pada masa depan. Kala keyakinan investor terhadap peluang masa depan menguap, seperti dalam kasus wabah sekarang, maka aliran modal akan terpangkas pula.
Sejumlah analis mengingatkan, perubahan kebijakan beberapa kali dalam rentang waktu singkat justru membuat pasar semakin cemas. Investor dan pialang khawatir bank sentral dan pemerintah mengetahui risiko yang sengaja disembunyikan. Mereka tidak mau bertaruh dengan kondisi itu sehingga melepaskan aset lalu memegang dollar AS.
Rochester juga menyinggung soal defisit neraca pembayaran. Negara dengan neraca pembayaran defisit berpeluang tidak diyakini lalu ditinggalkan investor. Akibatnya, nilai tukar mata uang negara itu turun.
Situasi yang tidak menentu ini membuat pepatah lama harus direvisi. Bukan kejujuran, melainkan dollar AS sebagai mata uang yang laku di mana saja. (AP/REUTERS)