Risiko Kepunahan Burung di Indonesia Tertinggi di Dunia
Berdasarkan data, 177 spesies burung masuk ke dalam kategori terancam punah. Jumlah ini di antaranya terdiri dari 96 spesies berkategori rentan, 51 spesies dalam kategori genting, dan 30 spesies berkategori kritis.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F02%2F06%2F48d776f5-9f2e-4a97-8b0b-e033283abd09_jpg.jpg)
Burung vogelkop superb bird-of-paradise (Lophorina niedda), 12 April 2021 di Papua Barat.
JAKARTA, KOMPAS — Laporan Status Burung Indonesia 2022 menempatkan burung-burung di Indonesia pada risiko kepunahan tertinggi di dunia. Sebanyak 12 persen dari keseluruhan burung yang terancam punah di dunia berada di Indonesia.
Hingga saat ini, ada 1.818 spesies burung di Indonesia. Jumlah ini berubah tiap tahun. Penyebab perubahan ini, antara lain, penggabungan dan pemisahan spesies burung selain juga ada penemuan spesies baru maupun penyebab lain.
Biodiversity Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid mengatakan, berdasarkan data yang telah dihimpun pada tahun 2022, terdapat 177 spesies burung masuk ke dalam kategori terancam punah.
Jumlah ini terdiri dari 96 spesies dalam kategori rentan (vulnerable/VU), 51 spesies dalam kategori genting (endangered/EN), dan 30 spesies dalam kategori kritis (critically endangered/CR), termasuk salah satunya adalah kakatua sumba (Cacatua citrinocristata) yang merupakan hasil pemecahan dari kakatua-kecil jambul-kuning yang berstatus kritis.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak, mencapai 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia.
”Setiap tahun BirdLife International dan International Union for Conservation of Nature (Badan Konservasi Dunia/IUCN) melakukan kajian ulang status keterancaman sejumlah spesies menanggapi perubahan tingkat ancaman, perubahan populasi, revisi taksonomi, maupun adanya data terbaru terkait spesies yang dikaji,” katanya dalam siaran pers, Jumat (29/4/2022).
Maleo senkawor (Macrocephalon maleo), puyuh sengayan (Rollulus rouloul), dan pergam hijau (Ducula aenea) merupakan tiga spesies yang mengalami peningkatan status keterancaman. Maleo senkawor mengerami telurnya dengan cara menimbun di dalam tanah.

Status Burung Indonesia 2022
Namun, terdapat sekitar dua pertiga tempat peneluran maleo senkawor yang diketahui sudah tidak dikunjungi lagi oleh individu dewasa dan terjadi penurunan jumlah burung yang mengunjungi situs-situs peneluran yang masih aktif dalam tiga generasi terakhir. Hal itu mengindikasikan adanya penurunan populasi spesies ini.
”Hutan dataran rendah yang terus berkurang di dalam area persebarannya membuat maleo senkawor semakin terancam terhadap kepunahan, kini statusnya kritis,” kata Ridha.
Selain itu, populasi puyuh sengayan diperkirakan telah menurun 30 persen dalam tiga generasi terakhir akibat hilangnya habitat dan aktivitas perburuan liar. Saat ini puyuh sengayan juga termasuk salah satu spesies terancam punah secara global dalam kategori rentan.
Sementara untuk pergam hijau juga semakin mengkhawatirkan karena penurunan populasi yang disebabkan hilangnya tutupan hutan sehingga masuk dalam kategori mendekati terancam (near threatened/NT). Sementara itu, cerek jawa (Charadrius javanicus) yang sebelumnya dianggap memiliki sebaran yang terbatas, kini mengalami penurunan status keterancaman.
Baca juga: Hutan Kian Sunyi di Tangan Penguasa Rimba
Sebelumnya, burung tersebut dianggap hanya menghuni pesisir Pulau Jawa dan Pulau Kangean. Namun dengan penambahan bukti dan laporan dari lapangan, spesies ini ternyata terkonfirmasi menghuni habitat pesisir selatan Sumatera (Lampung), Sulawesi, Meno, Semau, dan Flores.
”Dengan demikian, spesies tersebut tidak mendekati ambang batas kategori rentan. Kini cerek jawa dimasukkan ke dalam kategori risiko rendah,” ujarnya.
Penambahan spesies
Menurut Ridha, sejak awal tahun 2021 hingga awal 2022, ditemukan penambahan spesies burung sebanyak delapan spesies. Tiga di antaranya berasal dari deskripsi spesies baru, dua berasal dari catatan perjumpaan baru untuk Indonesia, dan tiga spesies lainnya merupakan penambahan yang disebabkan adanya revisi pada klasifikasi atau taksonomi burung.
Tiga spesies baru yang baru dideskripsikan adalah sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis), kacamata meratus (Zosterops meratusensis), dan burungbuah satin (Melanocharis citreola).
Sikatan kadayang dan kacamata meratus merupakan dua spesies burung yang tersebar sangat terbatas di Pulau Kalimantan. Keduanya diperkirakan hanya hadir di Pegunungan Meratus di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang saat ini dikelilingi hutan tanaman sekunder atau bentang alam perkebunan pada elevasi yang lebih rendah.

Zosterops meratusensis atau kacamata meratus.
”Meskipun keduanya disebutkan hadir cukup melimpah secara lokal, kehilangan habitat yang berkelanjutan dan perburuan mengancam populasi mereka di alam. Maka dari itu, para peneliti yang mendeskripsikan kedua spesies itu mengusulkan agar keduanya dikategorikan sebagai spesies terancam punah dalam kategori rentan,” katanya.
Ridha juga menjelaskan, burungbuah satin merupakan spesies baru dengan persebaran sangat terbatas di Pulau Papua. Burung ini ditemukan dari sebuah ekspedisi ornitologi yang dilaksanakan pada tahun 2014 dan 2017 di Papua Barat.
Temuan dari ekspedisi tersebut menunjukkan, burungbuah yang terdapat di Pegunungan Kumawa dan Pegunungan Fakfak memiliki perbedaan morfologi dan genetik dengan spesies burungbuah lainnya yang tersebar di Papua. “Burung tersebut diperkirakan hanya ada pada kedua hutan pegunungan tersebut ditetapkan sebagai spesies tersendiri,” jelasnya.
Kangkok ranting ( Cuculus optatus), sikatan tanajampea ( Cyornis djampeanus), dan kakatua sumba merupakan tiga spesies yang menambah dalam daftar spesies burung di Indonesia tahun ini.
Sementara itu, penambahan dua spesies baru adalah kancilan ekor-hitam (Pachycephala melanura) dan tepus-permata mahkota (Ptilorrhoa geislerorum). Kedua burung ini memiliki persebaran utama di luar batas Indonesia, tetapi dari catatan hasil pengamatan terbaru membuktikan bahwa keduanya juga tersebar di Tanah Air.
Kancilan ekor-hitam memiliki persebaran utama di Australia dan Papua Niugini, kehadirannya di Indonesia terkonfirmasi melalui catatan pengamatan yang dikumpulkan melalui platform sains warga (e-Bird) dengan lokasi pengamatan berada di wilayah Pulau Komolom, Papua Barat.
Sementara untuk tepus-permata mahkota sebelumnya diketahui tersebar terbatas di wilayah Papua Niugini, ternyata tersebar juga sekitar 900 km lebih jauh ke arah barat, yaitu di Pulau Yapen, Papua.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F26%2F026ec195-89ce-4711-a5f6-6a6ff9c307bf_jpg.jpg)
Burung kakatua raja di Pusat Penelitian Reklamasi dan Keanekaragaman Hayati milik PTFI di mile 21, Mapurujaya, Mimika, Papua, Kamis (17/3/2022).
”Populasi tepus-permata mahkota di Pulau Yapen diperkirakan terisolasi dari populasi lainnya, sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut untuk memastikan kemungkinan divergensi populasinya sebagai subspesies baru tersendiri,” imbuhnya.
Adanya revisi pada taksonomi burung, khususnya pemecahan taksonomi, juga turut andil dalam penambahan jumlah spesies burung di Indonesia pada tahun ini. Kangkok ranting (Cuculus optatus), sikatan tanajampea (Cyornis djampeanus), dan kakatua sumba merupakan tiga spesies yang menambah dalam daftar spesies burung di Indonesia tahun ini setelah mendapatkan predikat sebagai spesies penuh.
Kangkok ranting dan sikatan tanajampea mendapatkan predikat spesies setelah adanya informasi baru yang membuktikan jika kedua taksa tersebut memiliki perbedaan karakteristik morfologi dan vokalisasi dengan taksa kangkok himalaya (Cuculus saturatus) dan sikatan bakau (Cyornis rufigastra) yang berkerabat dekat. Sementara itu, perbedaan karakteristik morfologi menjadi landasan utama pemecahan spesies kakatua sumba dari kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulpurea).
Baca juga: Mengamati Burung Indonesia, Tidak Mudah tapi Selalu Menarik
”Ukuran paruh yang lebih besar, sayap dan ekor yang lebih panjang, bulu penutup telinga yang sebagian besar berwarna jingga pucat, dan jambul panjang berwarna jingga. Kemudian, paruh individu remaja kakatua sumba lebih gelap dibanding remaja taksa kakatua-kecil jambul-kuning lainnya, sehingga memperkuat dasar pemecahan kakatua sumba sebagai spesies tersendiri,” pungkas Ridha.
Penyelamatan di Sumatera Barat
Sementara itu, menurut siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jumat, Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengamankan 3 ekor burung beo mentawai (Gracula religiosa batuensis) yang diselundupkan di kapal ambu-ambu pelabuhan Bungus Padang pada 24 April 2022.
Penggagalan ini berawal dari informasi petugas Balai Taman Nasional (BTN) Siberut mengenai adanya oknum yang membawa burung beo dengan memanfaatkan momen mudik Lebaran. Dari informasi tersebut, petugas WRU BKSDA Sumbar bergerak menuju Pelabuhan Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) Bungus.
Sesampai di lokasi, petugas melakukan penyergapan di Kapal Ambu dan mendapatkan 3 ekor burung beo mentawai yang ditinggalkan oleh pelaku yang telah melarikan diri. Selanjutnya, petugas mengamankan ketiga beo tersebut, untuk segera dilakukan perawatan di Tempat Transit Satwa Padang, dan kemudian akan dilepasliarkan di Taman Nasional Siberut.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F12%2F2a52ddf9-d626-4e80-9ae0-57386f5fdfe1_jpg.jpg)
Petugas memberi makan anak burung beo yang termasuk burung dilindungi saat rilis penggagalan penyelundupan burung asal Kalimantan Tengah di Kantor Karantina Pertanian Surabaya, Kota Surabaya, Rabu (12/1/2022). Burung yang diselundupkan sebanyak 2.719 ekor dengan modus disembunyikan dalam kandang kardus dan ditaruh di bagian mesin KMP Drajat Paciran dengan rute Pelabuhan Bahaur Kalimantan Tengah-Pelabuhan Paciran Jawa Timur. Sebanyak 243 ekor di antaranya merupakan jenis yang dilindungi.
Pada 23 April 2022, petugas BTN Siberut juga berhasil menggagalkan lima ekor burung mentawai di Pelabuhan Simailepet yang hendak dibawa ke Padang di Kapal Mentawai Fest sebelum kapal berangkat ke pelabuhan Mentawai Fest di Padang dan langsung dilepasliarkan.
Beo Mentawai termasuk jenis satwa yang dilindungi bedasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Satwa ini dilindungi karena sudah terancam punah. Perburuan beo mentawai sangat tinggi mengingat suara dan bentuknya yang khas dan unik.
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada BTN Siberut. ”Saya berterima kasih kepada seluruh tim yang sudah sigap mengungkapkan penyeludupan satwa liar burung beo mentawai ini,” ungkap Ardi.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa larangan pemanfaatan satwa liar sudah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pelanggaran atas hal ini dihadapkan pada sanksi pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Lihat juga: Ribuan Burung dari Kalimantan Tengah Gagal Diselundupkan
”Kepada seluruh masyarakat saya imbau untuk tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa dilindungi dalam keadaan hidup atau mati ataupun berupa bagian tubuh, telur, dan merusak sarangnya. Mari, kita bersama-sama menjaga serta melestarikan tumbuhan dan satwa liar dilindungi,” kata Ardi.